Senja Anindita gadis cantik yang baru saja lulus SMA diharuskan menikah dengan Abyansyah sang kakak tiri yang merupakan seorang Dokter ahli Bedah berusia 33 tahun, bukan perbedaan usia dan status duda anak 1 yang membuat Senja ragu menjalani pernikahan ini, namun rasa benci Abyansyah yang selalu menganggapnya sebagai anak dari perusak rumah tangga kedua orang tuanya.
Bagaimana Aby dan Senja menjalani kehidupan pernikahan ini??
C
e
k
i
d
o
t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Aby membawa istri dan anaknya pulang tepat pukul 8 malam, wajah pria itu masih terlihat dingin disepanjang perjalanan.
Senja yang duduk di kursi samping kemudi tak berani menganggkat suara, hanya celotehan lucu Kaila terdengar menggema disepanjang perjalanan, gadis kecil itu seperti tidak peduli akan kesakitannya selama Ada Senja disampingnya.
"Mami atit....mami atit...." Kaila mengusap bibir Senja yang pecah.
"Tidak Sayang" jawab Senja dengan suara sedikit Parau, sementara Aby yang mendengar pertanyaan bocah kecil itu hanya bisa mencengkram stirnya kuat.
Ia menyesal menyakiti istri kecilnya, saat emosi Aby hanyalah manusia biasa, kondisi Kaila serta bayangan Istrinya yang digonceng pria lain nyatanya mampu memancing emosinya hingga diubun ubun, ditambah lagi Senja pergi selama beberapa jam dan tak bisa dihubungi, kini Aby baru sadar jika semua kemalangan Kaila dan Senja adalah kesalahannya
jika saja ia tak menyuruh Senja mengantar makan siang!
Jika saja Senja dan Laras tidak pernah bertemu didepan ruangannya!
Arghh....Aby hanya bisa memukul kepalanya didalam benaknya sendiri.
Cup...Kaila mengecup wajah Senja bertubi tubi, sementara Senja mengusap lembut rambut tipis Kaila, memandang wajah putri sambungnya itu dengan perasaan Sendu.
Saat tiba dibasement Senja langsung membawa Kaila masuk kedalam lift tanpa menunggu Aby, dan Aby bisa mengerti itu, ia juga tak akan memaksa Senja untuk bersikap hangat lagi seperti biasanya, meski Aby sebenarnya begitu menikmatinya.
Aby membiarkan Senja menidurkan Kaila terlebih dahulu, sementara ia hanya duduk di sofa ruang tamu setelah membersihkan diri.
Aby sengaja memesan makanan online untuk makan malam mereka berdua, sayangnya setelah Kaila tertidur Senja sama sekali tak menyentuh hidangan mewah yang didatangkan Aby langsung dari restoran mewah langganannya.
Senja yang sudah mengenakan piyama tidur duduk dilantai seraya bersandar di pinggiran tempat tidur dengan memeluk kedua lututnya, ia membenamkan wajahnya lalu menangis tergugu.
"Ibu....."lirihnya, Meski senja tak pernah suka dikatakan Sebagai anak Pelakor namun ia tak pernah membenci sang ibu, kata itu selalu menjadi yang pertama ia ucapkan saat tengah bersedih.
"Ibu....hiks...hiks....." Senja masih terisak saat ponsel yang ia isi dayanya diatas Nakas bergetar.
Sebuah kontak baru tanpa nama nampak melakukan panggilan Suara.
"Halo dek, ini aku Nata" Sapa seorang pria disebrang sambungan, yang ternyata adalah Nata.
Senja hanya menempelkan ponsel tersebut dikupingnya sambil terus membenamkan wajahnya dan menagis pilu.
Nata yang kini berada didalam toilet pria sengaja mencuri waktu untuk mendengar suara Senja hanya bisa mengepalkan tangannya kuat.
"Maaf sudah melarangmu menangis, menagislah" ujar Nata dengan mengetatkan rahangnya, entah mengapa rasanya ia ingin segera bertemu dengan Suami Senja yang ia yakini menjadi alasan utama mengapa gadis malang itu selalu menangis.
"akh....akh..hiks hiks....Ibu....ibu...ibu....." setelah berkata seperti itu Senja semakin menagis pilu, tak ada lagi yang ia tahan, rasanya ia ingin mengeluarkan semua beban yang menggumpal didalam dadanya.
Nata diujung sana hanya bisa mendengarkan kesakitan yang kini dialami Senja tanpa berani bersuara, ia tahu Senja tak butuh teman bicara saat ini, ia hanya butuh dirinya sebagai pendengar tangisan yang baik.
Aby yang hendak memanggil Senja makan malam hanya bisa tertegun diambang pintu menyaksikan dan memdengar langsung Senja terus memanggil Ibunya.
Ia memejamkan mata dalam dan mencengkram handle pintu dengan kuat.
"Maafkan Mas mu yang Bodoh ini Senja" gumam Aby lirih,sebelum menutup kembali pintu kamar Senja.
.
.
.
Senja tertidur dalam tangisnya, panggilan Dengan Natapun sudah sedari tadi terputus, meski masih ingin menemani Senja namun Nata sadar ia memiliki tanggung jawab lainnya, ia harus melayani para pecinta alkohol diluar sana yang menanti pelayanannya.
Senja meringkuk dilantai persis seperti bayi didalam kandungan, tubuhnya yang lemah semakin menggigil ditengah dinginnya suhu Ac dikamarnya.
Sementara Di Kamarnya Aby sedari tadi membolak balik halaman buku dengan gusar, tidak! Ia tak membacanya hanya menunggu waktu hingga ia terlelap, sayangnya rasa kantuknya tak juga datang karena fikirannya masih dipenuhi wajah sendu dan isak tangis Senja.
Aby benar benar merasa bersalah, ia lalu melirik jam didinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam dan Senja belum juga keluar dari kamar untuk makan malam.
Akhirnya Aby memutuskan untuk masuk kedalam kamar Senja dan menemukan gadis itu dalam kondisi demam tinggi.
"Senja....." Panggil Aby lembut, ia mengangkat tubuh Senja dan membawanya keatas tempat tidur bergambar keroppi disampingnya.
Aby mendesah panjang seraya terus menempelkan punggung tangannya di kening senja, lalu perlahan mengusap pipi dan luka dibibir gadis itu yang sudah mengering.
"Maafkan aku Senja..." Bisik Aby ditelinga Senja.
Gadis itu sempat mengerjapkan matanya namun kemudian kembali tertidur, wajah Sendu penuh penyesalan Aby ketika menatapnya hanya dianggap Senja sebagai bunga bunga tidur, karena tidak mungkin bagi Senja seorang Aby menyesali perbuatannya.
Namun Senja sadar ia salah menilai, Wajah dan sentuhan pria itu terasa sangat nyata saat sebuah benda basah nan hangat menempel di keningnya.
"Mas....." panggil Senja Pelan, samar samar ia bisa melihat Aby kembali memeras handuk basah di dalam wadah plastik berisi air diatas nakas.
"Maafkan aku" Lanjut Senja lagi, beberapa tetes air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Ia sakit saat Aby menamparnya namun rasa bersalahnya lebih besar jika mengingat kondisi Kaila akibat kelalaiannya.
"Maafkan Aku juga Senja, Aku salah karena terbawa Emosi" Ujar Aby sembari mengusap pucuk kepala Senja.
Senja menggeleng Pelan, " Aku pantas mendapatkannya mas, bahkan jika Mas aby membunuhku pun tidak mengapa, keluargaku sudah banyak menyusahkan Mas dan Bunda Rini" Sebenarnya kondisi Senja masih setengah Sadar, ia hanya menyuarakan apa yang ada didalam hatinya.
Hati Aby terasa tersentil mendengar penuturan Senja.
Sebegitu kejamnyakah ia dimata istri kecilnya itu.
"Tidur....." lagi lagi Aby mengusap kepala Senja.
"Aku akan menemanimu malam ini" lanjutnya lagi sambil mengambil posisi tidur disamping Senja dan ikut masuk kedalam selimut yang digunakan istrinya itu, merengkuh tubuh mungil Senja hingga benar benar terbenam dalam dekapan Aby.
"Mas....Kaila......kaila..." Senja hanya bisa meracau, tubuh lemas dan kedinginan yang ia rasakan seakan tak sanggup membuatnya membuka mata.
"Kaila baik baik saja....jangan khawatir, ia memang harus belajar tidur sendiri" ujar Aby.
.
.
"Tumben malam ini gak minum Broo" tegur bobby pada Nata yang tengah memeriksa persedian alkohol dilemari.
"Malas...." jawab Nata acuh tak acuh.
"Udah sadar kesehatan lo" Ledek Bobby.
"Iya, gue udah menemukan motivasi hidup yang baru" Nata menghentikan aktifitasnya lalu mengambil ponsel didalam sakunya, menatap lekat pada foto profil Senja pada aplikasi whatsupnya.
Potret Senja yang tersenyum sangat manis dengan Kaila disampingnya.