EKSLUSIF HANYA DI NOVELTOON, JIKA ADA DI TEMPAT LAIN BERARTI PLAGIAT! LAPORKAN!
FB: Erna Liasman
IG: Erna Less22
Melisa adalah agen rahasia yang terkuat, sayangnya ia malah mati di tangan sang kekasihnya karena atas perintah ketua agennya.
Namun, ia di beri kesempatan kedua hidup di tubuh seorang wanita lemah yang mati akibat jatuh dari tangga.
Di saat kesempatan kedua ini lah ia pun membalaskan dendamnya kepada kekasih dan ketua agen rahasia itu, dan juga membalas mereka yang menyiksa pemilik tubuh yang ia tinggali itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bagaimana hubungan ia dan sepupunya? Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Bi Ena pun merias wajah Grameisya dengan warna warni make up-nya.
"Oke selesai, Nona cepat pergi nanti terlambat. Soalnya yang lain sudah pada pergi. Oh ya tunggu sebentar." Bi Ena lari keluar dan tak lama ia pun masuk.
Bi Ena membawakan heels dan mahkota kecil, ia meletakan di atas kepala Grameisya lalu memakai heels di kaki Grameisya.
"Astaga Nona ku ... kau sangat cantik bak ratu malam ini," ucap Bi Ena terkagum-kagum.
"Bibi bisa aja, tapi aku tidak biasa pakai baju seperti ini," ucap Grameisya meliah dirinya sampai ujung kakinya.
"Ah, nanti lama-lama juga terbiasa. Ayo cepat pergi," ucap Bi Ena senyam senyum.
Grameisya pun mengikuti Bi Ena hingga sampai di depan pintu utama.
Grameisya pun masuk ke dalam mobil. "Aku pergi dulu ya Bi," ucap Grameisya.
"Iya, Non hati-hati ya, lihat jalan jangan sampai gaunnya ke injak," pesan Bi Ena.
"Iya Bi, makasih," ucap Grameisya melambaikan tangannya.
Mobil pun melaju di jalanan untuk menuju ke sekolahnya.
Di malam itu, di depan gapura sekolahnya di penuhi lampu yang terang benderang.
Kendaraan yang sudah menumpuk banyaknya di halaman.
"Eh, kemana mereka pergi?" tanya Grameisya.
"Mari Nona saya antarkan tempatnya," ajak pak Ahmad.
"Bapak tahu tempatnya?" tanya Grameisya.
"Tentu saja tahu." angguk pak Ahmad tersenyum.
Grameisya pun keluar dari mobil, di halaman sekolah tampak sepi karena para murid sudah menuju ke tempat makan malam itu.
Mereka masuk ke dalam sekolah. Setelah berbelok mereka harus masuk ke dalam koridor lalu belok lagi dan terakhir mereka ketemu sebuah pintu besar.
"Mari masuk Nona," ucap pak Ahmad.
Grameisya meliah di dalam ruangan yang sangat besar itu menampung ribuan orang. Lampu yang terang benderang itu membuat semua orang terlihat.
Dengan sedikit ragu-ragu, Grameisya pun masuk ke dalam. Semua mata memandang ke arahnya.
"Kenapa mereka melihatku? Apa aku terlambat?" tanya Grameisya pelan.
"Astaga! Siapa dia? Aku baru melihatnya pertama kali. Dia bukan dari sekolah kita kah?" tanya mereka.
Grameisya terus berjalan ke depan.
"Itu ... bukannya Grameisya ya, apa aku salah lihat?" tanya Mia mengucek matanya.
"Masa iya?" ucap Gladis melihat lagi wanita yang di tunjuk oleh Mia.
Grameisya melihat sekeliling, ia ingin mencari tempat yang ingin ia duduki.
"Di sini saja," ucap Grameisya duduk di kursi sendirian.
"Ah benar, dia Grameisya. Tapi dari mana baju itu ia dapatkan, diakan nggak punya gaun seperti itu," ucap Gladis.
"Mungkin dari Bi Ena," jawab Mia.
"Para semua murid yang berkumpul harap tenang. Tamu spesial kita akan datang sebentar lagi, untuk kalian semua yang belum ambil tempat duduk silakan di ambil sekarang," terdengar dari pengeras suara kepala sekolah.
Para murid pun duduk di kursi, meja itu berbentuk lonjong yang memanjang. Ada beberapa meja yang di siapkan di sana.
Para pelayan datang membawa makanan dan di sajikan di atas meja.
"Baiklah, semuanya. Mari kita sambut tamu spesial kita, dia adalah Tuan Alneozro," ucap kepala sekolah.
"Apa! Tuan Alneozro?" tanya mereka terbelalak.
Terdengar suara sorak pengagum nama Tuan yang mereka sebut. Mereka nampak antusias untuk menyebut sang idola mereka.
"Apa sih mereka, apanya yang menarik darinya?" tanya Grameisya yang tidak begitu peduli.