NovelToon NovelToon
ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Non Mey

Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyusul Amira

Malam itu, Ratna duduk di ruang tamu dengan wajah puas. Ia baru saja pulang dari arisan dan langsung membawa berita yang menurutnya akan menjadi jalan keluar bagi Angga dan Nia.

“Angga, Loli,” ujar Ratna memulai dengan nada serius, “aku tadi melihat sesuatu yang nggak akan kalian percaya.”

Angga, yang sedang mencoba fokus menonton televisi, menoleh. “Apa lagi, Bu?” tanyanya lelah.

Ratna memasang ekspresi dramatis. “Amira… aku melihat dia masuk ke sebuah kontrakan kecil bersama seorang pemuda. Mereka tampak sangat akrab.”

Loli, yang sedang memainkan ponselnya, mendongak dengan kening berkerut. “Pemuda? Maksud Ibu siapa?”

Ratna mengangguk dengan yakin. “Aku nggak tahu siapa pemuda itu, tapi mereka masuk ke kontrakan bersama. Apa lagi artinya kalau bukan dia sudah bermain api di belakang Angga?”

Angga menatap ibunya dengan mata melebar. “Bu, jangan bicara sembarangan! Amira bukan orang seperti itu.”

Ratna langsung memotong dengan nada penuh kepastian. “Apa yang aku lihat itu nyata, Angga! Kamu harus sadar, Amira bukanlah wanita baik-baik. Dia bahkan berani pergi bersama pria lain saat statusnya masih istrimu. Ini sudah keterlaluan! Lebih baik kamu segera menceraikannya dan nikahi Nia. Dia jelas jauh lebih baik.”

Angga terdiam, tubuhnya menegang. Meskipun ia masih mencintai Amira.

“Ibu, apa Ibu yakin itu benar Amira?” tanya Loli dengan nada skeptis.

Ratna mengangguk keras. “Tentu saja! Aku mengenali wajahnya dengan jelas. Nggak salah lagi.”

Loli menggeleng pelan. “Kalau begitu, aku ingin melihat sendiri, Bu. Jangan-jangan ini hanya kesalahpahaman.”

Ratna mendengus. “Loli, jangan terlalu membela Amira. Kamu lihat sendiri apa yang dia lakukan. Dia sudah merusak rumah tangganya sendiri, dan sekarang dia menghancurkan harga dirinya sendiri.”

Angga berdiri perlahan. “Aku akan pergi dan berbicara langsung dengan Amira. Aku ingin tahu kebenarannya.”

Ratna hanya tersenyum kecil, merasa yakin bahwa rencananya kali ini akan berjalan dengan sempurna.

Keesokan harinya, Angga mendatangi kontrakan tempat Amira tinggal. Ia membawa rasa campur aduk antara marah, bingung, dan harapan bahwa semua ini hanyalah kesalahpahaman.

Ketika sampai di sana, Angga melihat pintu kontrakan Amira terbuka. Ia melangkah masuk perlahan, dan di dalam ia melihat Amira sedang berbicara dengan seorang pemuda.

“Amira!” seru Angga dengan nada tajam.

Amira yang sedang mencuci piring menoleh dengan kaget. Pemuda itu, yang ternyata adalah Reza, anak Bu Sari, segera berdiri dan menyapa Angga.

“Mas Angga, kenalkan, saya Reza. Saya hanya mampir sebentar untuk mengantar beberapa barang yang Ibuku titipkan untuk Mbak Amira,” jelas Reza dengan tenang.

Amira mendekati Angga dengan wajah bingung. “Angga, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba datang kesini?”

Angga menatap Amira dengan mata penuh tuduhan. “Ibu melihatmu bersama seorang pria masuk ke sini. Apa maksudnya ini?”

Amira menghela napas panjang. “Angga, pria yang dimaksud ibumu pasti Reza. Dia hanya membantu mengantarkan barang-barangku ke sini. Tidak ada yang lebih dari itu. Reza ini anak bungsunya Bu Sari."

Reza, yang merasa situasinya menjadi canggung, segera berkata, “Mas Angga, saya pamit dulu. Saya tidak ingin membuat suasana semakin rumit.”

Setelah Reza pergi, Angga menatap Amira dengan penuh penyesalan. “Kenapa kamu pergi dan tanpa kabar, Amira?”

Amira menatap Angga dengan tatapan tajam. “Karena tidak sanggup mendengar cerita penghianatmu pada ku, Mas.”

Angga terdiam, tidak bisa membantah.

“Angga,” lanjut Amira, “aku sudah cukup sabar menghadapi semua masalah. Aku meninggalkan rumahmu karena ingin mencari ketenangan, tapi bahkan di sini pun aku tetap dijadikan bahan pembicaraan. Sampai kapan kamu akan terus membiarkan ibumu dan Nia mengendalikan hidupmu, Mas?”

Angga tidak menjawab. Dalam hatinya, ia tahu Amira benar, tetapi ia merasa terlalu terjebak di antara ibunya dan istrinya.

"sebaiknya kamu pergi saja, Mas. Aku juga butuh ketenangan."

"Baiklah, kalau ada apa-apa cepat telpon aku, Amira."

Setelah itu Angga seperti pergi dengan perasaan begitu bersalah kepada Amira. Sedangkan Amira hanya bisa menahan air matanya yang sedari tadi ingin terjun bebas.

Di rumah, Loli semakin tidak tahan dengan sikap ibunya. Ia akhirnya memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Ratna.

“Ibu, aku nggak tahu apa yang ada di pikiran Ibu, tapi aku nggak akan diam saja melihat ini semua. Kak Amira nggak bersalah, dan Ibu harus berhenti menyalahkannya.”

Ratna mengernyitkan dahi. “Loli, kamu membelanya lagi? Apa kamu sudah lupa dia itu hanya perempuan miskin yang membawa sial untuk keluarga kita?”

Loli menggeleng dengan tegas. “Ibu, yang membawa sial itu bukan Kak Amira, tapi cara berpikir Ibu. Kalau terus seperti ini, Ibu hanya akan membuat Kak Angga semakin jauh dari kita.”

Ratna terdiam sejenak, apa yang dijelaskan oleh Loli ada benarnya. Tapi dia tetap keras dengan pendiriannya.

"Ah, sudahlah. Ibu pusing kalau harus berdebat dengan mu bila menyangkut urusan dengan Amira. Kamu selalu saja membelanya, heran deh kamu itu anak ibu atau anaknya Amira sih?" ucap Ratna sambil meninggalkan Loli sendiri diruang tamu.

Loli hanya bisa menggelengkan kepala melihat ibunya yang sepertinya tidak mau berubah sedikit pun.

"Kasihan sekali dengan Kak Amira. Kalau aku punya mertua seperti ibu, sudah ku santet sampai mampus," gumam Loli pelan.

1
Aini Qu
Lumayan
Sri Wahyuni
bagus karya ini,.... ini realisasi kehidupan nyata
Non Mey: Makasih Kakak 🩷
total 1 replies
karya yang bagus, semoga kedepannya Amira punya keberanian untuk melawan mertuanya.gedek juga lihatnya
sangat keren
lanjutkan kakak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!