SRI

"Tari, tolong cek ulang pembukuan stok buah buahan dan sayur, lalu nanti tandatangani resi penerimaan saat supplier daging datang, aku harus menemui pak Regan di kantornya." titah Fajar, pada Sri yang sudah hampir dua minggu ini bekerja sebagai wakil Fajar yang menjabat sebagai kepala toko di toserba pimpinan Regan itu.

Setelah merengek dan sedikit memaksa plus di bumbui rayuan mautnya akhirnya Regan mengizinkan Sri untuk bekerja di toserba. Sri yang biasa bekerja keras saat di desa, mulai merasa jenuh dengan hari harinya yang hanya duduk diam di rumah bak nyonya besar, sendi sendinya terasa kaku dan pegal meski di apartemen dia sudah bersih bersih dan melakukan apapun pekerjaan yang bisa di lakukannya, termasuk memasak dan mengurus semua keperluan Regan.

Beruntung Sri termasuk pintar beradaptasi, sehingga saat Regan menempatkannya di toserba sebagai wakil Fajar, gadis itu bisa cepat belajar dan mengikuti. Bukannya tanpa alasan Regan menempatkan Sri di sana, selain Fajar tau siapa Sri, dia juga merasa jika Fajar cukup mumpuni untuk mengajari Sri soal pekerjaan meski dengan ijazah Sri yang hanya tamatan sekolah menengah pertama.

"Baik, pak." patuh Sri yang tetap profesional memanggil Fajar dengan sebutan Pak, meski pria itu hanya asisten kekasihnya, lagi pula dia tidak mungkin memanggil Fajar dengan sebutan Mas, karena Regan akan murka padanya.

"Ada apa Esther?" kaget Fajar yang tiba-tiba mendapati manager toko mereka yang bernama Esther berada di ambang pintu ruang kerjanya yang terbuka lebar.

"Maaf, ini pembukuan stok buah dan sayur sudah saya cek ulang tadi pagi sebelum anda datang, saya juga sudah menginput semuanya ke komputer anda." Wanita bernama Esther itu menyerahkan satu bundel berkas dan satu buku besar dan tebal ke hadapan Fajar.

"Oh, terimakasih Esther atas bantuannya, kamu memang bisa di andalkan!" ujar Fajar sambil mengacungkan jempol tangannya pada wanita yang kini tersipu malu mendapat pujian dari atasannya itu.

Sebelum Sri menjadi asisten Fajar, Esther memang sering di mintai bantuan oleh Fajar untuk mengerjakan beberapa pekerjaannya, terlebih Fajar juga harus bekerja di dua tempat, menjadi kepala toko di toserba dan menjadi asisten Regan di kantor barunya, sehingga tak jarang Fajar kewalahan dengan pekerjaannya, beruntung Esther yang menjabat sebagai manager toko itu selalu siap membantunya, namun setelah ada Sri tentu saja Fajar menjadi lebih sering meminta tolong pada Sri karena memang itu tugas Sri sebagai wakilnya, hal itulah yang membuat Esther menjadi kesal dan merasa tersisihkan atas kehadiran Sri di sana.

"Tentu saja, sebenarnya anda tidak perlu mempekerjakan karyawan baru untuk membantu anda, karena saya masih bisa menghandle nya, saya rasa hanya buang-buang pengeluaran saja untuk membayar karyawan amatiran," ucap Esther dengan pandangan sinisnya yang mengarah pada Sri.

"Orang-orang hebat juga dulunya pernah menjadi amatiran juga, dulu aku malah hampir setiap hari kena marah Bu Sari karena selalu membuat kesalahan, sampai sekarang juga kadang melakukan kesalahan dan kena semprot pak Regan," seloroh Fajar yang tahu jika ucapan Esther memang sengaja untuk menyindir Sri.

Bukannya tidak tau, tentu saja Fajar tahu dengan ketidak sukaan beberapa karyawan toko terutama Esther pada Sri yang tiba-tiba datang menjabat sebagai wakil dirinya, apalagi di minggu pertama Sri bekerja, gadis itu masih keteteran dan banyak tidak tahu dengan pekerjaannya, seperti pengoperasian komputer dan pembukuan, sehingga Esther sering di mintai tolong merevisi pekerjaan Sri, namun seiring waktu Sri sudah mulai bisa mengikuti dan paham dengan pekerjaannya.

Kasak kusuk di antara pegawai toko mengenai Sri yang di curigai masuk melalui orang dalam memang santer terdengar di telinga Fajar, bahkan mungkin di telinga Sri sendiri. Hanya saja tidak mungkin jika Fajar mengatakan pada semua karyawan jika Sri adalah kekasih pemilik toko tempat mereka bekerja, bisa tamat kariernya. Jadi dia hanya membiarkan gosip itu menggelinding bak bola panas, dan membiarkan mereka menebak-nebak siapa orang dalam yang telah memasukan Sri untuk bekerja di toserba.

"Lestari, ini resi penerimaan daging yang harus di tandatangani." ujar Esther menyerahkan beberapa lembar kertas ke hadapan Sri. Sesuai mandat dari Fajar sebelum pergi, Sri menandatangani lembar demi lembar kertas yang di sodorkan Esther padanya itu.

Tanpa bicara apapun, setelah mendapat tanda tangan dari Sri, manager toko itu segera pergi meninggalkan Sri yang tengah sibuk memeriksa beberapa pembukuan.

*

Keesokan harinya, tiba-tiba dua orang asing menerobos ke ruang kerja Fajar. Sri yang berada di ruangan itu sendirian karena siang itu Fajar harus pergi ke luar kota bersama Regan benar benar merasa terkejut dengan kedatangan dua orang yang datang dengan wajah marah dan terus berteriak ingin bertemu dengan pemilik toko.

"Mba Esther, ada apa ini?" tanya Sri, karena siang itu Esther terlihat mengantar dua orang yang marah itu untuk datang ke ruangan kerja Fajar sekaligus juga menjadi ruangan kerjanya.

"Ini Lestari, yang bertanggung jawab di toko kami." alih alih menjawab pertanyaan Sri, Esther justru malah berbicara pada dua orang yang terlihat marah itu.

"Kau harus bertanggung jawab atas kegaduhan yang terjadi di kedai kami, gara-gara daging yang kau kirimkan, kedai kami menjadi kena masalah dan terancam tutup!" marah seorang pria dengan mata yang melotot dan suara berapi-api, sementara satu orang lagi berkacak pinggang dengan pandangan mengintimidasi Sri.

"A-ada apa? Apa yang terjadi?" gagap Sri kebingungan karena tidak tau apa yang terjadi.

"Dasar toko tidak jujur, kenapa mencampur daging sapi dengan daging babi, itu membuat kedai bakso kami di demo karena selama ini bakso yang kami jual bersertifikat halal!" sembur pria yang satunya baru mengeluarkan suara, setelah terlihat menahan amarahnya.

"Daging babi?" beo Sri yang masih tidak mengerti dengan alasan kemarahan dua orang pria itu padanya, yang pertama urusan penjualan harusnya menjadi tanggung jawab manager toko, dan yang kedua setau dirinya, toko mereka tidak menjual dan menyediakan daging non halal itu, lantas mengapa dua orang itu marah padanya dan Esther juga justru malah melimpahkan semua masalah padanya.

"Iya, pelanggan ku yang menyadari jika rasa bakso tidak seperti biasanya, dan ternyata saat di cek, benar saja daging sapi yang kami beli dari sini di campur daging babi, aku tidak terima, aku ingin menuntut toko ini, apalagi berita tentang bakso kami yang mengandung babi sudah viral, kami mengalami kerugian yang besar akibat masalah ini, sekarang ayo ikut ke kantor polisi, pertanggung jawabkan kecurangan mu!" salah satu pria tadi menyeret paksa tangan Sri agar ikut bersama mereka.

"Tunggu,,, semua bisa di bicarakan baik-baik, lagi pula kami tidak pernah berbuat curang sepeti itu pada konsumen, kami juga tidak menjual daging babi, ini pasti salah paham!" Sri meronta berusaha melepaskan diri dari cekalan tangan pria yang mengaku telah di tipu tokonya itu, namun tenaga pria itu lebih kuat dari tenaga Sri yang bertubuh jauh lebih kecil.

"Jika kedai kami hancur, maka toko kalian juga harus ikut hancur, ini semua gara-gara toko kalian!" pria itu terus menyeret paksa Sri keluar dari ruangannya.

"Mbak Esther, tolong aku, panggil sekuriti!" pinta Sri, namun Esther seperti pura-pura tuli.

"Sebagai penanggung jawab toko, sebaiknya kamu selesaikan urusan ini, dari pada mereka mengamuk di toko dan mengganggu konsumen, nanti aku hubungi pak Fajar." kata Esther seraya hanya diam menonton dua orang itu menyeret Sri tanpa melakukan pertolongan apapun, termasuk sengaja tidak memanggilkan sekuriti seperti pinta Sri, alih-alih iba melihat Sri di perlakukan seperti itu, dia justru terlihat puas dan menikmati tontonan itu.

Sementara Sri akhirnya mau tidak mau menuruti ucapan Esther yang menurutnya masuk akal itu, dan dia benar-benar percaya jika Esther akan menghubungi Fajar setelah ini karena Esther terlihat merogoh saku blazer nya dan mengambil ponselnya, namun sayangnya ternyata bukan untuk menghubungi Fajar dan melaporkan kejadian yang baru saja terjadi ini agar sang kepala toko membantu Sri, namun untuk mengirim pesan pada seseorang, bahkan bibirnya tersenyum sangat lebar saat Sri sudah berhasil di bawa kedua pria itu.