kisah cinta seorang pemuda sederhana nan rupawan dan cerdas dalam mengejar mimpi yang terjebak dengan lawan jenis di sebuah kamar kos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhujhu Games, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30.Di ruang meeting.
Keesokan harinya....
Andika yang kemarin mendapatkan pesan dari Direktur perusahaan yang memberikannya beasiswa untuk datang ke perusahan tersebut, pagi ini ia berniat untuk memenuhi undangan yang dikirimkan lewat pesan chat tersebut.
Andika pun berniat untuk tidak hadir ke kampus dan mengirimkan surat izin ke kampusnya.
"Nin, aku pinjam motor kamu ya?" ucap Andika ketika tiba di tempat kerjanya.
"Oh iya, Dik. Nih!!" balas Nina sambil melemparkan kunci motor maticnya itu kepada Andika.
"Bisa kan makainya? Atau perlu aku temenin?" lanjut Nina sambi memberikan senyum tipis di wajahnya kepada Andika.
"Bisalah.Makasih ya." ucap Andika singkat.
Mendengar balasan yang diberikan Andika itu, Nina sedikit merasa kecewa, dengan wajah sedikit cemberut.
'Ckleeek.... Brooooomm!! '
Andika terlihat menyalakan motor matic Nina. Meskipun sangat jarang mengendarai sepeda motor, untungnya dulu Andika pernah di ajari oleh salah satu teman dekatnya semasa masih di SMA dulu. Termasuk membantunya untuk mendapatkan SIM.
Dengan perlahan, Andika mulai melajukan motor matic itu sambil melambaikan tangan kepada Nina.
Wajah Nina yang tadinya cemberut, tiba-tiba muncul senyum tipis di wajahnya ketika Andika hendak melajukan motornya.
"Aku pergi dulu ya, Nin. Da...... " ucap Andika yang melambaikan tangan kepada Nina.
"Dada...... Hati-hati." balas Nina dengan senyum tipis di wajahnya.
Akhirnya Andika mulai berjalan melajukan motornya menuju ke perusahaan yang memberinya beasiswa itu di cabang Bandung.
Setidaknya Andika membutuhkan waktu kurang lebih dua jam untuk tiba di perusahaan itu, mengingat macetnya jalanan pagi di kota Bandung.
Andika tiba di perusahaan itu tepat jam 10.13. Dan sedikit lebih awal dari waktu yang di janjikan untuk pertemuan itu.
Andika terkesan melihat gedung perusahaan berlantai 5 itu. Dengan area parkir yang sangat luas dan di penuhi pohon yang rindang.
"Parkir di sana ya, mas."ucap seorang satpam perusahaan itu.
Andika hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah memarkirkan motornya Andika langsung masuk ke lobi perusahaan itu.
" Maaf mbak, ruang meeting dimana ya?"tanya Andika kepada seorang petugas wanita yang berada di lantai bawah.
"Ada keperluan apa ya mas?" tanya si petugas wanita itu.
"Ini mbak. " balas Andika menunjukkan pesan chat di ponselnya kepada petugas itu.
"Owh iya mas. Ruang meeting ada di lantai 3,mas silahkan naik tangga atau naik lift, nanti ada pintu bertuliskan ruan meeting." balas petugas itu.
"Iya mbak. Terima kasih." balas Andika berlalu meninggalkan petugas itu.
Andika langsung memilih untuk menaiki tangga menuju ke lantai 3.Tak butuh waktu lama Andika untuk sampai di lantai 3.
Sambil menunggu untuk di panggil, seperti biasa, Andika menghabiskan waktunya sambil membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan. Memanfaatkan waktu yang dimilikinya sebaik mungkin.
Setelah menunggu sekitar 20 menit, tiga petinggi perusahaan itu terlihat berjalan di lorong bangunan ini. Mereka nampak mengenakan jas hitam rapi dilengkapi dengan dasi.
Satu di antara dari petinggi itu memakai kacamata dan yang satu lagi terlihat sedikit agak muda.
"Andika?" ucap pria yang memakai kacamata itu.
Dengan cepat Andika langsung berdiri dari duduknya. Lalu sedikit menundukkan kepalanya kepada ketiga petinggi perusahaan itu.
"Iya pak."balas Andika masih sedikit menundukkan kepalanya untuk memberi hormat.
" Ayo masuk. Masih ada banyak hal yang harus kita bahas."lanjut pria berkacamata itu.
Akhirnya mereka berempat memasuki ruang meeting. Dimana pria yang tidak memakai kacamata terlihat sedang menyiapkan sebuah proyektor di dalam ruangan itu.
"Andika... Sebelumnya, kami benar-benar merasa senang atas laporan pendidikan kamu. Kecerdasan dan kemampuan kamu begitu terlihat jelas. Intinya kami benar-benar berharap kalau kamu akan menjadi tenaga yang hebat untuk perusahaan ini kedepannya." ucap pria berkacamata itu.
"Terima kasih pak. Akan selalu saya usahakan." balas Andika dengan segala hormatnya.
"Tapi...... "
'Ctiiiiikkkk...... '
Petinggi dari perusahaan itu kemudian memutar rekaman video dari berita yang beredar dua hari yang lalu itu. Menunjukkan sosok Andika yang tengah di wawancarai wartawan dan juga pihak kepolisian.
"Sekarang, Andika. Coba jelaskan apa maksud dari semua ini?"
'Deg..... Deg..... '
Kini, jantung Andika serasa mau copot. Meskipun sebelumnya Andika sudah menduga tentang semua ini. Tentang perusahaan yang memberinya beasiswa itu memanggilnya dengan sangat tiba-tiba. Andika benar-benar terkejut, tak menyangka kalau panggilannya itu untuk membahas kejadian ini.
"Sa... Saya membantu teman saya yang sedang kesulitan pak."ucap Andika dengan gugup. Keringat mulai mengucur di wajahnya.
" Teman ya? Terus dia siapa?"ucap dari pria yang berada di samping pria berkacamata itu.
"Di.... Dia, pak Joko."ucap Andika.
" Kenapa kalian bisa barengan gitu.Gimana ceritanya. Jawab jujur."lanjutnya dengan penuh tekanan.
"Sa.. Saya bekerja di tempat dia pak. Sebagai teknisi komputer." balas Andika memberanikan diri.
"Owh... Kerja ya? Padahal kami sudah memberikan beasiswa dalam jumlah yang cukup besar lho. Terus gimana dengan pendidikan kamu kalau kamu malah sibuk bekerja."tanya petinggi perusahaan satunya.
" Perlu kamu ingat, Andika. Kami memberikan beasiswa kepada calon tenaga yang brilian agar bisa menjadi penerus tenaga hebat untuk perusahaan ini nantinya. Dengan ini, tentunya kami akan mempertimbangkan beasiswa yang telah diberikan untukmu."imbuhnya.
Tubuh Andika mulai bergetar hebat menyadari dari arah pembicaraan ini, yang kemungkinan besar akan merugikan dirinya dan pendidikannya itu.
"Sa... Saya mengerti pak. Ta.... Tapi saya masih belajar dan.... "
"Ya... Ya... Kami paham kamu itu cerdas. Untuk urusan pekerjaan, masih bisa kami maafkan jika kamu mau mengundurkan diri dari pekerjaan itu. Tapi masalah terbesarnya, ini...... " Petinggi perusahaan itu menghentikan video itu tepat pada saat kamera menyorot sosok Ana yang dilarikan ke rumah sakit.
"Dia ini siapa? Kok kamu bisa kenal?" lanjut petinggi perusahaan itu.
"Pertanyaannya kok kamu bisa kenal dengan dia, walaupun baru dua bulan belajar? dari hasil penelusuran yan kami dapat. Satu, dia adalah mahasiswi dari fakultas lain. Dua, dia mahasiswi tahun kedua. Tiga, . .... "
Sebelum melanjutkan kalimatnya petinggi perusahaan itu nampak mengangkat tangan kanannya.Agar pria yang tengah menanyai Andika itu berhenti bertanya terhadap Andika.
Jantung Andika berdebar sangat kencang......
Andika sampai tak bisa berkata-kata lagi. Tak tau harus dari mana dan bagaimana ia menjelaskan semuanya itu.
"Dalam hasil penelusuran yang kami dapat dan juga dari saksi. Kami mendapati kalau kalian memang tinggal sekamar." ucap salah satu petinggi itu.
"Sa... Saya...."
Tak ada alasan yang terpikirkan Andika saat ini. Karena bagaimanapun saat ini ia membela diri, situasinya kini sudah pada posisi yang sangat sulit.
"Kalau kamu sibuk bekerja dan pacaran. Bagaimana kamu bisa jadi tenaga ahli untuk perusahaan kami nantinya? Apalagi untuk memajukan perusahaan ini di masa depan?" ucap petinggi itu dengan keras.
"Sa... Saya masih bisa mengusahakannya, pak." balas Andika yang tak tahu harus ngomong apa.
Andika sudah merasa pasrah dan ia juga sudah tau arah tujuan dari pembicaraan mereka ini.
Namun sebelum mendatangi kantor cabang ini Andika sudah siap menerima apa hasil dari pertemuan mereka ini.
"Yah... Jadi maaf Andika. Karena kami memandang investasi yang kami berikan untukmu tidak berjalan lancar, kami para petinggi perusahaan memutuskan untuk membatalkan investasi yang diberikan untukmu." ucap pemimpin tertinggi yang memakai kacamata itu.
'Cetak..... '
Suara cap logo perusahaan di samping materai bertanda tangan itu terdengar cukup keras. Setelah mengecapnya petinggi perusahaan itu menyerahkan kepada Andika.
Meskipun Andika sudah merasa siap atas apa yang akan terjadi dari pertemuan ini, Andika merasa sangat syok ketika ia membaca isi dari surat itu.
Bersamaan dengan keluarnya surat itu.....
Bersambung......
DinDut Itu Pacarku ngasih Iklan