Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertolongan Datang.
Siang itu, di bengkel jaya motor, Ridho baru saja selesai mengganti oli sebuah mobil, saat Guntur datang bersama dengan Mat Sani ke tempat itu mencari nya.
Awal nya Kaila terkejut melihat pria pemilik bengkel dua sekawan itu datang mencari Ridho dengan membawa seorang tokoh preman yang sangat ditakuti itu.
Hati nya bertanya tanya, ada masalah apa dengan anak buah nya yang pendiam itu, hingga berurusan dengan gembong preman kota itu.
"A ada apa kalian mencari nya?" tanya Kaila gemetar
"Ah sudahlah!, panggil saja dia kesini, ada urusan yang harus diselesaikan dengan ku, atau Bengkel mobil mu ini ku obrak abrik heh? Ancam Mat Sani dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Ja… jangan bang, kalau dia punya utang, biar saya bayar, asal jangan buat keributan di Bengkel saya ini, kasihan dia bang!" ucap Kaila memohon pada Mat Sani.
"Dia punya utang nyawa pada ku, mau kau bayar dengan nyawa mu?" tanya Mat Sani garang.
"Abang menggertak nya begitu, kalau dia jantungan, bisa mati anak orang bang!" sebuah suara menegur dari belakang Kaila, dan nampak Ridho muncul diantara celah dua buah mobil.
Mat Sani menatap kearah Ridho beberapa saat lama nya, lalu berlari memburu kearah pemuda itu, dan mereka berpelukan.
"Bos!, kudengar dari Bos Guntur, kau berada di kota ini, maka nya aku memaksa bos Guntur mengantarkan aku kesini, aku kangen dengan bos, aku sudah mendengar semua kisah tentang diri bos, yang sabar ya bos, aku turut berduka cita, aku tahu bos orang yang kuat, bos pasti bisa melewati semua ini!" ucap Mat Sani sedih.
"Terimakasih bang, doakan saja saya bisa bangkit kembali dari keterpurukan ini!" sahut Ridho.
Dari arah Toko spareparts, nampak Kaila tercengang melihat Bos preman yang paling ditakuti orang itu, justru memeluk tubuh Ridho terlebih dahulu.
"Ah! Keanehan apa lagi yang ditunjukan pemuda sendu itu?, aku benar benar yakin sekali, jika pemuda itu bukan orang biasa, ada misteri besar dibalik sosok pemuda berwajah sendu itu" gumam Kaila bermonolog sendirian.
Dari arah jalan raya, tiba tiba berhenti sebuah motor Go-Jek yang di tumpangi oleh seorang wanita tua yang duduk di belakang Abang Go-Jek itu.
Belum lagi motor itu berhenti benar benar, wanita tua yang membonceng dibelakang itu segera melompat turun, lalu tanpa melepaskan helm nya, dia berlari kearah Kaila.
"Ma… maaf non, saya mau tanya, apa ada orang yang bernama Ridho yang bekerja di sini?" tanya wanita tua itu.
"Ada nek, ada apa ya?" tanya Kalila heran.
"Ada hal penting yang ingin saya sampaikan kan nona, tolonglah panggilkan Ridho sekarang!" pinta wanita tua itu menghiba.
Baru saja Kaila ingin memanggil Ridho, pemuda yang dimaksudkan muncul bersama guntur dan Mat Sani.
"Ada apa non?" tanya Ridho berjalan mendekat.
Wanita itu menatap kearah Ridho yang berjalan menghampiri nya, "a… apakah kau nak Ridho?" tanya nya.
"Iya nek, sayalah Ridho, satu satu nya yang bernama Ridho di bengkel ini, ada apa ya nek?" tanya Ridho heran.
Wanita tua itu melepaskan helm nya, "saya Mbok Jumroh, pengasuh non Yuanchi sedari bayi merah nak!" ucap wanita itu memperkenalkan diri nya.
Saat mendengar nama Yuanchi disebutkan mbok Jumroh, tiba tiba perasaan Ridho menjadi tidak enak sekali.
"Yuanchi?, ada apa dengan nya mbok?" tanya Ridho.
"Non Anchi disekap dan di siksa papah nya di gudang nak, tolonglah dia nak, tolong dia!" ratap Mbok Jumroh bersimpuh memeluk kaki Ridho sambil menangis pilu.
"Ada apa hingga dia disekap dan disiksa papah nya?" tanya Ridho penasaran.
"Non Anchi!… non Anchi ketahuan mamah dan papah nya pindah keyakinan, mereka marah besar nak, non Anchi dipaksa kembali ke agama semula, tetapi non Anchi bersikeras tidak mau, akhirnya papah nya menyiksa non Anchi nak, tolonglah dia nak, tolong, bisa bisa dia mati nanti nak!" tangis mbok Jumroh menyayat pilu.
"Baiklah mbok, Tur! tolong antar aku" ucap Ridho seraya membayar Go-Jek dengan uang nya sendiri.
Dengan mobil Guntur, Ridho dan Mbok Jumroh, serta Mat Sani segera meluncur kearah rumah kediaman Yuanchi Juan.
Tanpa berbasa basi lagi, Mat Sani turun terlebih dahulu, dua orang sekuriti rumah tuan Anthonius Juan yang mencoba menghentikan nya, langsung tumbang termakan keganasan Mat Sani sang dedengkot preman kota itu.
Di halaman depan, A Cong dan Jong Kok, sang bodyguard tuan Anthonius Juan yang ahli Taekwondo itu juga tidak mampu menandingi sepak terjang Mat Sani dan Ridho, kedua nya tumbang nyungsep di teras depan.
Mbok Jumroh segera membawa Ridho, Mat Sani dan Guntur ke gudang di belakang rumah kediaman Anthonius Juan.
Ridho tercekat melihat didalam gudang itu, seorang wanita dengan kepala gigi dulu tak karuan, berdiri dengan tangan terikat kebelakang pada sebuah pilar, dengan kepala terkulai.
"Nuna!" ....
Ridho berteriak seraya memburu kearah Yuanchi Juan yang sekujur tubuh nya sudah penuh dengan memar dan luka luka itu.
Di peluk nya tubuh wanita yang sudah tidak karuan rupa nya lagi itu dengan perasaan yang teramat pedih.
Sementara itu, Mat Sani dan Guntur membuka ikatan tangan Yuanchi Juan.
"Abang!" Yuanchi Juan mengangkat kepala nya menatap kearah Ridho, seulas senyum indah terbit di bibir nya, lalu kepala nya kembali terkulai pingsan.
Ridho membopong tubuh Yuanchi Juan dengan kedua tangan nya, membawa nya masuk kedalam mobil Guntur.
"Tur!, langsung ke rumah sakit AHMC saja, telpon Abang Roslan, suruh siapkan kamar VVIP secepat nya!" ujar Ridho.
Kali ini Mat Sani yang menjadi sopir nya, sementara itu, Guntur segera menelpon Dokter Roslan sebagai Direktur rumah sakit AHMC.
Mbok Jumroh tidak lagi sempat berpikir apapun, dia sibuk memanggil nama Yuanchi Juan sambil menangis pilu.
Sambil terdiam, sesekali Ridho menatap ke wajah Yuanchi Juan. Dia baru sadar sekarang jika wajah Yuanchi Juan ini ada kemiripan dengan wajah Anastasya, baik itu alis atau bibir nya, hanya saja, wajah Yuanchi Juan ini nuansa Korea nya jelas kelihatan sekali.
Saat mereka tiba di rumah sakit AHMC, Dokter Roslan dan dokter Devi sudah berdiri menyambut mereka dengan sebuah brankar yang sudah dipersiapkan.
Ridho meletakan tubuh Yuanchi Juan diatas brankar, lalu bersama Dokter Roslan, Guntur, dan Mat Sani,mendorong brankar itu masuk keruang UGD.
Dokter Roslan dan dokter Devi langsung yang meriksa tubuh Yuanchi Juan.
"Bos! Apakah perlu saya turunkan anak anak membereskan manusia biadab itu?" tanya Mat Sani murka.
"Jangan dulu bang, saya takut kita justru disalahkan oleh Anchi bila sesuatu yang buruk terjadi pada tuan Anthonius Juan, bagai mana pun, pria itu adalah papah nya, kita tunggu Anchi siuman dulu, baru kita pikirkan, tindakan apa yang akan kita lakukan kelak!" sahut Ridho.
"Kau benar Do, jangan sampai niat baik kita justru menambah runyam urusan, sebaik nya memang kita tunggu dia siuman dulu, baru kita atur rencana, apa mau kita serang, atau kita polisi kan dengan kasus penganiayaan, itu urusan nanti" sahut Guntur membenarkan tindakan Ridho yang tidak gegabah itu.
Setelah beberapa saat lama nya dalam observasi Dokter Roslan dan dokter Devi, akhirnya pintu UGD pun dibuka dan sebuah brankar didorong keluar oleh seorang petugas rumah sakit itu menuju ruang VVIP di lantai atas.
"Bagai mana bang?" tanya Ridho pada Dokter Roslan.
"Trauma benda tumpul dan lecutan diseluruh tubuh nya sangat parah, tetapi tubuh nya kuat, dia akan baik baik saja dik, oh iya, dia siapa?, apakah calon adik ipar kami?" tanya Dokter Roslan bergurau.
"Wallahu alam bang, doakan saja" sahut Ridho ringan sambil berjalan di belakang brankar.
Setelah tiba di ruang VVIP, sekali lagi Dokter Roslan dan dokter Devi memeriksa keadaan Yuanchi Juan yang masih pingsan itu.
Setelah memastikan semua baik baik saja, kedua Dokter itu kembali melanjutkan tugas mereka, meninggalkan Ridho, Mat Sani, guntur dan Mbok Jumroh yang duduk di kursi panjang di ruang tamu, ruang VVIP itu.
Beberapa saat kemudian, seorang perawat masuk kedalam ruang VVIP itu, memeriksa keadaan Yuanchi Juan.
Setelah memeriksa beberapa saat perawat itu keluar, menatap kearah Ridho, Guntur dan Mat Sani, "Ridho dipanggil pasien, dia ingin bicara!" ujar nya lantas berlalu meninggalkan tempat itu dengan pandangan kurang suka kearah Ridho yang berpakaian lusuh, maklum pakaian kerja.
"Wanita bodoh!, dia tidak mengenal pemilik rumah sakit ini, di berhentikan baru tahu kau!" omel Mat Sani geram.
Mat Sani sekarang akrab dengan Guntur semenjak Ridho pulang kampung dahulu, dan Guntur banyak bercerita tentang Ridho sehingga dia banyak tahu tentang kehidupan Ridho yang sudah dianggap nya sahabat itu.
"Sstt!" Guntur menyilangkan jari di bibir nya, memberi kode agar Mat Sani jangan bicara terlalu banyak.
Ridho melangkah mendekati tempat tidur yang ditempati oleh Yuanchi Juan itu.
Menatap tubuh wanita cantik itu, hati Ridho terasa sangat perih sekali.
"Apa yang sudah terjadi dengan mu Nuna?" tanya Ridho.
Seulas senyum tulus terbit di wajah cantik Yuanchi Juan.
"Terimakasih ya bang, abang sudah nolongin Anchi, tanpa pertolongan abang, mungkin Anchi sudah tewas" Yuanchi Juan menatap mata Ridho yang terlihat sedih itu.
"Apa yang sudah terjadi Nuna?" tanya Ridho mengulangi pertanyaan nya tadi.
Perlahan, Yuanchi Juan menceritakan semua yang telah terjadi pada diri nya, kepada Ridho.
Geraham Ridho berdenyut, pertanda dia sangat marah sekali, "apakah Nuna ingin saya membalaskan perlakuan mereka pada nuna?, atau Nuna ingin saya melaporkan mereka ke polisi?" tanya Ridho sangat geram.
Yuanchi Juan menggelengkan kepala nya, "tidak bang, jangan!, bagai manapun, mereka adalah orang tua Anchi, biarkan saja Allah yang menentukan semua nya, Anchi sudah ikhlas dengan kejadian ini, hanya saja, kini Anchi sudah jadi orang miskin, perusahaan dan semua fasilitas yang Anchi dapatkan, sudah diambil kembali, padahal itu hasil keringat Anchi bang!" ucap wanita itu sedih.
"Kau menyesali nya?" tanya Ridho.
Wanita cantik itu menggelengkan kepala nya, "tidak bang!, Anchi ikhlas, Anchi sekedar cerita saja, pindahkan saja Anchi keruang kelas tiga, Anchi takut tidak bisa membayar biaya rumah sakit ini bang!" ujar nya terisak menangis.
"Jangan khawatir Nuna, disini ada kerabat ku yang bekerja sebagai dokter, dia sudah menanggung semua biaya nya!" ujar Ridho sedikit berdusta.
Yuanchi Juan menatap kearah Ridho dengan tatapan takjub nya.
...****************...