NovelToon NovelToon
Engkau Milikku

Engkau Milikku

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Mafia / Cinta setelah menikah / Selingkuh / Balas dendam pengganti
Popularitas:20.5k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.

Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.

Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.

Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengungkapkan Yang Sebenarnya

Vanno menepuk punggung Sean memberikan semangat, setelah melepaskan pelukannya, Sean berulang kali mengucapkan terima kasih pada Vanno.

"Santai saja, jaga istrimu dan jika kau perlu bantuanku, aku pasti akan membantumu." Ujar Vanno.

"Oke."

Vanno pergi lalu Sean memasuki ruangan Sonia, istrinya sudah diperbolehkan pulang tapi Sean masih ingin membiarkan Sonia untuk beristirahat di rumah sakit terlebih dahulu sampai kondisinya benar-benar stabil.

"Apa yang terjadi? Kok bisa kamu nemuin aku?" Tanya Sonia yang ingin tau bagaimana Sean menemukannya.

"Saat balik dari toilet, aku mencarimu, beberapa tamu undangan bilang kalau kamu dibawa paksa oleh lelaki paruh baya, aku tidak terpikir bahwa itu adalah Endro dan aku menyusul keluar dan mencarimu kemana-mana namun tidak ada, tak lama Vanno menelfonku ternyata dia sedang mengikuti mobil papa dan dia bilang kalau kamu dibawa oleh papaku. Dia mengikuti kalian sampai depan hotel dan aku menyusul, kalau bukan Vanno yang memberitahu, mungkin aku tidak tau apa yang akan terjadi padamu sayang." Sean mencium tangan Sonia berkali-kali, dia bersyukur istrinya baik-baik saja dan dia datang tepat waktu.

"Sean, aku ingin cerita sama kamu, aku udah nggak kuat menahan semua ini sendiri. Aku ingin kamu tau semuanya." Ujar Sonia.

"Ceritalah, aku memang menunggu penjelasanmu, aku sampai frustasi memikirkan semua ini."

"Maafkan aku ya, aku tidak bermaksud membuatmu begitu, banyak pihak yang aku pikirkan."

"Sebenarnya ada apa?" Saat Sonia akan menjelaskan semuanya pada Sean, seorang perawat masuk dan memberitahu kalau Sonia sudah bisa pulang.

"Ini resep obatnya bisa diambil di apotik dan silahkan untuk mengurus segala biaya administrasinya." Seorang perawat berkata dengan ramah pada Sean, dia mengambil resep obat lalu bergegas menuju apotik.

"Jangan lama-lama ya." Pesan Sonia.

"Iya, sebentar aku tebus obat dulu." Sean yang awalnya ingin membiarkan Sonia di rumah sakit dulu langsung berubah pikiran, dia ingin segera membawa istrinya ke hotel untuk membicarakan hal ini berdua dengan Sonia.

Setelah selesai mengurus semuanya, Sean menggandeng Sonia untuk pulang, "aku lupa, aku nggak bawa mobil, tadi ke sini pake mobilnya Vanno." Sean menepuk jidatnya.

"Ya udah kita naik taksi aja." Mereka menunggu taksi dan mendapatkannya, mereka berdua naik ke dalam taksi dan Sonia disapa hangat oleh teman kampusnya dulu waktu di Bandung.

"Hai Son." Sapa sopir taksi itu.

"Edoo, kamu di sini, gimana kabarnya?" Tanya Sonia ramah.

"Puji tuhan aku baik, kamu gimana nih? Suami mu ya." Ucap Edo sambil menunjuk Sean.

"Oh iya kenalin ini Sean, suami aku dan ini Edo, dia teman kampus aku kami satu jurusan dulu." Sean dan Edo berjabat tangan, Sean memperhatikan gelagat Edo dan ternyata biasa saja pada Sonia, tidak menunjukkan kalau Edo memiliki perasaan pada istrinya.

"Kamu gimana nih? Udah nikah belum?" Tanya Sonia.

"Udah Son, udah punya anak malah, anakku perempuan sekarang usianya baru masuk lima bulan." Kata Edo, Sean menghela nafasnya lega, "udah nikah ternyata." Batin Sean.

Dia membiarkan Sonia mengobrol dengan Edo yang mana tangannya tidak lepas dari tangan Sonia. Tak terasa sekarang Sean dan Sonia sudah sampai di depan hotel, Sean memberikan tip yang cukup banyak untuk Edo dan segera memasuki hotel.

"Mau mandi? Aku siapin air panas ya." Kata Sean menawarkan bantuan pada Sonia.

"Nggak usah, aku mandi pake air dingin aja lebih segar." Tolak Sonia, dia membawa handuk dan memasuki kamar mandi, Sean ikut menyusul Sonia ke dalam kamar mandi.

"Ngapain? Kamu mau mandi juga?" Tanya Sonia.

"Iya, kenapa memangnya? Nggak boleh? Badanku juga lepek ini, kalau kamu dibiarin mandi sendiri nanti malah tidur."

"Okee, kita mandi bareng nih."

"Iya" Sekitar 30 menit mereka di kamar mandi tentu tak luput dari kemesraan, namun mereka sama sekali tidak melakukan hubungan intim.

Sonia dan Sean mengenakan pakaian yang nyaman untuk tidur, Sonia merasa lehernya pegal.

"Sini aku kompres leher kamu." Sonia mengangguk, dia merasa jijik melihat bekas yang ditinggalkan Endro di lehernya.

"Ini gimana ngilanginnya ya?" Tanya Sonia geli.

"Nanti aku bikin tanda baru." Jawab Sean asal, dia mengeringkan rambut istrinya dan mengompres leher Sonia. Karena merasa enak kepalanya disentuh Sean, Sonia jadi mengantuk.

"Jangan tidur dulu, kamu masih hutang cerita sama aku." Kata Sean.

"Iya iya." Setelah dirasa semua selesai, Sean dan Sonia menaiki tempat tidur, mereka sama-sama duduk bersandar di headboard.

"Katakan padaku, sebenarnya kamu itu kenapa?" Tanya Sean.

"Sebelumnya aku minta maaf, andai dari dulu aku terbuka sama kamu, mungkin aku nggak bakalan seperti sekarang."

"Mulai sekarang, apapun yang kamu lakukan, apapun yang terjadi, kamu bilang sama aku."

"Iya aku bakalan terbuka sama kamu."

"Sekarang ayo cerita."

"Setelah aku mendapatkan cincin berlian pemberian kamu, aku dihampiri oleh Om Endro, dia mengutarakan perasaannya sama aku, aku kaget dan tentu aja aku tolak, aku bilang kalau aku sangat mencintai kamu lalu dia ngancam aku untuk membuat ibu aku menderita dan akan membuat ibu aku cacat seumur hidupnya, dia juga mengancam akan membuat kamu menderita dengan mengambil semua harta kamu.

Aku ngak mau itu semua terjadi Sean, Om Endro mengajak aku untuk ngobrol berdua, dia ngajak aku ke hotel, aku nolak, tapi dia masih terus memberi ancaman, kalau selalu nolak dia. Aku turutin dong, sesampainya di hotel Om Endro bilang kalau dia akan membahagia kan aku jika aku menerima cintanya." Tutur Sonia.

Sonia mengingat kembali kilas balik apa yang menimpa dirinya selama ini.

Flashback On

Di hotel, Endro meminta Sonia untuk bersedia menjadi istrinya dengan iming-iming kesenangan dunia dan juga harta.

"Nggak om, aku nggak mau, aku nggak mau harta om." Jawab Sonia tegas, dia hendak berdiri dan pergi dari kamar itu.

"Kalau kamu menolaknya, aku pastikan ibu kamu kehilangan sebelah matanya." Sonia yang mendengar ancaman itu tentu sangat takut, walaupun dia tidak dekat dengan ibunya tapi dia sangat menyayangi ibu yang sudah melahirkannya, ayahnya selalu berpesan untuk berbakti pada ibu meskipun dia sudah menyia-nyiakan Sonia.

"Jangan om."

"Kalau begitu kamu harus terima lamaranku."

"Tapi aku belum siap menikah, dan bagaimana dengan Sean? Aku masih memiliki hubungan dengannya, aku juga sangat mencintainya."

"Itu gampang, kamu tinggal akhiri saja hubunganmu dengannya."

"Aku nggak mau om, aku nggak bisa ninggalin Sean."

"Kalau begitu aku akan membuat anak itu kehilangan semua hartanya."

"Udahlah om, aku capek denger ancaman om begini, kalau om memang senang melakukan semua itu ya lakukan saja, aku nggak peduli." Sonia beranjak menuju pintu kamar.

"Aku akan melenyapkan orang yang sangat penting dalam hidup Sean jika kamu menolaknya."

"Terserah, aku nggak peduli." Sonia meninggalkan kamar hotel tersebut dengan perasaan marah.

Sonia berniat untuk memberitahu Sean kalau cincinnya sudah ketemu, tapi Sean tidak mengangkat telfonnya sampai keesokan harinya Sonia mendengar kabar kalau mama Sean meninggal di rumah sakit. Sonia yang hendak pergi melayat ternyata di datangi oleh Endro, Endro sudah berdiri di depan rumahnya.

"Ngapain om ke sini? Bukannya istri om baru aja meninggal?"

"Iya dia meninggal karena kamu."

"Aku?"

"Iya kamu nggak ingat apa yang aku katakan kemarin padamu hah? Kalau aku akan melenyapkan orang terpenting dalam hidup Sean yaitu mamanya." Sonia menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Mama Sean itu kan istri om juga, om tega bunuh istri sendiri?"

"Demi kamu, aku akan lakukan apapun." Sonia semakin takut pada Endro, yang dia takutkan adalah semua ancaman Endro.

"Mau om apa?"

"Pergi temui Sean dan katakan padanya kalau kau tidak mau lagi dengannya dan bilang juga tolong tidak mengusik kehidupanmu lagi serta tidak perlu mencarimu. Pergi dan katakan padanya." Sonia menangis, dia tidak ingin melakukan hal itu pada Sean, disaat Sean berduka dia malah memberikan kabar buruk juga pada Sean.

"Aku akan bilang tapi nghak sekarang ya om, tunggu Sean membaik dulu, dia pasti sedang sedih sekarang."

"Aku ingin kau mengatakannya sekarang, aku tidak ingin menunggu lagi, biarkan saja sekalian anak itu merasa sedih."

"Om kok tega banget sama anak sendiri."

"Jangan banyak bicara, lakukan saja yang saya suruh." Sonia dengan berat hati datang menghampiri Sean, dia meminta janjian untuk ketemu dan Sean yang baru kembali dari makam mamanya langsung menemui Sonia.

"Kamu kenapa nggak datang ke rumah? Mama aku meninggal." Sean memeluk Sonia dan menumpahkan tangisnya.

"Iya aku tau, aku dengar dari teman-temannya Fian kalau mama kamu meninggal, aku turut berduka cita ya."

"Iya Son, aku sangat kehilangan mama sekarang."

"Emangnya mama kamu kenapa bisa meninggal?"

"Mama jatuh dari balkon kamarnya, kalau kata papa dia terpeleset." Sonia sangat mengutuk Endro karena dia tau kalau Endro yang sudah menghabisi nyawa istrinya sendiri.

"Sean, aku kesini mau bicara sama kamu."

"Bicara apa?"

"Aku mau kita putus ya, aku ingin mengakhiri semuanya sama kamu, tolong jangan cari aku lagi, aku udah nggak punya rasa apa-apa lagi sama kamu." Sean merasa dunianya seakan runtuh, setelah kehilangan mamanya sekarang Sonia pujaan hatinya juga meninggalkan dirinya.

"Kamu nggak becanda kan?"

"Aku serius Sean, aku pergi, maafin aku."

"Sonia tunggu." Sean menahan lengan Sonia, dia tidak terima ditinggalkan begitu saja.

"Kamu kenapa sih? Aku salah apa sama kamu?"

"Aku bosan sama kamu Sean, aku nggak mau terus-terusan terikat sama hubungan ini." Sonia melepaskan lengannya dari cengkraman Sean, Sean menatap kepergian kekasihnya itu dengan tidak percaya.

Setelah meninggalkan Sean, Sonia menangis sejadi-jadinya dalam mobil Endro, dia tidak sanggup menatap mata Sean tadi. Ternyata di dalam mobil juga ada Fian duduk di bangku belakang, laki-laki itu hanya diam menatap Sonia.

"Kamu kok di sini Fian?" Tanya Sonia.

"Aku diminta papa untuk ikut dia." Jawab Fian.

"Papa kamu mana?" Tanya Sonia yang tidak melihat Endro ada di dalam mobil.

"Nggak tau, Sonia, kamu mending pergi aja sejauh mungkin atau bilang sama Bang Sean kalau kamu diancam papa."

"Kamu tau?" Fian mengangguk.

"Aku mendengar semuanya saat papa ke rumah kamu tadi, sebenarnya aku melihat papa saat mendorong mama semalam dan aku mendengar kalau papa menelfon seseorang dengan mengatakan semua rencananya untuk menjebak kamu."

"Terus, kamu ketauan nggak sama papa kamu?"

"Iya, makanya papa bawa aku sekarang."

"Kita mau dibawa kemana ini?" Tanya Sonia.

"Aku juga nggak tau Son."

Endro memasuki mobilnya dan tersenyum melihat Sonia, "aku udah lakuin seperti yang om suruh, sekarang om jangan ganggu Sean lagi, jangan ambil hartanya dan jangan sakiti dia." Kata Sonia.

"Nggak segampang itu, aku tau kalau kamu itu perempuan cerdas, aku ingin memastikan kalau kamu tidak membocorkan semua ini pada Sean."

"Apa lagi yang mau om lakuin?"

"Ikut saja." Endro membawa Fian dan Sonia ke gedung tua terbengkalai, Sonia merinding saat menginjakkan kaki di sana. Anak buah Endro begitu banyak, dia melihat Nila juga ada di sana.

"Ibu, ngapain di sini?" Tanya Sonia kaget.

"Dia ibu kamu?" Tanya Fian sedikit kaget.

Mengangguk. "Iya Fian, dia ibu aku, ibu kandung aku." Jawab Sonia.

"Dia itu selingkuhannya papa aku." Sonia kaget mendengar perkataan Fian.

"Jadi selama ini ibu selingkuh sama Om Endro? Tega ya ibu, jahat banget sama ayah." Tangis Sonia pada Nila.

"Aku tidak mencintai ayahmu itu, kamu ada hanya karena terpaksa, aku sangat membencimu Sonia, karena kehadiranmu aku jadi lebih susah berpisah dari Emir."

"Ya Allah ibu tega banget ngomong begitu sama aku."

"Udah jangan drama, sini kamu." Sonia mendekati Nila.

"Mulai sekarang kamu harus berjanji padaku kalau kamu akan menyimpan rapat-rapat identitas kamu sebagai putriku, aku tidak mau siapapun tau kalau kau adalah anakku." Setelah berkata seperti itu Nila pun pergi dari tempat itu bersama dengan anak buah Endro. Sonia menangis mendengar ujaran kebencian dari ibunya sendiri.

"Sekarang kamu sudah mengerti semuanya?" Sonia menggeleng, dia memang tidak mengerti apa yang terjadi sekarang.

"Aku sudah menikah dengan ibu kamu, keselamatan ibu kamu tergantung padamu, selama kau menuruti kemauanku maka aku akan memperlakukan ibumu dengan baik tapi jika kau menentangku maka aku akan menyiksa ibumu. Fian ini adalah adik kesayangan dari Sean, kau pastinya tau itu, jika kamu selalu saja menolakku, maka aku akan melenyapkannya juga." Sonia dengan mata yang sudah memerah karena menangis menatap iba pada Fian. Fian hanya menunduk seperti orang sakit, "demi kebahagiaan om sendiri, om tega ngelakuin hal kejam sama keluarga sendiri."

"Itulah aku Sonia, tujuanku saat ini hanya ingin memilikimu."

"Sekarang katakan padaku, apa kau mau menerima cintaku atau tidak?" Endro menodongkan pistol ke kepala Fian, jika Sonia menolaknya pasti Fian akan tewas sekarang.

"Iya, aku mau." Jawab Sonia dengan terpaksa, Endro tersenyum penuh kemenangan, dia menyuruh Fian pergi bersama anak buahnya dan Sonia pergi berdua dengannya.

***

Keesokan harinya Sonia diajak oleh Endro ke sebuah hotel, mereka memesan kamar untuk berdua, Sonia sekarang begitu penurut, dia tidak ingin nyawa ibunya dan Fian terancam.

Sonia melihat Fian sudah ada di kamar hotel itu sambil meringkuk ketakutan, dia seperti orang yang menginginkan sesuatu namun tidak di dapatkan.

"Anak ini butuh obat, jika tidak mendapatkannya maka dia akan gila dan bisa saja mati." Jelas Endro.

"Bawa ke rumah sakit lah om, kenapa malah dibawa kesini."

"Aku akan memberikan apa yang dia butuhkan asal kamu mau berkencan denganku."

"Iya aku mau, ayo kasih obatnya sama Fian, kasian Fian udah mengigil om." Endro mendekati Fian dan menyuntikkan sebuah cairan yang Sonia tidak tau itu apa, seketika tubuh Fian menghangat dan dia kembali normal seperti biasa.

Sonia memeluk Fian, dia sangat kasihan pada Fian.

Hari-hari berlalu, Sonia selalu saja berada di bawah ancaman Endro, dia menjalani peran layaknya kekasih Endro, demi kepentingannya agar Sonia terus bergantung padanya, Endro memberikan sebuah suntikan pada Sonia agar Sonia takut dan tidak bisa jauh darinya.

"Suntikan ini akan merusak daya imun tubuh kamu, fungsi otak dan juga pembuluh darahmu. Jika kamu tidak mendapatkan obat dari racun ini maka kamu akan menderita seumur hidupmu Sonia, selama kamu bersamaku maka kamu akan mendapatkan obatnya."

Begitu lah cara Endro mengekang Sonia. Sonia tidak bisa berbuat banyak, dia begitu pasrah dengan apa yang Endro lakukan padanya.

*

Sebulan berlalu, Fian sudah mulai banyak melawan pada Endro, Fian meminta Sonia untuk meninggalkan Jakarta.

"Untuk urusan Sean dan juga mama kamu, aku yang akan menjaganya di sini, kamu pergilah Son. Pergi sejauh mungkin, aku akan terus menghalangi papa untuk mencarimu." Kata Fian.

"Gimana sama kamu Fian?"

"Aku bisa menjaga diriku sendiri, kamu pergilah dan jangan kembali ke sini lagi."

"Aku nggak mau ibu aku kenapa-napa, aku mohon sama kamu tolong rahasiakan semua ini dari Sean ya. Biar saja dia berpikir buruk padaku asal papa kamu tidak menyakiti ibuku dan juga dia."

"Tapi hanya Sean yang bisa melindungimu Sonia."

"Enggak Fian, papa kamu itu punya pengaruh besar, dia bisa saja menghancurkan karir Sean, aku nggak mau Sean semakin menderita, tolong rahasiakan semua ini darinya ya."

"Kamu masih mikirin Sean ya?"

"Semua ini aku lakukan demi kamu, ibu aku dan juga Sean. Aku nggak mau kalian menderita, sudah cukup kalian kehilangan mama kalian karena aku." Fian memeluk Sonia.

"Sekarang pergilah, melalui jalur darat saja, agar kepergianmu tidak terlacak dan aku akan terus menghalangi Endro untuk mencari kamu."

"Makasih ya Fian." Sonia menghilang dari Endro, Nila dan juga Sean.

Dia memulai kehidupan baru di Bandung, dia melanjutkan kuliahnya di sana. Kehidupan Sonia begitu aman di Bandung berkat Fian.

Fian membuat Endro percaya padanya dan memberikan kepercayaan pada Fian untuk mencari Sonia. Demi melindungi Sean dan Sonia, Fian memilih untuk tinggal bersama Nila dan Endro agar bisa membaca gerak mereka.

Flashback Off

1
Lina ciello
gustii kembarr 3 gaess 😁
GuGuGaGa_90
first time aku baca novel, awal cerita aku dh naik angin.. /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Lina ciello
oalahh
GuGuGaGa_90
Luar biasa
Vebi Gusriyeni: Terima kasih atas dukungannya 😊
total 1 replies
GuGuGaGa_90
jgn berubah Sean... teruskan dgn demam gilamu itu.
GuGuGaGa_90
aku harap, bila baca part last cerita ni Sonia meninggal...
GuGuGaGa_90
benar2 pasangan gila... mafia saja x seksa isteri mcm tu walaupun benci...
GuGuGaGa_90
mati je la sonia
GuGuGaGa_90
cinta itu gila
GuGuGaGa_90
Nikmati saja lah Sonia...
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.
GuGuGaGa_90
ya nikmati saja lah
GuGuGaGa_90
padan muka
GuGuGaGa_90
pilihan yg "BODOH" ko dh disakiti knp nk bertahan.. smpi Sean dh angkat tangan kat muka ko.. pergi mampus la dgn cinta pertama... tolol
Lina ciello
yawes harus legowo krn kamu pernah nyiksa Sonia tanpa ampun 😒
Lina ciello
edannn 🤬😡
Lina ciello
iki Endro pedofil yakno
Lina ciello
sokorrr
Lina ciello
teneh porak poranda gek pertama x lgsg di trus2ke 🤣
Lina ciello
endroo demittt.. pantesann Sean koyo demittt wong turunane 😡
Lina ciello
walahhh kok jebul ibune😱😱😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!