Rangga adalah seorang pemuda yang mendapatkan warisan sepasang mata sakti. mata sakti mampu menembus benda apapun, juga memberikan kemampuan medis dan ilmu beladiri.
Namun untuk mendapatkan mata sakti itu, Rangga menjadi bisu selama 5 tahun. tanpa di duga dia menikahi seorang wanita yang sangat cantik. Namun istrinya tidak mencintainya sama sekali.
Namun dirinya selalu di rendahkan oleh keluarga istrinya karena bisu dan tidak berguna.
Setelah 5 tahun berlalu, Rangga akan menggunakan mata saktinya untuk merubah takdirnya dan mendapatkan hati istrinya.
Bagaimana kelanjutannya bisa di baca di novel ini ya !!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 26 PERTANDINGAN KOMPETISI DI MULAI
Setelah di tinggalkan oleh ketiga rekan setimnya, Rangga juga mulai bergerak untuk memilih batu miliknya.
Di tempat itu terlihat begitu banyak tumpukan batu dengan berbagai ukuran dan harga. Harga dari sebuah batu di pengaruhi oleh seberapa besar peluang untuk mendapatkan giok di dalam batu tersebut. Semakin besar peluang maka semakin mahal, begitu juga sebaliknya.
Rangga mulai menggunakan kekuatan matanya untuk mencari batu yang di dalamnya berisi giok. Seketika terlintas cahaya keemasan di kedua mata Rangga.
Pandangan mata langsung terfokus pada sebuah batu yang ukuran lebih besar dari pada bola kasti. Rangga juga mulai berjalan menuju batu tersebut.
"Tuan apakah anda mau membeli batu kasar ini?" tanya seorang petugas kepada Rangga.
Batu kasar adalah sisa dari potongan batu yang telah melalui pengecekan yang ketat. Harga batu kasar ini sangat murah, karena di dalamnya sangat kecil kemungkinan ada giok di dalamnya.
"Aku mau," jawab Rangga.
Rangga telah menggunakan kekuatan matanya dan dapat mengetahui bahwa di dalamnya ada giok berwarna hijau. Namun di dalam giok tersebut masih ada suatu benda yang tidak dapat di tembus oleh mata Rangga.
"Tuan, walaupun hanya batu kasar, tapi ini adalah kompetisi judi batu, jadi harga batu kasar ini adalah 50 juta," ujar petugas itu.
"Baik, aku mau," balas Rangga memberikan kartu bank nya yang berisi uang 50 juta.
Sebenarnya Rangga dapat melihat banyak giok berwarna hijau di tempat ini. Hanya saja uang yang di berikan cuma cukup untuk membeli sebongkah batu kasar.
Terlihat ketiga rekan setimnya juga telah selesai membeli batu. Mereka bertiga membeli dua buah batu dengan ukuran sebesar bola kaki. Dari penampilan batu itu sangat meyakinkan sekali karena terlihat begitu banyak kristalisasi.
Salah satu ciri sebuah batu memiliki giok di dalamnya adalah dengan adanya banyak kristalisasi di luarnya.
"Tuan Rangga, dengan membeli batu kasar, apa yakin bisa juara," ujar Hadi rekan setimnya dengan meremehkan.
"Jangan bilang dia malah membeli batu kerikil, haha..." ujar Robi.
"Haha..." Anan juga hanya tertawa.
Ketiga rekan setimnya ini tampak begitu mengejek dan merendahkan Rangga. Mereka bertiga seperti tidak menganggap Rangga sebagai rekan mereka.
"Bocah, lebih baik kamu cepat pulang saja, di Purnama group tidak sembarang orang bisa masuk untuk menjadi penilai batu," bisik Hadi kepada Rangga.
"Benarkah, tapi kita masih belum tahu, batu yang aku beli bisa menduduki peringkat besar atau tidak," balas Rangga.
"Tapi dari awal aku juga tidak berpikir untuk menjadi penilai dari Purnama group," sambung Rangga.
Terlihat kini api perseteruan di antara mereka. Sembari tadi Rangga hanya diam saja, tapi kini dia juga mulai merasa kesal.
"Kalian semua sudah selesai memilih batu ya," ujar Jaka.
Jaka juga mulai berjalan mendekat ke arah mereka. Melihat Jaka muncul, Hadi juga mulai mendekatinya.
"Kali ini kita mengambil dua buah batu besar terbaik di kompetisi ini, aku jamin kita pasti bisa masuk 3 besar dan nama Purnama group akan terkenal," ujar Hadi berbisik kepada Jaka dengan penuh rasa percaya diri.
Jaka juga langsung melihat ke arah dua buah batu sebesar bola kaki yang di pilih Hadi dan kedua rekannya.
"Di lihat dari potongan kecil kulit luarnya dan kristalisasi nya, sudah dapat terlihat jelas dalam batu ini, kwalitasnya seharusnya juga tidak jelek," Jaka terlihat puas dengan batu pilihan Hadi dan dua rekannya.
Kemudian sepasang pria dan wanita mulai berjalan ke arah Jaka dan timnya. Pria itu berbadan gendut dengan memakai kalung rantai emas sambil merangkul pinggang wanita muda seksi di sampingnya.
Pria gemuk berkalung rantai emas itu bernama Teo. Di belakang Teo terlihat beberapa bawahannya dengan membawa tiga buah batu besar.
"Yo, bukankah ini direktur Jaka dari Purnama group," ujar Teo.
"Setelah merebut persediaan barang mu terakhir kali, kamu masih berani ikut kompetisi judi batu giok," sambung Teo.
Teo adalah pemilik dari perusahaan Wijaya group. Purnama dan Wijaya group sama-sama perusahaan yang bergerak dalam bidang industri perhiasan giok. Giok adalah bahan baku pembuatan perhiasan perusahaan mereka. Di sini dapat di lihat bahwa kedua perusahaan mereka tidak akur dan merupakan saingan.
"Direktur Teo tidak perlu mencampuri urusanku," balas Jaka terlihat kesal.
"Haha..." Teo tertawa.
Kemudian pandangan Teo tertuju kepada sosok Rangga yang ada di sana. Teo sebelumnya belum pernah melihat Rangga sebagai penilai Purnama group.
"Tidak di sangka kamu telah mencapai titik di mana menggunakan orang baru," ujar Teo kepada jaka mengatai Rangga.
"Kelihatannya Purnama group memang sudah tidak punya orang hebat lagi," sambung Teo.
Rangga yang terlihat begitu muda dan tidak berpengalaman tentu saja langsung di remehkan oleh Teo.
"Aku sarankan kalian segera pergi dari tempat ini, setidaknya tidak harus membuat malu di atas panggung nanti," ujar Teo.
Teo dan orang-orangnya juga mulai pergi meninggalkan Jaka. Jaka sendiri juga terlihat begitu sangat kesal mendapatkan penghinaan seperti ini.
"Tuan Jaka tenang saja, aku pasti bisa mengalahkan nya," bisik Hadi kepada Jaka.
Beberapa menit kemudian semua orang sudah berkumpul di sebuah aula yang sangat besar. Di aula ini akan di lakukan pemotongan batu untuk menentukan siapa yang akan menjadi juara kompetisi ini.
Di atas panggung yang begitu besar, terlihat seorang wanita cantik yang di tugaskan sebagai pembawa acara.
"Para penonton, tamu dan kontestan yang datang menghadiri kompetisi batu giok ini, sebentar lagi kompetisi judi batu akan segera di mulai," ujar wanita pembawa acara dengan bersemangat menggunakan mikropon.
"Silahkan kontestan naik ke atas panggung untuk mengambil nomor undian," sambung wanita pembawa acara itu.
Semua orang di sana mulai bertepuk tangan dengan sangat meriah. Para perwakilan perusahaan juga mulai mengambil nomor undian untuk menentukan siapa yang akan naik ke panggung untuk memotong batu miliknya.
Perusahaan Purnama group milik Jaka mendapatkan nomor undian terakhir yang berarti menjadi kontestan paling terakhir yang akan naik ke panggung.
"Junior Rangga, batu yang kamu pilih ada di mana?" tanya Jaka.
Jaka melihat dua buah batu besar milik Hadi dan rekannya, namun tidak melihat batu yang di pilih oleh Rangga.
"Di sini," jawab Rangga.
Rangga mengeluarkan sebuah batu yang ukurannya lebih besar dari bola kasti. Di batu itu juga masih terdapat label harga dengan nilai 50 juta.
"Haha... kamu gila ya," ujar Anan menertawai Rangga.
"Masih berani mengeluarkan batu sampah senilai 50 juta," ujar Hadi.
"Haha..." Robi juga tertawa.
Ketiga rekan setimnya ini tampak menertawakan batu yang telah di pilih oleh Rangga. Dari penampilan dan harga, batu pilihan Rangga jelas tidak masuk hitungan untuk ikut berkompetisi.
"Membeli batu dengan harga segitu, sama saja membeli sebuah batu tidak bernilai," ucap Jaka dalam hati dengan kecewa.
"Bocah ini terlalu muda, salahkah aku yang sudah salah menilai orang," sambung Jaka dalam hati.
Jaka terlihat kecewa dan menyesal karena mengikutsertakan Rangga. Tidak habis pikir baginya, Rangga membeli batu seperti itu, sedangkan di tempat ini begitu banyak batu yang kwalitasnya lebih baik.
Kontestan yang pertama juga mulai naik ke panggung dengan membawa dua batu pilihannya. Kontestan tersebut mulai memotong kedua batunya dan seketika cahaya hijau mulai keluar dari batu yang mulai terbelah.
"Kontestan pertama memotong batunya, ternyata dua potongan ini adalah giok jenis kaca," ujar wanita pembawa acara melihat batu kontestan pertama yang sudah terbelah.
"Dan satu potong giok ini ternyata adalah giok imperial green jenis kaca," sambung wanita pembawa acara.
Di gas ken
Mumpung lagi seru
Tetap Semangat
Bukannya rangga?