NovelToon NovelToon
Return 1984: Mulai Dari Sultan Perkebunan

Return 1984: Mulai Dari Sultan Perkebunan

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Anak Genius / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah sejarah / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Chuis Al-katiri

Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Kabar Gembira untuk Studio DreamWorks

Bab 31: Kabar Gembira untuk Studio DreamWorks

Minggu, 4 Maret 1984

Minggu siang itu, Arya dan kawan-kawan baru saja keluar dari studio DreamWorks setelah menghabiskan pagi dengan menyelesaikan beberapa proyek kecil tentang video game Tetris dan Snakes sambil bermain. Rencana mereka sederhana: makan siang bersama di rumah makan terdekat. Namun, suara mobil minibus yang berhenti di depan studio menghentikan langkah mereka.

Nadya turun dari minibus dengan senyum hangat, diikuti seorang pemuda berusia sekitar 22-23 tahun. Arya mengenali Nadya, tetapi pemuda yang bersamanya adalah wajah baru. Nadya melambaikan tangan.

“Arya, kalian mau makan siang?” tanya Nadya.

“Iya, Mbak Nadya. Kenapa tiba-tiba datang? Ada hal penting?” Arya bertanya sambil mendekat.

“Iya, ada berita penting. Tapi sebelum itu, Mbak bawa makanan untuk kalian,” jawab Nadya sambil membuka pintu belakang minibus, menunjukkan beberapa kotak pizza, burger, dan minuman cola.

“Pizza? Asik! Aku suka pizza!” seru Abdi sambil melompat kegirangan.

Rencana makan siang di luar langsung batal. Mereka kembali ke studio sambil membawa makanan. Di dalam studio, semua duduk melingkar, menikmati makanan yang jarang mereka dapatkan di Sekayu. Nadya tampak puas melihat wajah ceria mereka, tetapi ia tahu kedatangannya bukan hanya untuk membawa makanan.

***

Ketika makan hampir selesai, Nadya memperkenalkan pemuda yang bersamanya. “Arya, kenalkan. Ini Ari Siswanto, salah satu mahasiswa berprestasi yang menerima beasiswa CSR dari Perusahaan Perkasa. Ari baru lulus tahun lalu dan ingin bergabung dengan studio DreamWorks kalian.”

Mendengar penjelasan itu, Saka langsung bertanya, “Mbak Nadya, apakah Kak Ari akan menjadi direktur yang mengelola DreamWorks untuk kami?”

Nadya tersenyum. “Iya, benar sekali, Saka. Ari akan menjadi direktur utama di DreamWorks. Tapi, Ari juga tertarik dengan game elektronik kalian. Jadi, dia ingin membantu mengembangkan studio ini lebih jauh.”

Ari tersenyum gugup. “Halo, semuanya. Saya Ari Siswanto. Ketika saya bekerja di Perusahaan Perkasa, saya mendengar tentang game elektronik yang kalian buat. Saya sangat terkesan dan merasa kalian anak-anak yang jenius dan punya potensi besar. Saya langsung meminta izin dari Presdir Sulastri untuk membantu kalian di studio DreamWorks.”

Arya memandang Ari dengan rasa ingin tahu. Meski ragu karena Ari masih muda dan baru lulus kuliah, Arya mempercayai penilaian ibunya. Saka, Abdi, dan Mitha segera menyambut Ari dengan antusias. Bahkan Putri dan Windah, yang sejak tadi hanya mendengarkan, tersenyum dan tampak tertarik.

“Aku senang Kak Ari bergabung. Aku yakin Kak Ari bisa membantu kita,” kata Mitha sambil tersenyum.

“Betul. Dengan Kak Ari, studio kita pasti makin besar,” tambah Abdi.

Melihat sambutan hangat teman-temannya, Arya akhirnya berkata, “Baiklah, Kak Ari. Kami berharap bisa belajar banyak dari pengalamanmu.”

***

Nadya punya kabar gembira lainnya yang ingin dia sampaikan.

Setelah suasana mencair, Nadya mengumumkan berita yang lebih besar. “Mbak juga punya kabar gembira untuk kalian,” katanya dengan senyum penuh arti.

“Kabar apa, Mbak?” tanya Mitha penasaran.

“Pabrik DreamWorks kalian sudah selesai dibangun minggu lalu dan mulai beroperasi beberapa hari lalu. Sekarang pabrik itu bisa memproduksi 500-600 unit game elektronik per hari,” kata Nadya.

“Hore!” teriak Abdi sambil bertepuk tangan.

“Tapi itu belum semua,” lanjut Nadya. “Mbak juga berhasil merekrut beberapa profesional dari industri video game yang terkena dampak video game crash tahun lalu dari Jakarta dan Surabaya. Mereka akan membantu studio DreamWorks mulai bertransformasi menjadi studio video game.”

“Aku tidak percaya! Kita punya pabrik dan tim profesional sekarang!” seru Saka sambil memandang Arya.

Arya tersenyum tipis. “Terima kasih banyak, Mbak Nadya. Semua ini tidak akan terjadi tanpa bantuanmu.”

Nadya tersenyum hangat. “Kalian pantas mendapatkannya. Dari awal, Ibu Sulastri sudah meminta Mbak untuk membantu DreamWorks sampai bisa berjalan sendiri.”

“Mbak Nadya, apa pun yang terjadi, Mbak tetap bagian dari kami dan dari DreamWorks. Kami sangat berterima kasih,” kata Saka.

“Kami juga!” seru Abdi dan Mitha bersama-sama.

Mendengar itu, Nadya merasa sangat terharu. “Terima kasih, semuanya. Kalau kalian butuh bantuan, Mbak selalu ada dan siap membantu kalian kapanpun kalian butuhkan.”

***

Arya punya ide spontan. “Mbak Nadya, bolehkah kami melihat pabrik DreamWorks hari ini?”

“Tentu saja! Masuk saja ke minibus. Mbak dan Kak Ari akan mengantar kalian,” jawab Nadya.

Selama perjalanan, Ari bertanya, “Arya, Presdir Sulastri berpesan, apakah studio DreamWorks ingin tetap di ruko atau pindah ke gedung Perkasa?”

Pertanyaan itu memicu diskusi seru. Saka ragu. “Bukankah gedung Perkasa terlalu formal untuk kita?”

Abdi setuju. “Kalau pindah ke gedung besar, kita tidak bisa bermain bebas seperti sekarang.”

Ari memotong. “Tenang saja. Presdir Sulastri sudah menyiapkan satu lantai khusus untuk kalian. Ruangannya bisa kalian desain sendiri.”

Arya langsung semangat. “Bagaimana kalau kita buat studio seperti taman bermain?”

“Itu ide bagus! Aku akan mendesain ruangan yang cocok untuk anak perempuan,” kata Mitha sambil melirik Putri dan Windah.

“Aku mau ruang penuh video game dan dingdong!” seru Abdi dengan semangat.

Amanda yang ikut dalam perjalanan juga tak mau kalah. “Aku mau ruang penuh boneka!”

Semua tertawa mendengar permintaan Amanda. Arya menyimpulkan, “Baiklah, mulai minggu depan kita desain kantor DreamWorks sesuai keinginan kita.”

“Hore!” seru semua anak.

***

Setelah 30 menit perjalanan, mereka tiba di pabrik baru DreamWorks. Bangunan pabrik itu tidak terlalu besar tetapi terlihat modern. Di gerbangnya terdapat plakat besar bertuliskan "DreamWorks Studio Workshop Manufacturing". Di dalam area pabrik, aktivitas sudah terlihat sibuk dengan karyawan yang bekerja, ada sekitar 60-70 karyawan yang bekerja saat ini.

“Wah, ini luar biasa!” seru Saka sambil mengagumi pabrik itu.

“Kita punya pabrik sendiri!” tambah Abdi dengan mata berbinar.

Nadya membawa mereka berkeliling. Mereka melihat bagaimana game elektronik diproduksi dalam skala besar. Mitha terlihat sangat antusias melihat karyawan merakit komponen elektronik, sementara Saka sibuk mempelajari mesin-mesin yang digunakan.

“Aku tidak menyangka prosesnya begitu rumit,” kata Putri yang baru bergabung dengan studio DreamWorks.

“Ini baru permulaan. Kita akan terus belajar dan berkembang,” jawab Arya dengan penuh keyakinan.

Setelah tur selesai, Nadya membawa mereka ke ruang pertemuan pabrik. Di sana, mereka duduk bersama Ari untuk mendiskusikan langkah selanjutnya.

“Sekarang pasar di Musi Banyuasin sudah mulai jenuh. Kita harus mulai ekspansi dan memasarkan produk ke kabupaten dan provinsi lain,” kata Nadya.

“Kita bisa gunakan strategi sewa dan penjualan seperti biasa, tetapi dengan lebih banyak promosi,” saran Ari.

Arya menyetujui ide itu. “Aku juga ingin mulai menguji pasar video game kita. Jika Tetris dan Snakes berhasil, kita bisa memperluas produksi dingdong.”

Hari itu menjadi momen penting bagi DreamWorks. Mereka tidak hanya melihat pabrik pertama mereka, tetapi juga mulai merancang masa depan yang lebih besar. Pabrik itu adalah simbol awal perjalanan mereka menuju mimpi besar.

1
RidhoNaruto RidhoNaruto
buat game coc bang 👍😁
RidhoNaruto RidhoNaruto
up bang.
RidhoNaruto RidhoNaruto
up bang
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
Ozie
awal cerita yang memerlukan banyak gelas kopi...
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa
thalexy
Aku bener-bener kagum, teruslah menulis thor!
Sri Sudewi
lanjut thor
Kuyung Agung: Terima kasih. tolong baca terus sampai tamat dan jangan lupa sarannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!