Permainan Tak Terlihat adalah kisah penuh misteri, ketegangan, dan pengkhianatan, yang mengajak pembaca untuk mempertanyakan siapa yang benar-benar mengendalikan nasib kita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hampir terungkap
Langkah demi langkah, mereka melangkah masuk ke dalam ruangan yang gelap, dengan hanya cahaya redup dari lilin yang menerangi jalan mereka. Diana merasakan ketegangan yang semakin mencekam, namun ia berusaha untuk tetap fokus. Setiap sudut ruangan ini seakan penuh dengan misteri, dan hanya ada satu tujuan yang ada di benaknya: mengungkap apa yang sebenarnya tersembunyi di balik semua ini.
Tiba-tiba, suara langkah kaki yang berat terdengar di belakang mereka. Diana berbalik, matanya langsung tertuju pada Arman yang sepertinya juga merasakan keanehan. "Ada apa?" tanya Diana, suara berbisik karena khawatir menggangu ketenangan yang masih ada di ruangan itu.
"Aku juga mendengar itu," jawab Arman, memandang ke belakang dengan tatapan penuh kewaspadaan.
Sesaat setelah itu, muncul sosok seorang pria muda, tinggi dan berpenampilan rapi, mengenakan jaket hitam dengan ritsleting terbuka. Wajahnya tampak familiar, namun Diana tidak bisa langsung mengenali siapa dia. Ia memiliki rambut hitam yang sedikit acak-acakan dan mata yang tajam, mencuri perhatian seolah tahu persis apa yang terjadi.
"Siapa kamu?" tanya Nanda dengan tegas, langkahnya sedikit maju. Ada keraguan dalam suaranya, seolah ingin memastikan siapa orang asing ini.
Pria itu tersenyum samar, namun ada aura misterius yang menyelubungi dirinya. "Aku Niko," jawabnya, "Aku... teman lama Diana."
Semua mata langsung tertuju pada Diana. Diana yang terkejut, menatap pria itu dengan bingung. "Teman lama?" Diana mengulang dengan suara pelan, tak percaya. "Aku tidak mengenalmu."
Niko tertawa pelan. "Kamu pasti tidak ingat, Diana. Tetapi, aku tahu banyak tentangmu, lebih dari yang kamu kira."
Diana terdiam sejenak, matanya seolah mencari petunjuk. "Apa yang kamu inginkan di sini?"
"Apa yang kalian cari di tempat ini?" tanya Niko balik, tanpa menjawab pertanyaan Diana. "Aku tahu kalian sudah sangat dekat dengan jawabannya. Tapi ada hal yang perlu kalian ketahui—sesuatu yang sangat penting yang mungkin kalian lupakan."
Shara melangkah maju, mencoba membaca situasi. "Kau tahu lebih banyak tentang ini, kan? Kenapa sekarang baru muncul?"
Niko mengangguk pelan. "Karena aku terpaksa menunggu waktu yang tepat. Waktu kalian untuk tahu, Diana. Untuk tahu kebenaran tentang dirimu."
Tiba-tiba, Arman menyela, suaranya tegas. "Apa yang kamu katakan? Kebenaran tentang Diana? Apa maksudmu?"
Niko menatap Arman dengan tatapan tajam, seolah menilai apakah Arman benar-benar siap untuk mengetahui apa yang akan datang. "Kebenaran tentang siapa dia sebenarnya. Semua yang telah kalian cari, semuanya berhubungan dengan masa lalunya. Dan masa lalunya bukanlah sesuatu yang bisa kalian lupakan begitu saja."
Diana merasa kakinya lemas, tetapi ia berusaha tetap tegak. "Apa yang kamu maksud? Apa yang kamu ketahui tentang aku?" matanya penuh kebingungan dan kecemasan. "Katakan padaku, Niko."
Niko menghela napas, dan langkahnya mendekat. "Diana, ada banyak hal yang kalian tidak tahu. Selama ini, kalian mengejar sesuatu yang lebih besar dari yang kalian bayangkan. Dan aku ada di sini untuk memberitahumu tentang itu, karena kalian tidak akan bisa keluar dari sini tanpa memahami semuanya."
Shara memandang Niko dengan curiga. "Apa kamu berencana untuk membantu kami, atau justru membahayakan kami lebih jauh?"
Niko mengangkat tangannya. "Aku tidak di sini untuk melukai kalian. Aku di sini untuk memberitahu kalian satu hal yang sangat penting." Ia menoleh ke arah Diana, tatapannya semakin dalam. "Kalian akan segera menghadapi pilihan besar yang akan mengubah hidup kalian. Dan Diana, pilihan itu akan menguji segalanya, bahkan hubungan kalian dengan orang-orang di sekitar kalian."
Diana terdiam, tak tahu harus berkata apa. Satu-satunya hal yang ia tahu adalah bahwa Niko memiliki lebih banyak informasi daripada yang ia bisa bayangkan. Ia merasa ada yang tidak beres, dan perasaan ini semakin kuat seiring berjalannya waktu.
"Niko," kata Diana dengan suara yang tegas, berusaha mengatasi kecemasannya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang harus kami lakukan sekarang?"
Niko menatapnya dengan penuh keseriusan. "Kalian berada di persimpangan jalan, Diana. Kebenaran yang kalian cari—tentang siapa kalian, tentang masa lalu kalian—akan membawa kalian ke pilihan yang tidak bisa dihindari. Tidak ada yang bisa kembali setelah pintu itu terbuka."
Diana merasakan jantungnya berdegup kencang. Semua yang Niko katakan seolah-olah memberikan petunjuk, namun juga semakin membingungkan. Apa maksudnya? Apa yang sebenarnya tersembunyi di balik kata-katanya? Dan kenapa Niko yang tiba-tiba muncul setelah sekian lama?
Sebelum Diana bisa mengatakan apa pun, Arman sudah maju dan menghalangi Niko. "Aku tidak tahu siapa kamu sebenarnya, tapi jika kamu berniat untuk menghalangi kami, aku tidak akan segan-segan untuk melawanmu."
Niko memandang Arman dengan senyum tipis. "Aku tidak berniat menghalangi kalian, Arman. Aku hanya ingin kalian tahu bahwa dunia ini lebih rumit dari yang kalian pikirkan. Dan meskipun kalian tidak ingin mendengarnya, ada satu hal yang perlu kalian ingat: tidak semua orang di sini bisa dipercaya."
Shara menatap Niko dengan penuh keraguan. "Jadi, apa yang harus kami lakukan sekarang? Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan?"
Niko mengalihkan pandangannya ke Diana, matanya lembut sejenak. "Ada hal-hal yang lebih besar yang mengikat kalian semua. Kalian tidak hanya sekadar bertarung melawan teka-teki ini. Kalian juga harus berhadapan dengan kenyataan tentang siapa kalian sebenarnya—termasuk siapa yang kalian percayai."
Diana merasakan ketegangan yang semakin berat, seolah-olah Niko mengungkapkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar misteri yang mereka hadapi. Dan dalam pikirannya, satu pertanyaan berputar: Apa yang terjadi jika kebenaran yang kami cari justru lebih berbahaya daripada kebohongan yang kami percayai?
Ruangan itu terasa semakin sempit. Setiap kata yang keluar dari mulut Niko hanya semakin menambah beban di hati mereka. Diana merasakan keringat dingin di dahinya, dan tubuhnya terasa kaku, seolah-olah ada sesuatu yang mengikatnya, membuatnya tak bisa bergerak. Niko, pria misterius yang mengaku sebagai teman lama, bukanlah orang yang bisa mereka percayai begitu saja. Namun, kata-katanya, meski penuh teka-teki, mengusik rasa penasaran mereka. Ada sesuatu yang lebih besar yang harus mereka ketahui.
Diana memandang Niko dengan tatapan penuh pertanyaan. "Apa maksudmu dengan 'pilihan besar' itu? Apa yang kalian sembunyikan dari kami?"
Niko tersenyum tipis, seakan tahu betul bahwa pertanyaan ini akan datang. "Diana, ingatlah kembali. Ada sesuatu yang telah kalian lupakan tentang dirimu—sesuatu yang disembunyikan dari kalian sejak lama. Sesuatu yang bisa mengubah segalanya." Dia mendekat, memperhatikan wajah Diana dengan seksama. "Kalian tidak hanya terperangkap dalam misteri ini karena takdir, tetapi karena pilihan yang dibuat jauh di masa lalu."
Shara mengerutkan kening. "Pilihan apa yang kamu maksud?"
Niko berhenti sejenak, tampaknya memikirkan sesuatu. "Kalian semua adalah bagian dari permainan yang lebih besar. Kalian mungkin merasa hanya bermain dengan teka-teki ini, tetapi sebenarnya, kalian adalah bagian dari sebuah rencana yang sudah dimulai sejak lama. Dan kalian tidak bisa keluar begitu saja."
Diana merasa pusing. Apa yang sedang dikatakannya? Mereka hanyalah sekelompok remaja yang ingin mengungkap misteri tentang sahabat mereka, tetapi sekarang semuanya semakin membingungkan. Apa yang dia katakan tentang permainan ini? Apakah mereka benar-benar terjebak dalam sesuatu yang lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan?
"Aku tidak mengerti," kata Diana pelan, menatap Niko dengan tatapan bingung. "Apa yang terjadi dengan kami? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
Niko memandangnya dengan serius, matanya penuh beban. "Kalian berempat tidak hanya terhubung karena takdir. Ada kekuatan yang lebih besar yang bekerja di balik semua ini. Sebuah rahasia yang melibatkan keluarga kalian—termasuk keluargamu, Diana."
Diana merasa jantungnya berdegup lebih cepat. "Keluargaku?" suaranya hampir tak terdengar, tertelan oleh kegelisahan. "Apa maksudmu?"
Niko mengangguk. "Ya, keluarga. Dan bukan hanya keluarga mu sekarang. Ada sejarah panjang yang telah disembunyikan. Sesuatu yang bahkan orang tua kalian mungkin tidak tahu. Sesuatu yang berasal dari masa lalu yang sangat kelam."
Diana merasakan darahnya berdesir. Kenapa dia merasa seperti ada sesuatu yang sangat penting tentang masa lalunya yang baru mulai terungkap? "Apa yang kamu maksud dengan semua ini?" tanya Diana lagi, suaranya lebih keras kali ini, berusaha menahan perasaan cemas yang menggerogoti dirinya.
Niko berbalik dan mulai berjalan di depan mereka, seolah berpikir tentang sesuatu. "Ada hal-hal yang terjadi sebelum kalian lahir. Hal-hal yang orang tua kalian sembunyikan, bahkan dari diri mereka sendiri. Itu adalah bagian dari kebenaran yang akan kalian temui di sini. Kalian sudah dekat dengan jawaban yang akan menjelaskan semuanya."
Tiba-tiba, Arman bergerak maju. "Jadi, apa yang kita harus lakukan sekarang? Kita sudah hampir ke ujung. Apakah kalian ingin kita berhenti hanya karena beberapa teka-teki yang tak terjawab?"
Niko berhenti sejenak, menatap Arman dengan serius. "Kalian tidak bisa memilih untuk berhenti sekarang. Itu bukan pilihan kalian. Pilihan kalian adalah apakah kalian siap menghadapi kenyataan tentang siapa kalian sebenarnya. Tidak ada yang bisa mundur."
Ketegangan di udara semakin menebal. Diana menatap teman-temannya. Mereka semua tampak bingung, namun juga tidak bisa menghindari rasa penasaran yang semakin membesar. Niko tidak memberikan jawaban yang jelas, hanya pertanyaan-pertanyaan yang lebih membingungkan.
Tiba-tiba, sebuah suara terdengar dari belakang mereka, membuat semua orang terlonjak kaget. "Apa yang kalian bicarakan?"
Mereka berbalik, dan di sana berdiri sosok yang mereka kenal. Rina, sahabat lama Diana, yang sebelumnya menghilang tanpa jejak. Tampilannya berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Wajahnya tampak lebih serius, dan ada aura yang lebih matang di dirinya, seolah dia sudah melalui banyak hal yang tak bisa dipahami.
"Rina?" kata Diana, suaranya hampir tidak percaya. "Apa yang kamu lakukan di sini?"
Rina tersenyum samar. "Aku tahu kalian akan sampai di sini, dan aku tidak bisa membiarkan kalian berjalan tanpa memberi kalian beberapa petunjuk." Dia berjalan mendekat, tatapannya tajam. "Kalian terlalu jauh untuk kembali. Kalian harus tahu kebenarannya, tidak peduli seberapa berat itu."
Shara menatap Rina dengan cemas. "Apa yang terjadi? Kenapa kamu bilang kita harus tahu kebenaran?"
Rina menghela napas. "Karena kalian semua terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar daripada kalian pikirkan. Kalian adalah bagian dari sebuah garis keturunan yang sangat kuat, dan sekarang, kalian harus menghadapi kenyataan tentang siapa kalian sebenarnya. Semua yang kalian lakukan selama ini, semua yang kalian cari, itu semua berkaitan dengan satu hal—pilihan yang telah diambil oleh orang tua kalian."
Arman menatap Rina dengan curiga. "Jadi, kamu tahu semua ini? Kenapa baru sekarang kamu muncul?"
Rina menatapnya dengan serius. "Karena aku tidak bisa membiarkan kalian terjebak dalam kebohongan ini lebih lama lagi. Kalian harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Waktu kalian untuk menemukan jawabannya semakin dekat."
Semua orang terdiam. Tak ada yang tahu apa yang harus dikatakan. Setiap kalimat yang keluar dari mulut Rina dan Niko semakin membuka jalan menuju kebenaran yang lebih besar dan lebih gelap. Diana merasa semakin terperangkap dalam misteri yang mengelilinginya, namun ia juga tahu bahwa mereka sudah terlalu jauh untuk mundur.
"Kita tidak bisa berbalik lagi," kata Diana dengan suara yang penuh tekad. "Apa pun yang terjadi, kita harus mengetahui kebenaran ini."
Teman-temannya mengangguk, dan mereka melangkah maju, siap menghadapi apa pun yang menunggu di depan mereka.