Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 (Ada Yang Tidak Beres)
"Eh, sayang, coba deh kamu lihat cewek yang berdiri disana itu" Silva menunjuk seorang wanita yang berdiri di pinggir jalan.
"Eh!" Marco terkejut melihat sosok wanita tersebut.
"Itu kan Flea" Marco mengenali sosok wanita tersebut.
"Iya, sayang, itu benar Flea" Silva membenarkan.
"Dia ngapain yah berdiri di pinggir jalan kayak gini? Mana sendirian lagi, apa dia lagi nungguin seseorang yah?" Silva bertanya-tanya. Tanpa pikir panjang, Marco langsung menghampiri Flea. Namun, sebelum dia sampai di depan Flea, ada sebuah mobil yang terlebih dahulu berhenti di depan Flea dan Flea pun langsung masuk kedalam mobil tersebut, lalu mobil itu kembali melaju.
"Yang, kita ikuti mobil itu, aku punya firasat kalau ada yang tidak beres" pinta Silva. Marco menuruti permintaan Silva dan membuntuti mobil itu. Mereka berdua penasaran kemana mobil itu membawa Flea dan siapakah yang membawanya.
Hampir 1 jam perjalanan, mobil itu berhenti di sebuah tempat, yang berada sangat jauh dari bandara. Marco dan juga Silva tidak mengerti kenapa Flea dibawa ke tempat yang jauh dari keramaian.
Terlihat Flea dan seorang pria asing turun dari mobil itu. Pria yang bersama Flea adalah seorang pria paruh baya yang usianya sekitar 50 tahun. Flea dan pria itu berjalan masuk kedalam sebuah rumah, sambil merangkul pundak Flea layaknya sepasang kekasih. Marco dan Silva memiliki pikiran yang sama kalau akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap Flea. Mereka turun dari mobil dan juga ikut berjalan masuk mengikuti Flea dan pria itu. Namun, ada 3 orang lain, yang sudah berjaga dirumah itu. Marco secara refleks menarik tangan Silva dan segera bersembunyi, sebelum kehadiran mereka dilihat oleh 3 orang penjaga tersebut. Dari kejauhan terlihat pria yang bersama Flea itu berbisik pada salah satu penjaga rumah kosong itu. Pria yang dibisiki oleh pria paruh baya itu, menganggukkan kepala.
"Gimana ini, yang, kita gak bisa masuk kedalam dan gak akan tahu apa yang terjadi sama Flea di dalam sana" kata Silva yang terlihat bingung. Marco tampak berpikir untuk mengalihkan perhatian ketiga penjaga rumah itu.
"Ah, aku ada ide, sayang" Marco menjentikkan jarinya pertanda dia mendapat sebuah ide. Marco pun membisikkan sesuatu di telinga Silva.
"Wah, itu ide yang bagus banget, sayang" kata Silva dengan raut wajah senang. Silva pun berjalan kearah para penjaga rumah itu, sesuai dengan instruksi Marco padanya.
"Hei, mau apa kamu kesini?" Tanya salah satu penjaga rumah itu.
"Bang, aku mau minta tolong, ada yang ngejar aku, terus aku lari untuk menghindari mereka dan malah gak sengaja lari sampai sini, jadi, aku mau minta tolong untuk lawan mereka, boleh yah, bang" pinta Silva dengan wajah memelas.
Dari kejauhan, Marco melihat aksi Silva dan tersenyum melihat akting kekasihnya itu.
"Kamu emang hebat, sayang, kalau hal yang kayak gini" kata Marco sambil tetap memperhatikan Silva.
"Gimana ini, kita kan dikasi tugas sama bos besar buat jaga disini" celetuk penjaga lainnya.
"Tapi, kasihan juga kalau kita gak tolongin adik ini" katanya.
"Udah, kita bantu dia aja, paling juga cuma sebentar dan bos besar juga gak akan tahu kok" lanjutnya. Kedua temannya itu mengangguk dan setuju untuk membantu Silva sejenak dan tidak akan memakan waktu yang lama, menurut perkiraan mereka bertiga.
Silva dan ketiga penjaga itu berjalan keluar. Marco bersembunyi agar ketiga penjaga rumah itu tidak melihatnya. Setelah dirasa cukup jauh dari rumah itu, Marco keluar dari persembunyian dan segera mendekat kearah rumah itu dan melihat apa yang terjadi di dalam rumah itu.
Marco mencari celah untuk bisa mengintip aktivitas didalam rumah itu. Marco memutuskan untuk mengintip melalui jendela yang tidak tertutup kain.
Marco dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan Flea dan juga pria paruh baya yang bersamanya. Marco terkejut melihat pria tersebut memberikan uang dalam jumlah yang banyak pada Flea. Lalu terlihat Flea enggan menerima uang tersebut.
"Apa jangan-jangan, pria itu memberikan uang pada Flea, dengan imbalan Flea harus melayaninya gitu" Marco menerka berdasarkan apa yang dia lihat dari jendela.
Marco ingin menyelamatkan Flea dari pria paruh baya itu. Marco mencoba membuka pintu rumah tersebut, namun, terkunci dari dalam. Marco mencari cara agar bisa masuk ke rumah itu. Mulai dari membuka pintu dengan kawat, mencongkel jendela dan sebagainya. Namun, hasilnya nihil.
Tidak ada jalan lain, selain mendobrak pintu rumah itu. Marco pun mendobraknya dan pintu pun berhasil terbuka. Flea dan pria tersebut, terkejut saat pintu dibuka paksa oleh seseorang dari luar.
"Marco? Kamu kok bisa disini?" Flea terkejut melihat Marco.
"Siapa kamu!" Pria itu menunjuk kearah Marco. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu sangat kesal dengan kehadiran Marco. Marco menjadi penghalang baginya untuk melancarkan rencana yang sudah dia susun secara rapi.
"Berani-beraninya kamu masuk kesini seenaknya! Sana pergi, jangan ikut campur urusanku" pria itu menatap Marco tajam. Marco tidak mengindahkan perkataan pria itu. Malah berjalan mendekat kearah Flea dan pria tersebut.
Dalam waktu singkat, Marco berhasil mengikat pria paruh baya itu, yang membuatnya tidak berdaya.
"Hmmmpph.... Hmmmpph...." Pria itu mencoba berteriak dalam keadaan mulutnya disumbat dengan lakban.
"Kamu diam saja sendiri disini!" Kata Marco sambil menarik tangan Flea dan keluar dari rumah tersebut. Pria yang sedang terikat tali itu berusaha untuk bergerak dan mencegah Marco membawa Flea pergi. Tapi, usahanya sia-sia dan Marco serta Flea sudah berhasil keluar dari rumah itu.
Tanpa banyak tanya, Flea hanya mengikuti langkah Marco saja. Justru Flea sangat bersyukur ada Marco yang datang membantunya. Marco dan Flea masuk kedalam mobil. Marco mengirimkan pesan pada Silva dan memintanya kembali ke rumah kosong itu. Dia juga memberitahu Silva kalau Flea sudah aman bersamanya.
Silva yang sedang bersama para penjaga rumah itu mengatakan kalau orang yang mengejarnya sudah tidak ada lagi. Begitu alasannya, agar Silva bisa segera pergi dari tempat tersebut.
"Maaf telah merepotkan kalian yah dan terima kasih untuk niat baik kalian bertiga, kalau gitu aku pamit, permisi" Silva pun berlalu pergi dari hadapan ketiga pria itu.
"Sia-sia kita bantuin dia, ternyata yang ngejar udah gak ada" keluh salah satu pria.
"Gak boleh gitu, justru bagus kalau orang yang ngejar cewek tadi udah gak ada, berarti dia udah benar-benar aman sekarang" yang lainnya menyahut.
"Sudah, mending kita kembali lagi ke rumah itu dan menjalankan tugas kita" lanjutnya dan mengajak kedua temannya itu untuk kembali ke posisinya semula.