Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Baru kali ini, Keira merasa senang karena diperlakukan kejam oleh Raja. Sejak malam dia ditampar sampai saat ini, dia tidak henti-hentinya menerima perhatian dari tiga pria tampan.
Setiap pagi, Jenderal Malone membawakan sebotol obat luka luar. Dan memastikan perkembangan kesembuhan luka serta pengurangan bengkak pipi Keira.
Siang hari, Rupert datang dengan beberapa buah buku. Katanya tidak ingin Keira bisa karena harus berada di dalam kamar terus menerus.
Malam harinya, Simon datang dengan beberapa makanan berasal dari beberapa wilayah yang dikunjungi untuk Keira. Juga menghias kamarnya dengan berbagai bunga. Membuat kamar Keira lebih mirip taman bunga.
Dengan perhatian penuh dari tiga pria tampan itu, kondisi Keira membaik dengan cepat. Dia siap untuk melakukan perjalanan panjang yang akan dilakukan pagi ini.
"Dua kereta kuda?" tanya Keira yang tidak tahu pengaturan baru itu. Di kehidupan yang lalu, dia harus melakukan perjalanan panjang di satu kereta kuda yang sama dengan wanita licik.
"Katanya, Raja ingin Nona Mary lebih nyaman dalam perjalanan ini. Jadi, Raja memutuskan untuk meletakkan Anda di kereta kuda tersendiri"
Apa? Sungguh pengaturan yang bagus sekali.
"Aku tidak tahu kalau Raja sangat memperhatikan hal ini" ucapnya tidak ingin terkesan senang.
"Tapi Anda ditempatkan di kereta yang kecil. Sedangkan kereta dengan hiasan emas yang paling bagus, digunakan oleh Raja dan wanita licik itu. Padahal harusnya Anda bersama Raja di kereta yang paling bagus" keluh Jane. Tidak tahu kalau Keira bersorak riang karena bisa berada di dalam kereta sendiri saja.
"Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan"
"Tapi lihat riasan wanita licik itu! Begitu mewah dan berlebihan. Seolah telah menjadi Ratu hanya karena tidur dengan Raja"
Keira menyentuh lembut tangan Jane. Mencoba menghentikan pelayannya itu dari kebencian yang berlebihan.
"Aku pastikan kau akan merasa sangat senang dalam perjalanan kali ini" janji Keira membuat Jane tidak mengerti.
Akhirnya perjalanan dimulai. Dan segera saja Jane mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Keira. Senyum tidak lepas dari wajah Jane.
"Baru kali ini saya pergi dari istana, sungguh pengalaman baru yang menyenangkan. Saya harus menulis semua ini dalam buku" kata Rupert lalu membuka bukunya dan mulai menulis.
Keira hanya bisa tersenyum melihat tingkah Rupert yang menggemaskan.
"Ratu, Apa Anda baik-baik saja?" tanya Simon dari luar kereta. Simon dan empat prajurit bawahannya mengawal kereta Ratu.
"Tentu saja. Aku senang akhirnya bisa keluar dari istana setelah satu bulan"
"Tenang saja, saya akan pastikan perjalanan Anda menyenangkan" janji Simon.
Saat di dalam kereta Ratu hanya ada senyuman dan tawa. Kereta yang ditempati oleh Mary terasa lebih suram.
Sialan. Kenapa Raja memilih untuk berkuda daripada berada di dalam kereta bersamanya? Bukankah Raja berjanji akan menemaninya dalam perjalanan kali ini? Kalau begini, apa gunanya mendapatkan kereta yang paling bagus dalam perjalanan ini?
"Nona Mary, saya dengar Ratu ditemani oleh penjaga perpustakaan yang merupakan anak penasehat kerajaan di dalam keretanya. Juga dijaga oleh Tuan Simon Woods dan prajurit bawahannya" kata pelayan bodohnya yang menyebalkan.
"Kereta ini lebih besar dan mewah dari kereta yang digunakan oleh Ratu. Dan siapa? Rupert dan Simon Woods? Kau pikir mereka lebih baik daripada Raja? Kehadiran Raja di dekat kereta ini. Menunjukkan kalau aku lebih penting daripada Ratu"
Tidak peduli dengan hal lainnya. Selagi Raja berada di sisinya. Maka Mary telah mewujudkan keinginannya. Mengalahkan Ratu. Dan dalam perjalanan ini, dia telah memiliki rencana untuk bercinta dengan Raja. Sebisa mungkin, dia harus pulang dalam keadaan hamil anak Raja. Agar kehidupannya lebih terjamin lagi.
Tapi perjalanan ini membosankan sekali. Mary hanya bisa melihat pohon di kiri kanan jalan. Sesekali melihat Raja, tapi tidak bisa memanggilnya. Juga tidak bisa memaksa Raja menemaninya.
Dan ternyata, kereta kuda yang dipakai oleh Mary. Meski lebih mewah dan besar daripada kereta yang digunakan Ratu. Goncangan perjalanan membuatnya tidak bisa istirahat sama sekali.
Dua belas jam kemudian, akhirnya rombongan kerajaan berhenti sebelum matahari tenggelam. Beberapa prajurit dan pelayan yang ikut, mulai menyiapkan beberapa tenda untuk Raja dan dirinya. Pintu kereta terbuka dan Raja tampak terkejut melihat Mary.
"Kau baik-baik saja?" tanya Raja.
Mary hanya bisa tersenyum kecut menjawab pertanyaan Raja. Dia tidak baik-baik saja. Sedangkan pelayan bodohnya tidur dan mendengkur sepanjang jalan. Membuat wajah pelayan Mary lebih cerah daripada dirinya.
"Raja, dimana kita?" tanya Mary berusaha menguasai keadaan.
"Kita ada di Padang rumput dekat kerajaan. Karena hari sudah malam, lebih baik beristirahat di tenda. Pasti kereta tidak nyaman untukmu"
Sungguh menyenangkan. Raja ternyata sangat memperhatikannya.
Mary turun dari kereta dan terkejut melihat Ratu yang tampak berbeda darinya. Begitu ceria dan senang. Penuh dengan senyuman. Bagaimana bisa wanita asing itu bertahan dalam perjalanan yang berat ini? Apa kereta kecil itu lebih nyaman daripada kereta milik Raja?
"Aku tahu perjalanan ini sulit untukmu, tapi bertahanlah!" kata Raja di depan semua orang. Termasuk wanita asing yang menjadi Ratu itu. Setidaknya, Mary merasa senang karena Raja hanya perhatian padanya. Dan bukan pada Ratu.
"Saya akan bertahan demi Raja" jawabnya lalu berpura-pura lemah dan tak sanggup berjalan. Memaksa Raja membawanya dalam dekapan. Ke dalam tenda yang akan mereka huni malam ini.
Meninggalkan Ratu yang meskipun keadaannya baik-baik saja. Tapi tidak punya siapapun yang menjaga dan memperhatikan.
"Kau pasti sangat kesulitan. Aku akan memerintahkan pelayanmu segera membantu mandi supaya kau tidur dengan nyenyak" kata Raja.
Apa? Tidak. Harusnya dia melakukan sesuatu dengan Raja malam ini. Agar semua orang semakin yakin bahwa mereka adalah pasangan yang telah ditakdirkan. Juga menebus malam sebelumnya dimana dia hanya berpura-pura tidur dengan Raja.
"Tidak Raja. Saya baik-baik saja"
Segera setelah Mary bicara seperti itu, tubuhnya terasa lemah sekali.
"Sepertinya tubuhmu tidak baik-baik saja. Jangan memaksa. Perjalanan kita masih panjang. Menghabiskan waktu satu bulan lamanya di empat wilayah akan membutuhkan tubuh yang sehat. Kau harus istirahat!" perintah Raja memaksa Mary menurut.
Hanya kali ini saja. Hanya malam ini saja dia akan beristirahat. Dia berjanji di hari berikutnya akan lebih aktif lagi mendekati Raja. Agar kepalsuan malam itu terbayarkan dengan kenikmatan nyata.
"Baiklah Raja. Saya menurut saja. Tapi ... Bukankah ini kamar Anda? Apa tidak apa-apa saya berisitirahat disini? Bukankah seharusnya Raja bersama dengan Ratu malam ini? Saya takut akan menyinggung perasaan Ratu lagi seperti saat itu" keluh Mary berusaha menyerang Ratu.
"Tidak akan ada orang yang bisa menyalahkan perbuatanmu. Karena kau adalah wanita paling penting bagi Raja"
Hati Mary melambung tinggi saat Raja bicara seperti itu. Dia bisa memastikan senyum di wajah Ratu yang dilihatnya tadi, akan segera lenyap.