NovelToon NovelToon
Satria Lapangan

Satria Lapangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: renl

Sinopsis Satria Lapangan
Pahlawan Lapangan adalah kisah tentang perjalanan Bagas, seorang remaja yang penuh semangat dan berbakat dalam basket, menuju mimpi besar untuk membawa timnya dari SMA Pelita Bangsa ke Proliga tingkat SMA. Dengan dukungan teman-temannya yang setia, termasuk April, Rendi, dan Cila, Bagas harus menghadapi persaingan sengit, baik dari dalam tim maupun dari tim-tim lawan yang tak kalah hebat. Selain menghadapi tekanan dari kompetisi yang semakin ketat, Bagas juga mulai menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Stela, seorang siswi cerdas yang mendukungnya secara emosional.

Namun, perjuangan Bagas tidak mudah. Ketika berbagai konflik muncul di lapangan, ego antar pemain seringkali mengancam keharmonisan tim. Bagas harus berjuang untuk mengatasi ketidakpastian dalam dirinya, mengelola perasaan cemas, dan menemukan kembali semangat juangnya, sembari menjaga kesetiaan dan persahabatan di antara para anggota tim. Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tajam,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3

bab 3 mini game

Pertandingan di kuarter pertama berlangsung dengan sangat sengit. Lapangan yang biasanya penuh dengan suasana santai kini dipenuhi oleh teriakan penonton yang antusias. Setiap dribble, setiap operan, dan setiap tembakan seolah menguji ketangguhan kedua tim. Di sisi tim junior, Bagas memimpin permainan dengan kecerdikannya yang luar biasa. Umpan-umpan pendek yang ia buat seakan memecah pertahanan tim senior, yang meskipun lebih berpengalaman, kesulitan menahan kecepatan permainan yang dipimpin oleh Bagas.

Bagas melesat dengan bola, bergerak cepat melewati Bram yang berusaha untuk menghalangi. Dengan kecepatan dan kelincahan yang dimilikinya, Bagas mengoper bola pendek kepada Dika, yang berada di sisi kiri. Tanpa menunggu lama, Dika langsung melepaskan tembakan tiga poin, tetapi bola meleset sedikit. Dino, dengan tinggi 195 cm dan postur kekarnya, melompat tinggi untuk merebut bola rebound. Dengan kekuatan fisiknya yang luar biasa, Dino dengan mudah menahan tekanan dari Alan dan mengayunkan bola kembali ke keranjang, mencetak dua angka untuk tim junior.

"Bagus, tim! Teruskan!" teriak Dika, yang kini berlari kembali ke posisi pertahanan.

Di sisi tim senior, April memandang situasi ini dengan tatapan serius. Meskipun tim mereka lebih berpengalaman, kali ini mereka dibuat tertekan. Bagas, dengan kecepatan dan kecerdikannya, memimpin permainan dengan sangat baik, sementara Dino dan Faisal seperti dinding pertahanan yang tak bisa ditembus.

“Gila, mereka cepat banget, April. Kita harus lebih rapat,” Bram berkomentar, berusaha mengatur pertahanan timnya.

April mengangguk dan berlari untuk memulai serangan berikutnya. Dengan tinggi badan 190 cm, dia memang terlihat seperti pemain yang tak bisa ditandingi. Namun, Bagas sudah siap menghadapinya. Begitu April membawa bola ke depan, Bagas langsung mengikuti setiap langkahnya, membaca setiap gerakan. Ketika April berusaha mengoper bola kepada Alan, Bagas sudah berada di tempat yang tepat, menghalau bola dengan cepat dan mengoperkan kembali kepada Filip, yang sedang berada di posisi tembakan.

Filip tidak ragu dan langsung melepaskan tembakan dari luar garis tiga poin. Bola melesat dengan presisi, dan—“Swoosh!”—bola masuk ke dalam ring dengan sempurna. Tim junior semakin unggul, 12-6.

"Nice shot, Filip!" seru Faisal, yang langsung berlari ke sisi pertahanan.

“Tidak boleh lengah! Terus bertahan!” April berteriak kepada timnya, berusaha untuk tetap memimpin meski tim junior terus mengontrol permainan.

Keunggulan tim junior semakin besar saat Dino kembali mendominasi bawah ring. Postur tubuhnya yang tinggi dan atletis membuatnya sangat sulit untuk dihentikan. Setiap kali bola dilemparkan ke arahnya, Dino berhasil meraih rebound dan memberi tekanan lebih besar pada tim senior. Tim senior terlihat kewalahan saat tim junior terus menggempur dengan serangan cepat dan umpan-umpan yang tidak terpikirkan oleh mereka sebelumnya.

"Tim kita masih ada peluang," kata April dengan suara tegas, berusaha membangkitkan semangat timnya. "Jangan biarkan mereka semakin jauh!"

Tapi meskipun begitu, tim junior tetap memimpin. Dika kembali mencetak dua angka setelah operan dari Bagas, dan Faisal menambah keunggulan dengan tembakan jarak menengah yang sangat akurat. Dengan tubuh yang lebih besar dan lebih kuat, tim junior memanfaatkan setiap peluang untuk menekan tim senior.

Setelah beberapa menit yang penuh ketegangan, peluit pelatih akhirnya berbunyi menandakan kuarter pertama selesai. Suasana di lapangan terasa penuh dengan ketegangan, namun tim junior tampak lebih unggul. Bagas, yang memimpin serangan dengan sangat baik, menatap ke arah skor. Poin sementara menunjukkan bahwa tim junior memimpin 15-8.

Bagas menghela napas lega, namun di balik itu, ia tahu bahwa permainan masih jauh dari selesai. Tim senior pasti akan berusaha lebih keras di kuarter berikutnya, dan tantangan sebenarnya baru saja dimulai.

“Bagus, tim. Teruskan kerja kerasnya!” kata Bagas kepada timnya dengan senyum percaya diri.

Namun, di sisi lain, April duduk di bangku cadangan dengan tatapan serius. Tim senior harus memikirkan strategi baru agar bisa mengejar ketertinggalan mereka. Mereka tak bisa membiarkan tim junior terus mendominasi seperti ini. “Kuarter berikutnya harus lebih baik,” bisik April kepada dirinya sendiri.

Pelatih meniup peluit panjang, memberikan waktu istirahat sejenak sebelum melanjutkan pertandingan. Kuarter pertama memang sudah berakhir, tetapi perjalanan mereka masih panjang.

Detik-detik yang tegang terasa begitu panjang ketika peluit berbunyi menandakan dimulainya kuarter kedua. Waktu seolah berjalan lambat bagi Bagas dan timnya, namun mereka tahu, permainan ini belum selesai.

Bagas berlari kembali ke lapangan, bertemu dengan Dika, yang juga terlihat siap untuk melanjutkan pertandingan. "Gas, gimana sekarang?" Dika bertanya, masih penasaran dengan strategi yang akan diterapkan di kuarter kedua.

Bagas mengangguk pelan, matanya menilai posisi lawan. "Di kuarter kedua ini, mereka pasti lebih banyak bertahan dan merapatkan barisan. Aku akan coba bongkar pertahanan mereka. Kalian siap untuk ambil rebound, terutama Dino." Ucap Bagas dengan nada serius, memberi semangat pada timnya.

Sementara itu, di sisi tim senior, April juga memberikan instruksi kepada rekan-rekannya. Mereka tahu, kuarter kedua ini akan lebih sulit. “Oke, tim, kita akan menyerang habis-habisan. Terutama si jangkung, Dino. Kalian coba jaga dia. Aku akan fokus di rebound,” ujar April kepada tim seniornya, yang kini mulai menunjukkan determinasi.

Begitu peluit kedua dibunyikan, pertandingan dimulai dengan intensitas yang lebih tinggi. Tim senior, yang semula kurang beruntung di kuarter pertama, kini mulai meningkatkan tekanan. Mereka beralih ke strategi bertahan lebih ketat, dan benar saja, Dino yang tadinya bebas bergerak kini dijaga oleh dua orang sekaligus. Tim junior harus merubah taktik mereka agar tidak terjebak dalam pertahanan lawan.

Dino kesulitan mendapatkan ruang tembak, dan aliran bola pun mulai terhambat. Di sisi lain, tim senior dengan cepat mengambil keuntungan dari kelengahan ini, memperbaiki posisi mereka dengan lebih rapat. April memainkan peran besar, menguasai bawah ring dan mengendalikan rebound, memberikan kesempatan bagi Bram dan Alan untuk melesakkan tembakan jarak menengah.

Dengan pertahanan yang lebih solid, tim senior berhasil membalikkan keadaan dan kini memimpin dengan skor 20-17. Penonton bersorak, atmosfer di lapangan semakin memanas.

"Gas, bagaimana sekarang?" Dika bertanya lagi, kali ini suara kekhawatirannya mulai terdengar.

Bagas menatap ke lapangan, berpikir cepat. "Plan B," jawabnya singkat, memberi isyarat kepada timnya. Plan B adalah strategi yang mereka pakai saat masih di SMP, ketika mereka memenangkan piala tingkat nasional, dan kali ini, Bagas tahu mereka harus mengeluarkan strategi itu lagi.

Dengan semangat yang membara, tim junior bersiap untuk menghadapi tekanan lebih besar. Bagas mengambil inisiatif, menjadi eksekutor utama. Dengan ketenangan yang luar biasa, ia mulai menyerang, menggiring bola dengan cepat di lapangan. Tim senior berusaha menghalangi pergerakan Bagas, tetapi keahlian Bagas dalam membaca permainan dan melakukan tembakan akurat dari berbagai sudut lapangan membuat tim senior kesulitan.

Dan tepat saat tim senior berharap bisa menggandakan pertahanan mereka, Bagas melepaskan tembakan tiga angka dari jarak yang cukup jauh. "Swish!" Suara bola yang masuk ke dalam ring menggema di seluruh lapangan. Poin demi poin, Bagas semakin mendekatkan timnya ke kemenangan. Rebound yang semula dikuasai tim senior kini menjadi peluang bagi tim junior.

Dino, meski terus dihadang, akhirnya berhasil mendapatkan bola dan mengoper ke Faisal yang dengan percaya diri menambah dua angka ke papan skor. Tim junior kini kembali unggul dengan 31-30.

“Gak ada yang bisa tahan kita, tim!” seru Faisal dengan semangat.

Namun, tim senior tak mau menyerah begitu saja. April, dengan kepemimpinannya yang kuat, terus memberikan instruksi kepada rekan-rekannya. “Kita masih punya kesempatan! Fokus!” katanya, berusaha membangkitkan semangat timnya. Tapi, waktu sudah semakin menipis. Keunggulan tim junior membuat mereka semakin percaya diri, dan serangan-serangan terakhir dari tim senior hanya bisa diblokir atau meleset dari sasaran.

Dengan peluit panjang yang berbunyi, pertandingan berakhir. Semua pemain, baik dari tim junior maupun senior, kelelahan dan terengah-engah. Namun, satu hal yang pasti: kemenangan tim junior. Skor akhir menunjukkan tim junior unggul tipis, 31-30, dengan hanya selisih satu angka—sebuah kemenangan yang begitu dramatis.

Bagas menatap timnya dengan rasa bangga. Meskipun mereka hanya menang dalam sebuah mini game, pertarungan sengit ini telah menunjukkan kemampuan mereka yang sesungguhnya. "Kita lakukan itu bersama, tim," ujar Bagas, sambil tersenyum lebar.

April berdiri di tengah lapangan, sedikit terengah, namun tetap memberikan pujian kepada tim junior. "Kalian bermain hebat. Kemenangan yang pantas. Ini baru permulaan, Bagas," katanya dengan senyum penuh arti, tanda bahwa persaingan mereka baru saja dimulai.

Dengan peluit yang terakhir kali berbunyi, pertandingan berakhir, dan kedua tim mengumpulkan kekuatan untuk merayakan permainan luar biasa yang baru saja mereka tunjukkan.

1
Aimee
Baca ini karena lihat cover sama sinopsisnya, eh mau lanjut... sesimple itu
Dragon 2345: makasih kakak Uda mampir,
total 1 replies
Cute/Mm
Keren abis nih karya, besok balik lagi baca baruannya!
Dragon 2345: aman kak makasih dah mampir, tmbah semangat aq buat up makasih sekali lagi support nya
total 1 replies
Celeste Banegas
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Dragon 2345: makasih kakak sudah mampir,
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!