Jiang Shen, seorang remaja berusia tujuh belas tahun, hidup di tengah kemiskinan bersama keluarganya yang kecil. Meski berbakat dalam jalan kultivasi, ia tidak pernah memiliki sumber daya ataupun dukungan untuk berkembang. Kehidupannya penuh tekanan, dihina karena status rendah, dan selalu dipandang remeh oleh para bangsawan muda.
Namun takdir mulai berubah ketika ia secara tak sengaja menemukan sebuah permata hijau misterius di kedalaman hutan. Benda itu ternyata menyimpan rahasia besar, membuka pintu menuju kekuatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sejak saat itu, langkah Jiang Shen di jalan kultivasi dimulai—sebuah jalan yang terjal, berdarah, dan dipenuhi bahaya.
Di antara dendam, pertempuran, dan persaingan dengan para genius dari keluarga besar, Jiang Shen bertekad menapaki puncak kekuatan. Dari remaja miskin yang diremehkan, ia akan membuktikan bahwa dirinya mampu mengguncang dunia kultivasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : 3 Bulan Berlatih
Di pinggiran kota Jinan, di sebuah lapangan terbuka yang sepi dari hiruk pikuk manusia, Jiang Shen berdiri tegak dengan pedang barunya di tangan. Angin sore berhembus lembut, mengibaskan rambut hitamnya yang masih basah oleh keringat latihan dasar tubuh sebelumnya. Cahaya matahari jingga mulai condong ke barat, menyoroti bilah pedangnya yang berwarna merah gelap, seolah ikut menyala oleh semangat tekadnya.
Hari ini adalah hari di mana ia memulai perjalanan baru: mempelajari Teknik Pedang Matahari.
Ia membuka ingatan dari Sesepuh Hun Zhen sekali lagi. Ada empat gerakan inti yang menjadi inti utama di dalamnya, semuanya memiliki satu syarat mutlak—atribut api.
“Gerakan Pertama, Tebasan Fajar … Gerakan Kedua, Cahaya Menyilaukan … Gerakan Ketiga, Nyala Membara … dan Gerakan Keempat, Ledakan Sang Surya.” Jiang Shen bergumam dengan suara lirih.
Tangannya menggenggam gagang pedang erat-erat, matanya menatap kosong ke arah langit senja. “Aku belum punya atribut api saat ini.”
Dalam ingatan Sesepuh Hun Zhen di dunia ini atribut elemen bawaan hanya akan muncul setelah seorang kultivator menerobos ke ranah Inti Emas. Saat itu, energi inti di tubuh mereka akan membentuk dantian, pusat qi sejati yang mampu menyalurkan kekuatan elemen.
Umumnya, seorang kultivator hanya memiliki satu elemen bawaan—api, air, angin, es, tanah, kayu, cahaya, kegelapan, logam atau petir. Namun, para genius sejati, mereka yang ditakdirkan berdiri di puncak dunia, bisa memiliki dua hingga tiga elemen bawaan sekaligus. Mereka inilah yang mampu mengguncang benua dengan keberadaannya.
Jiang Shen menutup matanya, mencoba membayangkan dirinya di masa depan. Api menyembur dari pedangnya, teknik matahari itu meledak dengan kekuatan yang mampu mengguncang bumi. Tapi kenyataannya sekarang, ia bahkan belum melampaui tahap Pembangunan Fondasi.
Ia menghela napas panjang. “Baiklah. Kalau begitu … aku akan mulai dari dasar.”
Dengan perlahan, ia mengangkat pedangnya. Bukannya mempraktikkan gerakan teknik pedang matahari, ia justru mulai menguasai teknik pedang dasar. Tebasan lurus, tusukan sederhana, putaran untuk bertahan, dan gerakan mundur dengan kaki yang stabil.
Setiap ayunan pedangnya hanya meninggalkan suara angin terbelah, tanpa kilatan api, tanpa cahaya menyilaukan. Tapi bagi Jiang Shen, setiap tebasan itu adalah sebuah pondasi.
“Kekuatan besar hanya bisa dikendalikan oleh dasar yang kokoh. Jika aku tak bisa menguasai teknik pedang dasar, aku tidak pantas menyentuh teknik tingkat tinggi.” Kata-kata Hun Zhen terngiang di telinganya, seperti sebuah peringatan yang membakar semangatnya.
Berulang-ulang ia mengayunkan pedang, tubuhnya mulai dipenuhi keringat. Tangannya gemetar, pundaknya terasa berat, tapi matanya tetap tajam. Gerakan sederhana itu mulai ia ulangi ratusan kali.
Cahaya senja semakin meredup. Bulan perlahan naik di langit, menggantikan matahari. Namun Jiang Shen masih belum berhenti. Nafasnya terengah, peluh menetes membasahi tanah, tapi genggamannya pada pedang tidak pernah melemah.
“Suatu hari … aku akan menguasai atribut apiku. Suatu hari … Teknik Pedang Matahari ini akan benar-benar menjadi milikku.”
Malam itu, di pinggiran kota Jinan, hanya terdengar suara pedang menebas angin, suara seorang remaja yang menolak menyerah pada takdir.
...
Tiga bulan berlalu sejak malam ketika Jiang Shen pertama kali mengayunkan pedang barunya di pinggiran kota Jinan. Sejak hari itu, hidupnya berubah drastis.
Setiap pagi, saat embun masih menempel di dedaunan, Jiang Shen sudah berdiri dengan pedang di tangan, menebas udara ratusan kali. Setiap siang, ia duduk bersila, menyerap energi spiritual dunia dan memurnikannya ke dalam tubuh. Setiap malam, ia menelan pil Penempa Tubuh yang tersisa, membiarkan energi ganas pil itu menghantam tubuhnya dari dalam.
Teknik pedang dasar menjadi napasnya, kultivasi menjadi darahnya.
Malam pertama saat ia menelan pil Penempa Tubuh, tubuhnya seperti terbakar dari dalam. Otot-ototnya berdenyut, tulangnya bergemuruh. Ia hampir tak sanggup menahan rasa sakitnya. Walaupun ini bukan hal pertama kali bagi dirinya, tetap saja rasa sakit yang dialami benar-benar membuatnya kesakitan.
Lalu ...
DUAR!!
Suara meridian terbuka terdengar di dalam tubuhnya, seperti pintu besi yang dipaksa terbanting terbuka. Energi spiritual langsung mengalir deras. Itu adalah meridian ke-10 yang berhasil ia buka. Tubuhnya bergetar, wajahnya penuh peluh, tapi di matanya menyala cahaya kepuasan.
“Akhirnya, meridian kesepuluh ...” bisiknya sambil menahan rasa sakit.
Hari-hari berikutnya dihabiskan dengan latihan keras. Ia menggabungkan ayunan pedang dasar dengan sirkulasi energi qi yang semakin deras di tubuhnya. Dengan setiap gerakan, tubuhnya semakin kokoh, seolah ia sedang menempanya seperti baja merah membara.
Sebulan kemudian, saat bulan purnama menggantung di langit, ia duduk bersila di pinggiran kota. Butir pil terakhir perlahan ia telan. Energi liar dari pil itu langsung mengguncang seluruh meridiannya.
Wajahnya memerah, pembuluh darah di lehernya menonjol, seolah tubuhnya hampir meledak. Tapi ia tidak menyerah. Ia menuntun energi itu menuju titik penghalang di dalam tubuhnya—meridian ke-11.
CRACK!!
Suara retakan bergema di dalam tubuhnya.
DUAR!!
Meridian ke-11 pecah terbuka, aliran energi spiritual mengalir semakin deras. Tubuh Jiang Shen seperti dibanjiri kekuatan baru.
Namun dia tidak berhenti. Dengan wajah tegang, ia langsung menghantam titik terakhir—meridian ke-12.
Energi qi menabrak dinding penghalang itu berulang kali.
BAM! BAM! BAM!
Lalu akhirnya …
DUAR!!!
Seakan ada guntur yang meledak di dalam tubuhnya, penghalang terakhir pun runtuh.
Semua 12 meridian kini telah terbuka sempurna.
Tubuh Jiang Shen bersinar samar dengan cahaya qi yang menembus kulitnya. Nafasnya dalam, matanya bersinar seperti bara. Ia perlahan membuka mata, udara di sekitarnya bergetar.
“Ranah Pembangunan Fondasi … level 10.” Ia mengepalkan tangan, merasakan energi yang berputar bebas tanpa hambatan lagi.
Hanya tinggal satu langkah lagi.
Jika ia berhasil membentuk dantian, maka ia akan benar-benar menapaki ranah Inti Emas—ranah di mana atribut elemen bawaan seseorang akan terbangun.
Selama tiga bulan itu, Jiang Shen bukan hanya membangun tubuh dan meridian. Setiap ayunan pedangnya kini tak lagi sekadar gerakan hampa. Pedangnya mulai meninggalkan bekas di tanah, udara seolah ikut bergetar ketika ia menebas.
Pedang dasar yang ia kuasai kini sudah kokoh seperti gunung, tajam seperti aliran sungai.
Berdiri di bawah sinar bulan, Jiang Shen menatap ke langit, genggaman pada pedangnya erat. Tubuhnya dipenuhi keringat dan debu, tapi sorot matanya tajam, penuh keyakinan.
“Pak tua Hun Zhen, terimakasih. Jika bukan karena warisan milikmu, aku tidak akan pernah bisa melangkah sejauh ini. Tinggal selangkah lagi menuju ranah Inti Emas. Tinggal selangkah lagi … menuju atributku yang sebenarnya.”
MC nya belom mengenal luas nya dunia karena belom berpetualang keluar tempat asal nya,hanya tinggal dikota itu saja
Jangan buat cerita MC nya mudah tergoda pada setiap wanita yg di temui seperti kebanyakan novel2 pada umum nya,cukup 1 wanita.