Buat yang gak suka gerah, harap melipir!
Bukan bacaan untuk anak yang belum cukup umur.
Ketika Aishe didorong ke laut oleh Farhan tunangan tercintanya, semua rasa cinta berubah menjadi tekad untuk membunuhnya.
Aishe tidak pernah berpikir bahwa Farhan hanya mencintai uangnya, dan tega berselingkuh bahkan mendorongnya ke laut.
Ketika ombak menelan tubuh Aishe, dirinya berpikir akan mati, namun keberuntungan berpihak padanya. Aishe terdampar di sebuah pulau kosong selama 59 hari hingga suatu hari dia diselamatkan oleh Diego, seorang pengusaha yang tampan namun lumpuh.
Dengan kekuatan dan kekayaan Diego, Aishe memiliki identitas baru dan wajah baru, dia bahkan menjadi sekretaris pribadi Diego. Diego, pria yang kaya dan berkuasalah yang dapat membantunya membalas dendam pada Farhan.
Setelah balas dendam selesai, senyuman menyeramkan muncul di wajah Diego, yang membuat jantung Aishe berdegup kencang menunggu kalimat selanjutnya.
"Sekarang giliranmu untuk membalas budi padaku."
Aishe menatap pria yang mendekat di depannya, dalam hati dia berkata, "Lolos dari mulut buaya, malah masuk ke mulut singa."
Ini bukan novel garis lurus yang bisa diambil banyak pelajarannya. Jadi kalian bisa berhenti jika alir terasa berputar-putar, membosankan, jelek dan yang lain.
Silakan kembali tanpa meninggalkan kesan buru di komentar.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KAY_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Satu minggu menjadi cleaning service, membuat Aishe jengkel pada Diego. Jelas-jelas dia sudah merancang misi balas dendamnya dengan baik dan terencana. Namun perlakuan Diego seolah membawanya kembali ke masa-masa itu. Masa dimana dia direndahkan dan diperlakukan tidak adil.
Dengan emosi ia kembali ke kamarnya, lalu membuka box hitam pemberian Diego, dan mengambil sebuah dres di dalamnya. Melihat dres hitam yang elegan dan cantik, membuat Aishe terpikirkan satu rencana konyol.
Walk-in closet, sebuah ruangan dengan beberapa rak, serta gantungan baju. Tempat khusus yang digunakan untuk menyimpan pakaian, sepatu, serta aksesoris. Gaya desain mewah yang dominasi warna hitam, sebagai salah satu warna kesukaan Diego.
Ashan terlihat berjalan di walk in closet. Mengambil setelan jas, dasi, jam tangan,juga sepatu. Dengan cekatan dan telaten, ia membantu Diego untuk bersiap menghadiri salah satu pesta.
"Tuan Maximo kemungkinan akan menghadiri pesta. Haruskah saya menyuruh Rehan untuk bersiap?" tanya Ashan ketika membantu Diego memakai sepatu.
"Tidak perlu. Kamu hanya perlu berjaga, karena dia, tidak akan bertindak." Diego memincingkan mata sambil memakai jam tangan kulit yang dirancang Patek Philippe. Seulas senyum licik tiba-tiba mampir, menghiasi raut wajahnya sebelum Ashan membantunya keluar kamar.
Tepat pada saat mereka keluar. Derap langkah kaki Aishe terdengar dengan jelas di telinga, membuat dua orang itu menoleh secara kompak. Pandangan mereka terfokus, pada sosok wanita dengan dress hitam yang terlihat menggoda dari ujung kakinya. Namun saat pandangan mereka sampai ke atas ….
Diego mengepalkan tangannya, dengan lantang ia berteriak, "Kau pikir itu lucu? Panggil Stylish, sekarang!"
Teriakan lantang Diego seketika membuat Aishe berdiri tegak tanpa mampu bergerak. Bahkan, untuk menarik napas pun ia terasa segan.
Dengan wajah marah, Diego menghampiri Aishe. "Sudah sampai tahap ini, bahkan kau tidak belajar sedikit pun!" lirih Diego.
"Kau pikir, hanya merubah penampilan saja, kau bisa balas dendam dengan lancar? Konyol!" ketus Diego yang kemudian berlalu pergi.
Perkataan terakhir Diego seolah menampar Aishe. Merubah segala sudut pandang yang sebelumnya terlihat konyol dan terlalu kekanakan. Ia mengusap blush on juga lipstik merah tebal di pipinya.
"Masih ada 15 menit bukan?" Aishe menoleh, memandangi punggung Diego yang hampir melewati pintu. "Tunggu saya sebentar!" ucapnya kemudian pergi kembali ke kamar.
Aishe mengambil kapas, membasahinya dengan air, dan menghapus riasan tebal yang terlihat konyol. Setelah wajahnya bersih, ia mengambil bedak dan mulai merias wajahnya lagi.
Dia benar. Hanya merubah penampilan saja tidak membuatku bisa balas dendam dengan lancar.
Aku masih terlalu lemah, terlalu mudah di rendahkan dan di permalukan. Aishe dulu dan sekarang, apa bedanya?
Aishe tertunduk beberapa saat, lalu tersenyum dan kembali menegakkan kepalanya. Tangannya meraih lipstik matte, mengolesnya tipis-tipis ke bibir sambil memandangi cermin.
Dia kembali dengan riasan baru, yang terlihat lebih menggoda, dan elegan. Cocok dengan dress hitam yang menawan.
"Saya sudah siap, Tuan," ucap Aishe menyapa Diego yang menunggu di luar sejak tadi.
Diego menoleh, memandangi penampilan elegan Aishe yang rupanya cukup memuaskan pandangab matanya.
"Kau cukup lambat belajar," ucap Diego enggan memuji kecantikan Aishe.
"Maaf, Tuan. Lain kali tidak akan terjadi lagi." Aishe tersenyum ramah, mengakui kebodohan dan kesalahan sesaatnya.
"Bagus." ucap Diego sebelum dibantu Ashan naik ke dalam mobil.
Aishe sempat menghela napas panjang dan berusaha tersenyum ramah. Lalu, ia naik ke mobil, duduk di seat belakang tepat di sebelah Diego.
Sebenarnya pria ini tidak terlalu buruk. Selain wajahnya yang tampan, setidaknya dia masih bisa bicara sopan meski sedikit ketus.
Wanita bodoh ini!
Ingin balas dendam?
Cara memberontak saja tidak bisa, bagaimana mampu balas dendam.
Dia pikir, merubah penampilan dan memiliki taktik saja cukup?
Hah- lugu sekali.