Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 08. Novel online dan FTV
Suara Radi begitu menggema ditelinga Hasna. Ia memilih diam membeku menunggu apa yang akan dikatakan oleh dosen killer itu.
" Eh Radi... Kamu kenal Hasna."
" Ooh iya, dia mahasiswi ku. Dia sedang bimbingan skripsi. Kamu siapanya dia?"
" Dia karyawan ku."
Entah mengapa ada sebuah kelegaan dalam dada pria 29 tahun itu saat mengetahui Dipta dan Hasna tidak memiliki hubungan apa apa selain bos dan karyawan. Sebaliknya Dipta pun merasa lega sat tahu Hasna hanyalah sebatas mahasiswi dari temannya itu.
Keduanya masuk ke kafe diikuti Hasna yang ada di belakang.
" Kalian berdua duduklah terlebih dahulu. Aku akan ke dalam sebentar."
Hasna sedikit merasa tidak enak ditinggalkan berdua saja dengan sang dosen di luar jam kampus. Ia merasa sedang menjadi seekor kelinci yang dijadikan target buruan pemburu.
" Hasna sampai mana skripsimu?"
" I-itu pak, tadi saya baru saja ke LT untuk memberikan kuisioner."
" Baik, saya tunggu 2 minggu kamu harus memberikan laporan kepada saya sekalian Bab 2 nya."
" Apa.... Sekalian bab 2 nya?"
Hasna sungguh terkejut. Dosen killer di depannya ini benar benar membuatnya stress.
" Selamat siang mau pesan apa?"
" Lho... Kamu bukannya...."
" Eh ... Pak Radi. Iya pak saya mahasiswa bapak juga. Saya kerja di sini."
" Duduk ... "
Udin merasa hari ini sungguh sial karena bertemu dengan dosen killer itu. Meskipun bukan pembimbing skripsi nya tapi Radi adalah salah satu dosen yang mengampu mata kuliah nya.
" Kapan kamu mau kelarin skripsi Din. Kamu tahun depna DO lho kalau tidak lulus tahun ini."
" Iya pak, Udin tahu. InsyaaAllaah Udin kelarin tahun ini pak."
" Siapa dospem mu?"
" Ibu Irene pak."
Radi terdiam, ia tahu siapa Irene. Wanita itu juga susah susah gampang dalam melakukan bimbingan.
" Bu Irene itu sebenarnya gampang jika kamu selalu mengikuti apa yang dia perintahkan, dan yang penting jangan bolos saat jadwalnya bimbingan."
" Baik pak terimakasih untuk nasehatnya. Kalau begitu saya permisi lanjut bekerja dulu"
Radi mengangguk dan Udin segera beranjak dari meja Radi dan Hasna. Sejenak Hasna terpukau oleh cara Radi menasehati Udin. Jika dipikir pikir kembali pria di depannya itu tidaklah terllau kejam. Mungkin dia bersikap seperti itu agar para mahasiswa nya disiplin.
" Apa yang kamu pikirkan?"
" Eeh ... Tidak pak ... Tidak ada he he he."
Keduanya saling diam karena memang tidak ada lagi yang dibicarakan hingga Dipta kembali dari dalam.
" Sorry Rad, agak lama."
" It's oke. Santai saja."
" Oh iya Hasna setelah ini mau kemana?"
" Mau pulang mas. Mau ngerjain bab 2. Udah ditagih sama dosennya."
Hasna melirik Radi sekilas, yang dilirik acuh merasa tidak bersalah.
" Ya udah kalau gitu saya permisi ya mas Dipta, pak Radi."
Dipta mengangguk tapi tidak dengan Radi. Radi segera bangkit dan ikut pamit.
" Oke Dip, aku duluan ya. Besok kita sambung lagi."
Radi berlari menyusul Hasna, Dipta hanya melihat kedua orang itu penuh dengan tanya. Meskipun ia meyakini bahwa keduanya hanya memiliki hubungan dosen dan mahasiswa namun Dipta menaruh curiga. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
" Apa ada hubungan lain antara Radi dan Hasna? Tapi sepertinya itu tidak mungkin."
Dipta masih berusaha berpikir positif mengenai kedua orang yang telah menghilang dari balik pintu kafe.
*
*
*
" Hasna masuk ... !"
" Tapi pak."
" Saya tidak menerima penolakan."
Hasna mengepalkan tangannya erat. Ia sungguh kesal dengan ulah semena mena dosen nya itu, Ya Allaah dosa ngga sih kalo nih kepala dosen aku getok.
Gadis itu mau tidak mau mengikuti perintah dari sang dosen masuk ke dalam mobil.
Brummmm....
Radi kemudian menyalakan mobilnya dan menekan pedal gas nya dalam dalam. Mobil itu melesat membelah jalan raya dan berbaur dengan banyak kendaraan lainnya.
" Aku butuh pertolonganmu. Dan kamu boleh minta apa saja sebagai imbalannya."
Hasna seketika langsung menoleh ke samping, melihat wajah sang dosen yang ganteng tapi sungguh menjengkelkan.
" Jangan melihat saya seperti itu. Kamu bersedia atau tidak?"
Hasna terdiam, ia sedikit tertarik dengan tawaran sang dosen. Tapi ia harus hati hati, pertolongan apa dulu yang dosen ini inginkan.
" Maaf pak tapi minta tolong apa ya, bukan minta tolong untuk jadi wanita simpanan bapak dan melahirkan anak bapak kan."
Pletak .... " Auch ... Sakit pak."
" Kamu kebanyakan baca novel online pasti. Gunakan waktumu untuk baca buku ilmiah."
" Bukan kebanyakan baca novel online pak, tapi memang saya pembuat novel online nya pak."
" Berarti kamu kebanyakan halu."
Hasna hanya bisa melongo mendengar kalimat terakhir sang dosen. Dari mana dosen killer, kaku bin dingin itu tahu istilah istilah anak muda kekinian.
" Terus bapak mau minta tolong apa?"
" Jadi pacar pura pura saya."
Krik ... Krik ... Krik ...
Hasna terdiam, ia merasa dosennya itu tengah bercanda kepadanya. Hasna pun sekali lagi meyakinkan telinganya bahwa dia tidak salah dengar.
" Bapak minta saya jadi pacar pura pura bapak?"
" Ya"
" Sepertinya pak Radi kebanyakan nonton ftv sama sinetron deh pak tiba tiba punya ide seperti itu."
Ckiiiit
Radi menepikan mobilnya. Ia melihat ke arah Hasna dengan tatapan tajam yang menusuk.
" Saya sedang serius dan tidak main main. Jika kamu bisa katakan bisa jika tidak kamu harus bisa."
Hasna membelalakkan matanya. Ia sungguh tidak habis pikir terhadap dosen nya ini yang bertindak sesukanya.
" Tck ... Ini namanya memaksa."
" Terserah apa kata kamu."
" Terus apa imbalannya?"
" Terserah, apapun yang kamu mau."
" Baik, saya ingin tempat tinggal pak. Saat ini saya membutuhkan tempat tinggal untuk fokus menyelesaikan skripsi saya."
" Ok deal, saya akan memberikan apartemen saya untuk kamu selama proses pembuatan skripsi. Tapi saya heran mengapa kamu tidak minta dipermudah dalam menyelesaikan skripsi?"
Mulut Hasna menganga, ia merasa bodoh saat ini.
" Sial ... Bego banget sih, kenapa nggak minta itu tadi. Bego bego bego ... Pak, bisa diganti tidak?"
" Tidak, yang pertama keluar dari mulutmu itu yang akan saya penuhi. Sekarang berikan nomor ponselmu."
Radi menyerahkan ponsel miliknya agar Hasna bisa memasukkan nomor ponselnya. Hasna melakukannya dengan wajah cemberut. Ia merasa dijebak oleh sang dosen.
" Good, sekarang kamu akan saya antar ke apartemen saya."
Hasna pasrah, ia hanya mengikuti saja apa yang jadi pengaturan sang dosen. Tentunya dengan perasaan yang sedikit kesal dan tidak rela.
" Sabar Hasna, sabar ... Kamu saat ini memang butuh tempat bersembunyi dari papa durjana mu dan nenek lampir serta anak kunti yang selalu cari masalah. Jika tetap berada di rumah skripsi tidak akan pernah selesai. Jadi tidak ada salahnya kan mengikuti skenario nih dosen killer. Ya anggap saja menolong orang."
TBC