Dibesarkan dalam sebuah organisasi rahasia, membuat dua orang gadis dan dua orang pemuda tumbuh menjadi pembunuh berdarah dingin, masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda.
Chu Haitang adalah seorang dokter ajaib, dia menguasai berbagai macam pengobatan modern maupun tradisional.
Bao Yunceng adalah seorang ahli penempaan senjata, dia sangat lihai dalam membuat berbagai macam benda yang mematikan.
Liu Jinhong adalah seorang ahli strategi sekaligus ahli pedang, jurus-jurusnya terlihat sangat lembut, namun mematikan.
Rong Siyue adalah seorang ahli menundukkan binatang, dia sangat pandai dalam mata-mata dan menyusup.
Keempat orang tersebut dipertemukan pada saat berusia 5 tahun, mereka hidup sebagai saudara dan saling melindungi satu sama lain. Bekerja di bawah naungan seorang tuan yang misterius sekaligus kejam, membuat mental dan pemikirannya berbeda.
Bagaimana jika keempat orang tersebut mengalami perpindahan waktu? Masih bisakah mereka menjadi saudara yang rukun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MURID-MURID DEWA TUA
Melihat semua orang bergegas menuju paviliun milik pemuda cabul itu, akhirnya Rong Siyue melompat dari atap dan menyelinap menuju bagian lain kediaman.
Dia mendapatkan panen besar, tidak hanya uang kertas, namun juga perhiasan, pakaian-pakaian bagus, kain-kain mahal, berbagai macam guci dan beberapa batangan emas. Hasil ini cukup memuaskan, dia bisa hidup selama 20 tahun tanpa bekerja keras sedikitpun.
Setelah menjelajahi seluruh tempat dan mengumpulkan begitu banyak harta berharga, Rong Siyue bergegas pergi meninggalkan kediaman tersebut, dia harus mencari penginapan dan segera membersihkan tubuhnya. Ada sedikit bau asam yang sangat lengket, membuat gadis itu merasa tidak nyaman.
Sementara kediaman keluarga Long menjadi sangat ramai dan di penuhi teriakan serta kutukan. Mereka telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mengumpulkan harta berharga, namun pada akhirnya dicuri oleh orang yang tidak dikenal.
"Cepat laporkan pada tuan!"
"Segera temukan petugas yamen untuk memeriksa!"
''Sial! Jika kami tidak berhasil menemukan perampok itu, kemungkinan besar keluarga Long akan segera hancur!"
"Tuan, seluruh harta milik selir ini di curi!"
"Ayah, perampok itu tidak meninggalkan 1 barang pun, kamar putrimu berubah menjadi gurun."
Tuan besar Long merasa lehernya tercekik, kenyataan ini benar-benar memukul wajahnya. Apalagi melihat keadaan putranya yang terbaring di atas tempat tidur, membuat amarah pria paruh baya itu semakin besar. Dia harus menemukan orang yang menganiaya putra kesayangannya, jika tidak, dia mungkin saja akan gila.
Long Yao adalah penerus keluarga, satu-satunya harapan besar, meskipun masih ada banyak sekali tuan muda yang berasal dari keluarga samping, namun mereka tidak sebanding dengan Long Yao yang terlahir dari keluarga utama. Mungkinkah ada persekongkolan antara orang luar dengan anggota keluarga besar mereka?
Mengingat hal itu, wajah tuan besar Long tiba-tiba saja berubah menjadi sangat dingin, dia segera memerintahkan seseorang untuk mencari tahu kejadian yang sesungguhnya.
.
.
.
Sejak tadi malam, suasana hati Chu Haitang sedikit terganggu, jantungnya berdetak cepat, 1 helai bulu matanya jatuh. Gadis itu menengadahkan kepala, menatap langit sambil bergumam. "Liu Jinhong, Bao Yuncheng, Rong Siyue, apakah kalian sudah melupakanku?"
Suaranya sangat rendah, namun perasaan rindunya benar-benar nyata. Dia menyimpan nama ketiga orang sahabat yang sudah seperti saudara itu di hatinya.
Untuk memperbaiki mood nya yang berantakan, Chu Haitang segera mematahkan ranting pohon, dia mengasah kembali kekuatan tempurnya dengan cara-cara yang unik dan tidak mungkin bisa dipahami oleh orang-orang yang hidup di zaman kuno.
Dia berlari dengan sangat cepat seperti seekor rusa, sambil mengibaskan ranting tersebut ke arah yang berlawanan. Kemudian melompat dengan gesit, mempraktekan kembali ilmu pedang yang di kuasainya di kehidupan pertama.
Tindakan gadis itu membuat seluruh anggota keluarganya langsung memelototkan mata, meskipun sebelumnya mereka mengetahui bahwa Chu Haitang pernah belajar berpedang, namun jurus-jurus yang digunakan oleh gadis itu jelas berbeda dari sebelumnya. Bahkan Chu Wentian tertegun sejenak, melihat perbedaan yang mencolok tersebut.
Matanya nampak rumit, dia merasa adiknya berubah. Mungkinkah gadis yang berlatih di depannya itu bukan adik kandungnya? Tapi di lihat dari sudut mana pun, gadis itu memang Chu Haitang.
Menyadari ada yang tidak beres, Chu Haitang segera menghentikan latihannya. Dia berbalik dan melemparkan senyum setengah tidak tersenyum pada semua orang.
Chu Yunling berjalan mendekat ke arahnya, "Adik, gerakanmu terlihat sangat rumit, tetapi indah. Dari mana kau belajar jurus-jurus itu? Ini sangat berbeda dengan jurus yang kau pelajari sebelumnya,"
Chu Haitang akhirnya mengerti, kenapa semua orang memandangnya dengan berbeda. Kali ini, dia harus kembali mengeluarkan kebohongan baru tentang dewa tua.
Batuk!
"Kakak, saat aku berada dalam keadaan koma, dewa tua menurunkan beberapa ilmu, tidak hanya tentang bagaimana cara berburu, tapi juga berpedang. Aku menguasai beberapa jurus itu dan mengingatnya dalam hati. Sayangnya, aku tidak mengetahui keberadaan tiga orang murid dewa tua lainnya, jika tidak, kami berempat pasti bisa berlatih bersama."
"Apaaa? Dewa tua memiliki murid yang lain?" alis Chu Rong terangkat, awalnya dia berpikir bahwa putrinya sangat spesial, hingga menjadi kesayangan dewa tua.
Chu Haitang mengangguk, dia berpikir untuk menceritakan tentang ketiga orang sahabatnya. Jika suatu hari nanti dia tanpa sengaja menyebut nama-nama itu, keluarganya pasti tidak akan mempertanyakannya kembali.
"Ya ayah, aku belajar ilmu pengobatan dari dewa tua, tapi juga mempelajari sedikit ilmu bela diri dan berpedang. Ketiga sahabatku juga memiliki keunggulan yang berbeda, Bao Yuncheng mempelajari cara menempa, dia bisa membuat berbagai macam senjata tajam dan senjata api. Liu Jinhong belajar strategi perang dan ilmu berpedang, dia sangat kuat dan terampil. Rong Siyue sangat pandai menundukkan binatang buas, dia juga mempelajari ilmu hipnotis dan mata-mata." ucap Chu Haitang, ada kerinduan di dalam mata gelapnya.
Semua orang menghela nafas panjang, pantas saja Chu Haitang terlihat sangat berbeda, dia sedang merindukan murid-murid dewa tua yang lainnya.
"Adik, kau tidak perlu khawatir, kakak telah menuliskan nama-nama sahabatmu di dalam hati. Jika suatu saat nanti bertemu, kakak pasti akan mengatakan pada mereka untuk mengunjungimu." Chu Wentian berbicara dengan penuh ketegasan, matanya menunjukkan kelembutan dan perasaan memanjakan.
Chu Haitang mengangguk, meskipun dia merasa tidak yakin dengan janji yang di buat oleh kakak laki-lakinya, tapi dia tetap merasa bahagia. Bagaimana pun juga ketiga sahabatnya hidup di dunia modern, kecil kemungkinan untuk mereka bisa bertemu satu sama lain.
Sedikit ketidakpuasan yang sebelumnya mengakar di hati akhirnya terangkat, dia tersenyum dan memeluk pemuda itu.
"Kakak yang terbaik, aku sangat menyayangimu!" ucapnya sambil mengerling manja.
Chu Yunling yang melihat hal itu langsung mendengus, "Jadi adik hanya menyayangi kakak laki-lakinya? Aku benar-benar sedih mendengarnya!"
Chu Haitang melepaskan pelukannya dari tubuh Chu Wentian, kemudian berjalan mendekat ke arah Chu Yunling. "Siapa yang mengatakan hal buruk seperti itu? Tentu saja aku menyayangi kedua kakak ku!"
Chu Yunling melihat wajah polos adiknya, kemudian tertawa dengan sangat renyah. "Itu bagus, sebagai adik termuda, kau harus menyayangi kedua kakakmu!"
Semua anggota keluarga akhirnya tertawa, usia ketiga anak itu semakin besar, namun kasih sayang di antara mereka tidak terputus.
"Berhenti main-main! Kalian berdua bantu nenek memasak, jangan sampai kedua cucuku tidak bisa menemukan jodoh yang baik, karena tangannya tidak terampil membedakan bumbu!" ucap Lao Shi sambil memutar bola matanya.
"Kami datang, nenek!" jawab Chu Yunling dan Chu Haitang bersamaan, keduanya bergandengan tangan dan langsung mengikuti wanita tua itu ke dalam goa.
"Pakai pakaian yang lebih tebal saat keluar, angin terasa semakin dingin sekarang!" ucap Pei Yuwen, dia memasangkan jaket tebal pada Chu Haitang dan Chu Yunling.
"Ibu, kami bukan anak kecil lagi, aku bisa melakukannya sendiri," ucap Chu Yunling sambil mengerucutkan bibirnya, dia merasa sangat malu karena sikap ibunya yang terlalu memanjakan.
Chu Haitang menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Aku suka di perlakukan seperti anak kecil, ibu, kau harus lebih memanjakanku mulai sekarang!"
Chu Yunling memelototi adik perempuannya, sambil bersungut-sungut. "Ingat umur, sangat memalukan untuk bersikap manja di usia kita sekarang!"