Damarius Argus Eugene (22 tahun), seorang Ilmuwan Jenius asli Roma-Italia pada tahun 2030, meledak bersama Laboratorium pribadinya, pada saat mengembangkan sebuah 'Bom Nano' yang berkekuatan dasyat untuk sebuah organisasi rahasia di sana.
Bukannya kembali pada Sang Pencipta, jiwanya malah berkelana ke masa tahun 317 sebelum masehi dan masuk ke dalam tubuh seorang prajurit Roma yang terlihat lemah dan namanya sama dengannya. Tiba-tiba dia mendapatkan sebuah sistem bernama "The Kill System", yang mana untuk mendapatkan poin agar bisa ditukarkan dengan uang nyata, dia harus....MEMBUNUH!
Bagaimanakah nasib Damarius di dalam kisah ini?
Apakah dia akan berhasil memenangkan peperangan bersama prajurit di jaman itu?
Ikuti kisahnya hanya di NT....
FYI:
Cerita ini hanyalah imajinasi Author.... Jangan dibully yak...😀✌
LIKE-KOMEN-GIFT-RATE
Jika berkenan... Dan JANGAN memberikan RATE BURUK, oke? Terima kasih...🙏🤗🌺
🌺 Aurora79 🌺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
R.K.N-15 : SERIGALA LAUT!-02
...----------------...
Di saat Damarius berpikir untuk mencari cara mendekati mereka, tiba-tiba mereka mendadak menyelesaikan pembicaraannya.
Bangsa Saxon itu mengangguk, seakan menjawab perintah...sedangkan Dorymene berbalik pergi ke arah saat dia datang tadi.
Di antara alang-alang, Damarius dan Gildas saling berpandangan...seolah-olah mereka bicara melalui telepati.
Tidak ada waktu untuk berpikir....
Tidak ada waktu untuk menimbang...
Tidak ada waktu untuk memutuskan, hal apa yang harus mereka lakukan sekarang.
Mereka harus mengambil keputusan saat ini juga! Mereka harus mematuhinya, ke mana pun keputusan itu menuntun mereka.
"Tunggu sampai dia berbelok di ujung penahan angin itu..." gumam Gildas pelan.
Gildas menyipitkan matanya, ketika mereka menyibakkan alang-alang yang ada di depan mereka.
"Jika kita mengejarnya sekarang, dia akan berteriak. Dan teriakkan itu akan memberikan peringatan kepada temannya, si Dorymene itu..." tambah Gildas pada Damarius.
"Oke...." jawab Damarius.
Damarius menganggukkan kepala tanda setuju.
Dari tempatnya berada, Damarius sudah tidak bisa lagi melihat orang Saxon yang menjauh itu. Jadi dia mengamati Gildas yang berjongkok siaga, seperti pose orang yang akan bersiap lari.
Damarius mengamati tubuh sepupunya yang menegang, hampir bergerak....
"Sekarang....!" bisik Gildas pada Damarius.
WUSSSSH!
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Mereka berdua keluar dari balik alang-alang bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, berlari dengan merunduk ke arah ujung penahan angin.
Saat mereka tiba di sana, lelaki Saxon itu sudah menghilang dari pandangan.
"Laah! Cepat sekali larinya...!" ujar Gildas.
"Perhatikan dengan seksama di sekeliling kita, Gildas!" ujar Damarius.
"Oke..." jawab Gildas.
Beberapa saat kemudian, ketika mereka sedang sibuk mencari-cari dengan ragu...lelaki bangsa Saxon itu muncul kembali di dalam sebuah lengkungan bendungan yang kering.
Dia menoleh ke belakang...
Tampak menonjol di ruang terbuka yang berada di atas permukaan kuning kecokelatan itu.
"Sepertinya dia mempunyai tempat persembunyian di suatu tempat yang berada di gundukkan-gundukkan pasir itu! Ayo bergegas!" ujar Gildas pada Damarius.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Mereka bergegas mengejar lelaki bangsa Saxon itu. Sekarang tidak ada kesempatan untuk bisa bersembunyi lagi.
Ketika lelaki bangsa Saxon itu menoleh ke belakang, dia pasti akan melihat mereka yang sedang mengejarnya. Dan itu akan menjadi masalah adu kecepatan dalam berlari untuk menangkapnya, tidak ada hal yang lainnya lagi.
Setidaknya saat ini, mereka sudah berada di luar jarak pendengaran Dorymene.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Mereka sudah hampir bisa menyusul lelaki bangsa Saxon itu setengahnya, ketika mereka sampai di sekumpulan semak berduri yang meliuk-liuk karena hembusan angin.
Lelaki bangsa Saxon itu tiba-tiba berhenti....dan dia menoleh ke belakang.
SEET!
Mereka sudah menduga, jika hal ini pasti akan terjadi.
Damarius melihat jika lelaki bangsa Saxon itu terpaku sejenak saat melihat mereka....diam tidak bergerak....seperti seekor hewan yang sedang mencium aroma pemburu.
SET!
GREP!
Tangan lelaki bangsa Saxon itu langsung melayang ke arah pedangnya. Dalam sekejap, dia sudah berlari kencang seperti seekor kelinci yang dikejar oleh kedua orang Romawi itu.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Dia seakan menyadari bahaya di area semacam itu, yang sama sekali tidak memiliki sebuah tempat untuk berlindung.
Lalu, secara mendadak....tiba-tiba lelaki bangsa Saxon itu merubah arahnya. Dia mulai berlari menuju ke pinggir hutan.
Orang Saxon itu seakan menyadari, jika dirinya berlari dan berada di tengah pepohonan...mungkin dirinya akan bisa lolos dari kejaran kedua bangsa Romawi itu.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Damarius dan Gildas langsung mempercepat lari mereka. Mereka harus bisa menangkap lelaki bangsa Saxon itu, sebelum dia bisa mencapai suatu tempat untuk berlindung.
Gildas berlari sangat cepat, dan meninggalkan Damarius jauh di belakangnya untuk bisa mengejar 'target' mereka yang sedang kalut itu. Secara perlahan, Gildas sudah mendekatkan jaraknya pada lelaki bangsa Saxon itu.
Sementara Damarius , dia memang tidak terlalu mahir dalam berlari di kehidupan lalunya...dan sekarang pun....tidak! Akan tetapi, dia dengan gigih mencoba untuk mencapai sepupunya.
DING!
"Lebih baik Host berlatih lebih giat, agar stamina Host lebih baik dari saat ini. Dari pada Host hanya duduk diam saat di barak nanti..." suara Sistem memperingatkan.
"Hosh...hosh...hosh...! Sepertinya memang harus berlatih lari. Jika hanya berlatih gerakan-gerakan bela diri di tempat, aku akan kehabisan napas jika nanti harus berlari dalam medan perang..." jawab Damarius setuju.
DING!
"Sistem akan mendampingi Host untuk berlatih berlari setiap pagi..." ujar Sistem.
"Baiklah... Terima kasih, Sistem!"
Damarius berlari dengan sekuat tenaga untuk bisa menyusul Gildas.
Pinggiran hutan gundul kelabu itu, kini sudah terlihat dekat. Damarius tertinggal sangat jauh di belakang Gildas.
HOSH!
HOSH!
HOSH!
Napasnya tersengal sangat hebat!
Damarius merasa sangat mual dan terlinganya seakan ditulikan oleh suara dentuman jantungnya sendiri.
Satu-satunya yang ada di dalam pikirannya adalah....Gildas!
Gildas yang sudah jauh berada di depannya itu hanya membawa sebuah belati kecil sebagai senjatanya, dan sedang mengejar orang kalut dengan pedang terhunus di tangannya itu....sendirian!
Kedua sosok di depan Damarius sudah terlihat dekat. Mereka berdua berada di dalam semak furze dan blackthorn, yang membuat Damarius kesulitan untuk melihatnya.
HAP!
BRUUK!
Sosok yang berada di depan tersandung, dan sosok yang satunya langsung menerjang. Damarius langsung menambahkan kecepatan dalam larinya.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Akhirnya Damarius sampai ke tempat mereka, dan melihat Gildas serta orang bangsa Saxon itu sedang bergelut seru.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Lewat kabut yang berada di depan penglihatannya, Gildas melihat pedang itu terhunus di atas rumput kuning kecokelatan itu.
GREP!
KRAK!
ARRRGHH!
Tangan Gildas mencengkeram dengan kuat pergelangan tangan orang Saxon itu, dan terdengar teriakan kesakitan yang nyaring dari mulut orang Saxon itu.
Lalu Damarius menerjang...
BRUKK!
Damarius memelintir pedang tersebut hingga terlepas dari cengkeraman tangan orang itu, dan melemparkannya ke arah samping.
TRAK!
Setelah pedang itu terlepas, Gildas yang kini bisa menggunakan satu tangan bebasnya...manarik tangannya dan menghantam orang Saxon itu tepat di bawah telinganya.
BUUUGH!
Dan lelaki Saxon itu berakhir pingsan dalam satu tarikan napas mereka.
HUFFFT!
"Begitu....lebih....baik! Hosh..hosh...hosh...!" ujar Gildas sambil terengah.
"Bantu aku untuk mengikatnya, Damarius! Gunakan tali-tali busur cadangan untuk mengikat tangannya..." titah Gildas pada Damarius.
SRET!
Mereka menyatukan kedua lengan lelaki Saxon itu ke belakang tubuhnya, lalu mengikatnya menjadi satu dengan tali busur tipis yang kuat oleh Damarius.
Lalu mereka menggulingkan lelaki itu dalam keadaan terlentang.
BRUK!
Gildas menghantam lelaki itu dengan keras hanya untuk membungkamnya sesaat, dan sekarang....lelaki bangsa Saxon itu sudah siuman.
...****************...
mampir juga ya dikarya aku jika berkenan/Smile//Pray/