Damarius Argus Eugene (22 tahun), seorang Ilmuwan Jenius asli Roma-Italia pada tahun 2030, meledak bersama Laboratorium pribadinya, pada saat mengembangkan sebuah 'Bom Nano' yang berkekuatan dasyat untuk sebuah organisasi rahasia di sana.
Bukannya kembali pada Sang Pencipta, jiwanya malah berkelana ke masa tahun 317 sebelum masehi dan masuk ke dalam tubuh seorang prajurit Roma yang terlihat lemah dan namanya sama dengannya. Tiba-tiba dia mendapatkan sebuah sistem bernama "The Kill System", yang mana untuk mendapatkan poin agar bisa ditukarkan dengan uang nyata, dia harus....MEMBUNUH!
Bagaimanakah nasib Damarius di dalam kisah ini?
Apakah dia akan berhasil memenangkan peperangan bersama prajurit di jaman itu?
Ikuti kisahnya hanya di NT....
FYI:
Cerita ini hanyalah imajinasi Author.... Jangan dibully yak...😀✌
LIKE-KOMEN-GIFT-RATE
Jika berkenan... Dan JANGAN memberikan RATE BURUK, oke? Terima kasih...🙏🤗🌺
🌺 Aurora79 🌺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
R.K.N-18 : KEMATIAN TAWANAN!
...----------------...
Sepertinya Dorymene sudah bisa mengatasi keterkejutannya, dan saat ini dia hanya merasakan emosi yang sangat tinggi.
"Masalah ini sangat...menjijikkan! Saya tidak tahu harus berkata apa...! Apakah saya harus benar-benar membela diri terhadap tuduhan yang mustahil semacam itu, hah?!" seru Dorymene dengan wajah memerah karena marah.
Kaisar Carausius langsung berwajah masam dan tertawa terbahak-bahak saat mendengar ocehan Dorymene.
"Hahahahahahaha...! Saya rasa...begitu!" jawab Kaisar Carausius.
Mendengar itu, Gildas maju selangkah dengan impulsif.
TAP!
TAP!
TAP!
"Yang Mulia Kaisar Carausius, masalah ini tidak hanya mengandalkan 'kata-kata' saja! Kami membawa orang Saxon itu ke dalam penjara tadi pagi. Bawa saja dia kesini untuk langsung berhadapan dengan Dorymene, sehingga kebenarannya bisa lekas terkuak!" ujar Gildas tegas.
"Baiklah, Senturion Gildas! Buka pintu dibelakangmu dan panggil salah seorang Tribun ke dalam!" titah Kaisar Carausius.
Gildas melakukan apa yang dititahkan oleh Kaisar Carausius. Tidak lama kemudian, masuklah seorang Tribun muda yang langsung memberi hormat kepada Kaisar Carausius.
"Salam Yang Mulia, hamba siap menerima titah!" ujar Tribun muda itu.
"Saya ingin tawanan yang ada di...."
Ucapan Kaisar Carausius terjeda, lalu dia berpaling ke arah Gildas.
"Sel nomor lima..." jawab Gildas cepat.
"Ah iya, tawanan yang berada di sel nomor lima itu tolong dibawa kesini segera, Tribun Cynaro!" titah Kaisar Carausius drngan nada tegas.
"Laksanakan, Yang Mulia..." jawab Tribun Cynaro.
Setelah memberikan penghormatan, Tribun muda itu melangkah mundur. Terdengar langkah-langkah kaki cepatnya melewati ruang tunggu, dan suaranya yang memberikan perintah diluar.
TAP!
TAP!
TAP!
"AMBIL TAWANAN SEL NOMOR LIMA SEGERA, DAN BAWA UNTUK MENGHADAP KE YANG MULIA KAISAR CARAUSIUS!" seru Tribun muda Cynaro.
Keheningan terjadi di dalam bilik ruangan Kaisar Carausius. Damarius dan Gildas berdiri tegak dengan tatapan lurus ke depan, seakan-akan mereka tidak perduli dengan keadaan di sekitarnya.
Sedangkan Dorymene duduk dengan gelisah. Wajahnya pucat dan mulutnya terkatup rapat. Alisnya mengerut oleh sebuah kemarahan besar yang berusaha dia tahan.
Damarius melirikkan matanya, dia bertanya-tanya..apa yang berkecamuk dalam benak Dorymene?
Apakah itu ketakutan dan kemarahan karena...terjebak?
Atau, hanya pikiran tenang yang sedang membuat dan mengubah rencana?
TUK!
TUK!
TUK!
Ketukan jari telunjuk Dorymene terdengar sangat nyaring dalam keheningan ruangan itu.
Tiba-tiba terdengar suara hentakan langkah kaki yang sedang berlari dengan kencang.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
BRAAK!
Tidak lama kemudian, Tribun muda Cynaro kembali berdiri di ambang pintu bersama dengan seorang Senturion penjaga penjara yang terengah-engah karena berlari.
HOSH!
HOSH!
HOSH!
"LAPOR YANG MULIA...! TAWANAN DI SEL NOMOR LIMA SUDAH...TEWAS!" ujar Tribun Cynaro dengan nada setengah berteriak.
"APAAAA??!!!"
...💨💨💨...
Damarius dan Gildas sangat terkejut mendengar berita tersebut. Lalu mereka saling berpandangan dengan pertanyaan yang sama di dalam benak mereka masing-masing.
"Bagaimana....bisa....?"
Dorymene langsung mengehentikan ketukan jarinya, dan Kaisar Carausius meletakkan gulungan Papirus-nya di atas meja.
TRAK!
"Bagaimana hal itu bisa terjadi?" tanya Kaisar Carausius dengan nada tegas.
Tribun muda itu menggelengkan kepalanya.
"Sa...saya tidak tahu, Yang Mulia! Dia....tewas begitu saja!" jawab Tribun Cynaro.
"Senturion..??"
Senturion penjaga penjara itu menatap lurus ke depan.
"Tawanan itu terlihat sangat sehat, Yang Mulia. Walau dia sedikit muram, saat makan malamnya diantarkan...kira-kira satu jam yang lalu. Sekarang dia sudah tewas, sama seperti yang dikatakan oleh Tribun. Hanya itu yang saya ketahui, Yang Mulia Kaisar!" jawab Senturion itu lugas.
SREK!
TAP!
TAP!
TAP!
Kaisar Carausius berdiri menjauhi meja.
"Sepertinya, saya harus melihatnya sendiri!" ujar Kaisar Carausius.
Kaisar Carausius menoleh, dia berkata kepada Damarius dan Gildas.
"Kalian berdua akan menemani saya..!" titahnya kepada Damarius dan Gildas.
"BAIK, YANG MULIA...!" jawab Damarius dan Gildas serempak.
Ketika mereka berbalik ke ambang pintu, Dorymene melangkah maju.
TAP!
TAP!
TAP!
"Yang Mulia, Kaisar! Karena masalah ini menyangkut diri saya, izinkan saya juga ikut bersama Anda..." ujar Dorymene pada Kaisar Carausius.
"Hah, Demi Zeus! Jika begitu...ikutlah!" ujar Kaisar Carausius dengan nada lelah.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Kaisar Carausius berjalan keluar diikuti oleh yang lainya.
...💨💨💨...
Penjara itu terlihat gempar dan kacau!
Di dalam sel pertama, seorang Legiuner mabuk terdengar sedang bernyanyi.
🎶Oh mengapa aku bergabung dengan Pasukan Elang....?
🎶Menjelajahi Kekaisaran....?
🎶Oh mengapa aku tinggalkan petak labuku?
🎶Dan sapi cokelat mungilku di rumah...?
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Langkah-langkah tegas terdengar nyaring di sepanjang lorong berubin batu.
Wajah-wajah muram dan pucat bermunculan di antara jeruji besi, dan langsung menghilang ketika mereka lewat.
Suara Legiuner yang bernyanyi tadi, semakin terdengar jauh dibelakang mereka.
🎶Mereka bilang, aku akan menjadi Kaisar...
🎶Dan itu sudah pasti...
🎶Jika aku tinggalkan petak labuku mungilku
🎶Dan berlayar menyeberangi lautan...
KRIEEET!
TRAAAK!
Terdengar suara pintu sel terjauh terbuka, dan seorang penjaga yang berdiri di depannya segera menyingkir, untuk memberi jalan kepada mereka.
Sel itu sangat gelap...
Hanya terlihat pantulan cahaya api mercusuar yang menyinarinya lewat jendela tinggi berjeruji di dalam sana.
Mereka melihat sosok orang Saxon yang berbaring menelungkup di lantai.
"Siapa saja....tolong ambilkan lentera!" titah Kaisar Carausius drngan nada pelan.
Damarius yang seorang Ahli Medis pun melangkah maju.
TAP!
TAP!
TAP!
Dia berlutut dihadapan mayat lelaki Saxon itu. Saat lentera datang menerangi ruangan sel tersebut, Damarius sudah mengetahui sebab kematiannya.
"Semak-Beracun! Sudah jelas, dia...diracun!" ujar Damarius yakin.
"BAGAIMANA BISA?!" sentak Kaisar Carausius.
Damarius tidak langsung menjawab pertanyaan Kaisar Carausius.
Dia memungut sebuah mangkuk yang terbuat dari tanah liat, yang berada di samping mayat lelaki Saxon itu. Damarius membaui beberapa tetes kaldu kental yang masih tersisa di dalamnya.
Damarius mencicipinya dengan ragu, lalu dia meludahkan kembali.
"Sangat sederhana....racun itu dimasukkan ke dalam kaldu makan malamnya!" jawab Damarius lugas.
Suasana menjadi sangat hening, ketika jawaban Damarius jatuh.
Penyanyi yang berada di sel pertama, mulai terdengar bernyanyi kembali drngan nada yang terdengar...melankolis.
🎶Jadi aku pergi bergabung dengan Pasukan Elang...
🎶Dan meninggalkan sapi mungilku...
🎶Sebentar lagi aku bisa menjadi Kaisar...
🎶Tapi Bunda, lihatlah aku sekarang...!
🎶Terkurung di dalam sel yang dingin...
Mendadak, jiwa garing milik Damarius ingin tertawa terbahak-bahak mendengar lirik lagu tersebut. Akan tetapi, wajah Gildas yang tenang membuat dia mengurungkan niatnya.
Terdengar suara Dorymene yang memecah keheningan.
"Sudah dipastikan, ini adalah ulah seorang penjaga penjara! Tidak ada orang lain lagi yang bisa memastikan mangkuk mana yang harus dibubuhi racun!" tuduh Dorymene kepada para penjaga penjara.
"Tidak, Sir!... Itu tidak benar!" bantah tegas penjaga penjara itu.
"Dengan segala hormat, Sir! Saat ini hanya ada tiga orang lainnya yang ditahan di dalam penjara ini. Dan mereka semua hanya mendapat roti dan air, akibat perbuatan mereka. Akan cukup mudah bagi siapa pun untuk mengetahui hal ini dan kemudian bertindak!" tambah penjaga penjara itu menjelaskan.
Damarius hanya terdiam mendengar semua itu, lalu terdengar suara dalam benaknya.
DING!
"Jika tahu tawanan itu akan mati juga, kenapa bukan Host saja yang membunuhnya? Kan lumayan, dapat poin untuk makan enak..." ujar Sistem.
"Mana bisa begitu?! Author-nya sudah merangkai sebuah plot yang seru ditengah-tengah cerita ini. Jadi untuk awal-awal, karakter aku dan sistem di buat seperti ini. Jadi, jangan protes! Nanti karakter kamu bisa dihilangkan oleh Author-nya..!" jawab Damarius.
DING!
"SISTEM TIDAK MAU DIHAPUS, HOST! Baiklah, Sistem akan diam sampai saatnya tiba. Semoga Authornya tidak ada pikiran untuk menghapus Sistem dari cerita ini...huhuhu!" ujar Sistem, sedih.
"Hahahahaha....tenang saja! Nanti malam aku akan berdiskusi dengan Author untuk bab selanjutnya, jadi kamu bisa tenang!" ujar Damarius sambil tertawa.
"Baiklah! Thank you, Host!"
...****************...
mampir juga ya dikarya aku jika berkenan/Smile//Pray/