“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20.
Setelah Gadisya pergi, barulah Kevin membuka mata, sejak tadi sekuat tenaga ia bertahan agar matanya tetap terpejam, tapi tadi … oh ya Tuhan sejak kapan putri dari 'wanita itu' terlihat cantik di matanya, walau berusaha menolak, tapi kini di matanya Gadisya terlihat semakin cantik, ia bahkan terlihat anggun dan tetap elegan, walau hari itu dia cemburu ketika melihatnya makan satu meja dengan Vera.
Apa karena kejadian malam kemarin pandangannya terhadap Gadisya jadi berubah.
Seharian kemarin ia mengurung dirinya sendiri di lantai atas Twenty Five Hotel, geramnya lagi ia juga mencoba menghubungi 3 orang tersangka yang memasukkan obat pe*****ng ke minumannya, namun ketiganya kompak menghilang, "awas saja kalian, aku pastikan akan membalas apa yang kalian lakukan padaku."
POV Kevin.
Hari itu, pertama kali aku melihatnya lagi, setelah kejadian tak mengenakkan yang ku alami, bohong jika hatiku tak bergetar, sejak dulu ia selalu terlihat cantik dimataku, rambut panjang adalah ciri khasnya, mata itu selalu penuh kedamaian dan ketulusan.
Tapi aku menolak semua hal itu, sejak bertemu lagi aku selalu berusaha menyakitinya, sebabnya hanya satu, dia terlahir menjadi anak dari wanita itu, wanita yang jadi penyebab kepergian mommy ku, sungguh bila mengingat tahun tahun sepi yang kulalui tanpa mommy, aku merasa semakin marah.
Hari itu ketika papi memintaku berkenalan dengannya, di sudut lain hatiku sangat bahagia, tapi seluruh keegoanku menolak mentah mentah keinginan papi, bagaimana bisa papi memintaku menjadikan dia istriku, sementara dia adalah anak dari wanita yang membuat mommy ku pergi, aku bahkan heran dengan mommy yang seakan akan mendukung penuh keinginan papi.
Aku tak bisa banyak berkata kata ketika kami terjebak hujan ditambah pemadaman listrik malam itu, diam diam aku memperhatikan wajah ayu nya yang hanya diterangi sebatang lilin, mana ku tahu jika dia mencampurkan coklat dalam minumanku, hingga aku berakhir tertangkap basah dengannya, parahnya lagi aku dalam kondisi pingsan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, malu sekali rasanya, gadis itu bahkan menyentuh tubuhku.
Bahkan setelah pernikahan kami, Aku berusaha sekuat tenaga menyakiti nya dengan kata kataku, lalu ia sengaja kutinggalkan, tapi lagi lagi aku tak paham, kenapa dia begitu mudah memaafkan setiap kalimat menyakitkan yang keluar dari mulutku, walau terkadang membalas kalimat kalimat pedasku, namun aku tahu ia tak sungguh sungguh, dia begitu mandiri dan dewasa, sikapnya sungguh berbanding terbalik dengan ku, walau aku benci mengakuinya, tapi kini aku mulai nyaman berbagi tempat tinggal dengannya.
Aku mulai terbiasa menatap wajahnya, ketika tiba tiba tengah malam aku terbangun, aku adalah seseorang yang tak mudah beradaptasi dengan sesuatu yang baru, tapi berada di dekatnya, aku bisa melaluinya dengan baik, bahkan aku bisa tidur pulas di rumahnya kala itu, sungguh itu sesuatu yang jarang terjadi.
Dan kesalahan fatal malam kemarin, rasanya masih menghantui ku, itu pertama kali nya bagi, aku yakin Gadisya juga, walau tubuhku dikuasai obat si**an itu, dan cahaya kamar redup, tapi aku melihatnya menangis menahan sakit, aku merasa buruk sekali, aku menikmati tubuhnya, tapi kemudian aku meninggalkan nya, pria macam apa aku, dia pasti sedih sekali, dan yang ku sesalkan adalah kedua sahabatku adalah biang kerok semua ini, aku yakin saudaraku juga pasti berperan penting di belakang mereka, dasar teman teman durjana, awas saja kalian, akan ku kejar kalian sampai ke lubang semut sekalipun.
Sekarang apa yang harus kulakukan pada Gadisya, setelah kejadian kemarin, bukan tidak mungkin jika dia mengandung anakku, haruskah aku menyakiti nya lagi?, sudah cukup aku membuatnya menangis, karena hatiku pun terkoyak bila membuat mata teduhnya meneteskan air mata karena kata kataku.
🌻🌻🌻
Gadisya baru saja menyelesaikan shift jaga nya hari ini, syukurlah emergency room tidak kedatangan pasien dengan kondisi mengerikan, seperti kecelakaan atau tabrakan beruntun.
"Dokter … terima kasih banyak untuk bantuannya hari ini," kata salah seorang suster emergency room.
"Sama sama suster Yana."
Gadisya pun berlalu hendak menuju ruang ganti, rasanya ingin segera sampai apartemen, mandi dan mengistirahatkan punggung.
Dari jauh Gadisya melihat Kevin yang baru keluar dari ruang operasi, pria itu pun tampak terkejut melihat Gadisya yang kini sedang menatapnya, namun ada sedikit kecewa manakala Gadisya berlalu begitu saja tanpa menunggunya, usai memberi penjelasan pada keluarga pasien, Kevin buru buru berlari mengejar Gadisya.
Syukurlah Gadisya belum terlalu jauh melangkah.
Ini sudah seminggu sejak kejadian malam itu, tapi yang terjadi kini, hubungan mereka justru semakin dingin, tak pernah bertegur sapa, bahkan karena perbedaan shift jaga, mereka pun jarang bertemu, baik di apartemen atau di rumah sakit.
Kevin merasa sangat berdosa pada Gadisya.
"Sya … " Entah sengaja atau tidak, kevin lebih nyaman memanggil istrinya dengan sebutan itu.
Gadisya berhenti dan menoleh, Kevin tengah berjalan cepat ke arahnya.
"Shift jaga mu sudah selesai?"
Gadisya mengangguk.
"Kalau mau pulang bawa saja mobilku, dari pada menunggu taxi atau bis."
Gadisya melihat keseriusan di mata suaminya.
"Aku tidak bisa mengemudi." Jawab nya lirih, hari ini dia lelah, walau di emergency room tak banyak pasien, tapi hari ini pasien membanjiri ruang ruang prakteknya, yah walau masih dokter umum, tapi nama dokter Gadisya kini sedang menjadi primadona di kalangan pasien rawat jalan, keramahan dan ketulusannya menangani pasien membuat para pasien merasa nyaman bila Gadisya yang menangani dan memeriksa kondisi kesehatan mereka.
"Kalau begitu, tunggulah di ruanganku, aku masih harus menjumpai beberapa pasien, aku janji tak akan lama." Ujar Kevin, kemudian ia buru buru berlari menuju ruang praktek nya, agar Gadisya tak terlalu lama menunggunya.
Gadisya yang masih terkejut dengan sikap suaminya, kini hanya bisa diam mematung.
🌻🌻🌻
"6 bulan, ayo kita bercerai setelah 6 bulan,"
Gadisya terkejut mendengar apa yang baru saja suaminya ucapkan.
Apalagi setelah mereka melakukan 'kegiatan bersama' malam itu, tega teganya kini Kevin ingin bercerai dari nya, bagaimana jika ia hamil, apakah tidak akan ada artinya anak yang mungkin saja kini sudah hadir di rahimnya.
Sekuat tenaga Gadisya menahan air mata yang hendak berlompatan keluar dari kelopak matanya.
"Beri aku 3 bulan, yah hanya 3 bulan saja," Gadisya mencoba mempertahankan harga diri nya, "dalam kurun waktu itu, aku ingin benar benar menjadi istrimu, bukan hanya pajangan dalam hidupmu," akhirnya terlontar juga kalimat menyakitkan itu. "Setidaknya ini satu satunya caraku untuk membalas budi baik kedua orang tuamu, aku ingin menjadi istri yang baik untuk putra kesayangan mereka, setelah 3 bulan aku akan menghilang selamanya dari hidupmu,"
Bohong lagi.
Lagi lagi Gadisya berbohong untuk mempertahankan harga diri nya.
.
.
.
bang kepin, emak emak sudah siap melempar sendal bang, jangan macem macem 😏🙈
🤭🤭