Namanya adalah Ryan Clifford. Dia adalah seorang Pangeran yang akan mewarisi tahta kerajaan Utara. Wajahnya tampan, polos dan sangat sederhana. namun, siapa sangka dibalik kepolosannya itu, tersembunyi kekuatan yang maha dahsyat. dia terlahir membawa takdirnya sendiri. ayahnya yang seorang Raja telah menorehkan sejarahnya sendiri. oleh karena itu, dia juga ingin mencatat sejarahnya sendiri.
walaupun seorang pangeran, tidak sekalipun dia memamerkan identitasnya. dan perjalanannya yang seru di mulai disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
...Bab 30...
Di luar, Violet yang mendengar bahwa ayahnya sedang dipojokkan oleh kakek dan pamannya menjadi sangat sedih. Dia beranggapan bahwa ini adalah karena kesalahannya karena tidak segera datang setelah mendapat telepon. Tepat ketika dia ingin masuk, Ryan menarik tangannya dan mengajaknya untuk bersembunyi karena saat ini, rombongan mobil mewah sedang memasuki kawasan Villa.
Violet dan Ryan memperhatikan rombongan yang terdiri dari empat unit mobil tersebut dari balik tanaman jambangan yang menyembunyikan sosok mereka berdua.
Dari tiga unit mobil, dua belas orang langsung turun sambil membuat dua barisan dalam formasi mengawal.
Begitu mengetahui siapa yang datang, tuan Salazar tidak tanggung-tanggung. Dia memerintahkan kepada pelayan Villa untuk menggelar karpet merah dimulai dari pintu Villa sampai ke depan pintu mobil Rolls-Royce yang ditumpangi oleh tuan muda dari keluarga Patrick itu.
"Selamat datang di Villa keluarga kami, tuan muda Patrick," sambut tuan Salazar dengan postur menjilat.
Pintu mobil Rolls-Royce itu terbuka dan tampak sebelah kaki menginjak karpet di susul dengan munculnya seorang pemuda yang tampak dingin dan angkuh seolah-olah menganggap sapaan dari tuan Salazar bagaikan angin lalu.
Kedua kakinya telah menginjak karpet merah dan lagaknya terlihat sungguh sangat sombong sampai-sampai lobang hidungnya pun terangkat ke arah langit. Beruntung tidak ada burung yang sedang membuang kotorannya. Jika ada, pasti kotoran itu akan memasuki lubang hidung tuan muda Patrick tersebut dengan sangat mulus.
"Itu orangnya yang ingin dijodohkan denganmu?" Tanya Ryan menggoda Violet yang berada disampingnya. Dia melihat ekspresi wajah gadis itu yang seolah-olah ingin muntah.
Violet mengangguk. Dia sangat ingin pergi sekarang juga meninggalkan Villa Salazar ini. Persetan dengan perjodohan dan dia siap untuk dikeluarkan dari keluarga.
Menikah dengan laki-laki seperti Tuan muda dari keluarga Patrick tersebut, sudah pasti sisa hidupnya akan dijalani dengan sangat suram.
"Bukankah kata ayah kalau tuan muda dari keluarga Patrick itu sudah berada di Villa Salazar?" tanya Violet seolah sedang bertanya kepada dirinya sendiri.
"Siapa yang tau? Mungkin saja apa yang dikatakan ayah mu di telepon adalah atas perintah dari kakek mu," jawab Ryan sambil menarik Violet agar menyembunyikan sosoknya.
"Kita pergi saja!" Ajak Violet. Namun Ryan langsung mencegahnya.
"Melakukan pekerjaan itu jangan setengah-setengah. Sekali kapal berlayar, dua tiga empat lima enam tujuh planet terlampaui," kata Ryan dengan lagak acuh tak acuh nya.
"Mana ada planet di Laut. Ayo lah. Aku tidak mungkin bisa menerima pengaturan kakekku atas perjodohan ini,"
"Kau mau melarikan diri dari masalah? Percayalah padaku, selagi kau melarikan diri setiap ada masalah, selamanya hidupmu akan berada dalam masalah. Pilihan ada ditangan mu. Melarikan diri dari masalah dan akan terus-terusan bermasalah, atau menghadapinya sampai tuntas sehingga tidak akan ada lagi masalah yang mengejar mu?!"
Violet merenungkan apa yang dikatakan oleh Ryan. Memang benar, hidup itu tidak akan pernah lepas dari yang namanya masalah. Semua orang tidak akan terlepas darinya. Tergantung individu itu sendiri apakah mau menghadapinya atau lari. Dan Violet ingin menyelesaikan masalah ini sekali untuk selamanya.
"Aku tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan pekerjaan. Ingat! Aku di sini untuk membantumu. Hari ini adalah kepastian dan besok masih menjadi misteri. Kalau kau tidak menyelesaikannya, kemungkinan dimasa depan kau harus menyelesaikannya sendirian. Karena, belum pasti aku akan selalu ada untuk membantumu. Kau harus tau bahwa kita memiliki kehidupan kita masing-masing. Memiliki jalan kita masing-masing. Dan jujur, aku tidak suka hidupku dibiayai oleh seorang perempuan. Kemungkinan, setelah menyelesaikan masalahmu ini, aku akan meninggalkan Villa mu. Itu kesepakatan kita!" Kata Ryan. Lagipula, dia juga akan sangat sibuk kedepannya. Mana dia punya banyak waktu untuk mengurusi masalah Violet selamanya. Memangnya Violet siapanya dia?
Mau runtuh rasa hati Violet ketika mendengar kata-kata Ryan barusan. Baginya saat ini Ryan bukan hanya sekadar tameng, melainkan pengisi kekosongan hatinya. Jika Ryan pergi, dia pasti akan sedih.
"Aku mengerti. Kau pasti merasa bahwasanya aku menjadi beban mu kan? Maafkan aku karena telah menyita banyak waktu mu,"
Baru saja Ryan akan menjawab, tiba-tiba handphone di sakunya bergetar.
Ryan melihat layar ponsel yang menunjukkan id pemanggil.
Dengan cepat Ryan menggeser layar untuk menjawab panggilan.
"Ayahanda," sapa Ryan kepada si penelepon yang tidak lain adalah Rey.
"Anak ku, ian. Lakukan tugas mu dengan baik!"
"Maksud Yang Mulia Ayahanda?" Ryan mengerutkan keningnya.
"Apa kau kira Ayahanda tidak tau apa saja yang kau lakukan? Sekarang fokus lah mencegah perjodohan antara gadis yang berada di samping mu itu dengan pemuda dari keluarga Patrick itu. Ingat! Mereka ingin memasuki Utara dengan pernikahan ini. Jika ian gagal melaksanakan tugas, maka Utara akan dimasuki oleh mereka melalui perusahaan Salazar Family. Kau sudah mengetahui garis besarnya, dan laksanakan tanpa ada kesalahan!"
"Ian mengerti,"
"Bagus ananda Pangeran,"
Tut Tut Tut...! Panggilan berakhir begitu saja.
"Siapa?" Tanya Violet.
"Tukang jagal dari Utara!" Jawab Ryan mengacu pada gelar lain dari Raja Utara. Jika dia menjawab pertanyaan Violet dengan menyebutkan Raja Utara, tentu gadis itu tidak akan percaya. Jadi, katakan saja gelar lain dari Raja Utara yang tidak diketahui oleh Violet. Selain dia tidak membohongi gadis itu, identitasnya terjaga dengan aman.
"Sejak kapan kau berteman dengan tukang daging?"
"Banyak kali pertanyaan gadis ini," gumam Ryan dalam hati.
"Sejak kapan-kapan lah!" Jawabnya dengan sewot. kemudian dia menunjuk ke arah orang-orang yang berada di atas karpet merah yang kini mulai memasuki Villa.
"Bagaimana dengan kita, apakah masuk juga?"
"Tunggu dulu. Kurang seru kalau kita masuk sekarang. Biarkan kakek mu sedikit mengalami kenaikan darah,"
"Kau ini...," Violet mencubit pinggang Ryan.
"Sssst. Pinggang ku ini sudah aku daftarkan di asuransi. Jika kau tidak ingin bangkrut, cubit saja terus,"
"Ha?" Dasar Violet yang lugu. Begitu diancam dengan kata-kata bangkrut, dia langsung melepaskan cubitannya.
Ryan tertawa tertahan. Kemudian dia merapikan jas nya dan menata ulang rambutnya yang rapinya minta ampun. Bahkan lalat pun akan tergelincir jika hinggap di atas rambutnya.
"Mengapa menatap ku? Kalau kau mendadak ingin muntah melihat ku, itu bukan salahku," katanya dengan iseng menegur Violet yang tak berkedip melihat kearahnya.
"Eh.., oh.., tidak.., tidak muntah," jawab gadis itu. Entah mengapa, gadis ini tidak begitu memahami karakter Ryan yang sebenarnya. Dia tampan, tapi berusaha bersikap aneh sehingga daya pikatnya teralihkan. Dia galak ketika memperlakukan orang yang tidak baik kepadanya. Tapi begitu orang lain berbuat baik kepadanya, dia akan mengerjai orang tersebut dengan keisengan yang dia miliki. Membagongkan.
Melihat Violet tergagap karena tertangkap basah setelah memperhatikannya, sifat narsis nya pun mulai muncul. Dia meniup telapak tangannya, kemudian dia usapkan ke kepalanya. "Siapa suruh aku begitu tampan. Ayah ku memang pandai mencari istri. Ayah tampan, ibu cantik jelita. Aneh saja kalau aku tidak tampan tingkat benua," katanya dalam hati.
"Kemudian apa lagi?" Tanya nya.
"Apa?". Violet balik bertanya.
"Oh. Lupakan saja!"
"Aneh sekali orang ini. Apakah karena tertidur pulas selama tiga hari tiga malam menjadikan otaknya sedikit sinting?" Pikir Violet dalam hati.
"Ayo! Apakah kau tidak ingin menggandeng tanganku?"
"Katamu belum waktunya untuk masuk,"
"Gandeng saja dulu supaya tidak canggung nantinya. Apa salahnya sedikit latihan. Lagipula kau tidak rugi menggandeng tanganku. Bukankah aku terlalu tampan dan karismatik?"
"Air laut itu asin sendiri walaupun tidak ada yang menaburinya garam. Kau memang tampan. Tapi gayamu membuat orang jadi jengah,"
"Resiko. Selain tampan, aku juga memiliki rasa kepercayaan diri yang super tinggi. Mau bagaimana lagi? Siapa suruh aku adalah protagonis,"
Ingin rasanya Violet mengigit kuping pemuda disampingnya ini sampai putus.
"Ryan. Bolehkah aku bertanya?"
"Tanya apa? Jangan tanyakan darimana asal ketampanan ku ini. Aku satu-satunya, limited edition. Tidak ada yang lebih tampan dari aku di Utara ini,"
"Ryan, aku serius,"
"Oh. Ok. Silahkan!"
"Setelah masalah perjodohan ku ini berhasil dibatalkan atas bantuan mu, apakah kau benar-benar akan pergi dan meninggalkan rumah ku?"
"Uh.., pertanyaan apa ini?" Pikirnya dalam hati. Kemudian dia memasang mode serius. Dia ingat apa yang dikatakan oleh ayahnya tadi di telepon. "Aku tidak bisa tinggal di villa mu. Bagaimanapun, kau itu wanita lajang dan aku juga pria tampan yang lajang. Apa nanti kata orang? Serumah bersama tanpa ikatan yang sah itu bukan budaya kita. Kita orang timur harus tau batasan-batasannya. Walaupun tidak melakukan apapun, tapi aku ini adalah orang timur yang miliki cara pikir ketimuran. Aku masih kolot dalam cara berpikir jika menyangkut masalah ini. Kau bukan adik ku, bukan kakak ku, bukan pula istri ku. Alasan apa yang kita miliki untuk terus berada dibawah satu atap?"
"Aku.., aku..,"
"Violet. Kita akan tetap bersahabat. Jika kau ada masalah, aku adalah orang pertama yang akan membantu mu walaupun tanpa kau minta. Apapun masalah mu, selagi itu masih dalam batas kemampuan ku, tidak akan ada penolakan dari ku. Pegang janjiku!"
"Janji?" Desak Violet sembari mengacungkan jari kelingkingnya.
"Ha? Ada ya seperti ini. Lalu bagaimana?" Tanya Ryan. Dia tidak mengerti dengan cara kekanak-kanakan seperti yang ditunjukkan oleh gadis ini.
"Sini jari kelingking mu, kemudian tautkan dengan jari kelingking ku. Dengan begitu, kau sudah berjanji kepadaku!"
Ryan mau tak mau juga mengulurkan jari kelingkingnya yang langsung dikaitkan dengan jari kelingking Violet.
"Janji ya!"
"Iya. Aku janji!" Jawab Ryan. Kemudian keduanya saling tersenyum dengan sangat manis.
padahal ceritanya Sangat Bagus
kereen banget .
lope lope utk mu Thor..
suka banget dgn sifat Ryan..