Kim Tae-min, seorang maniak game MMORPG, telah mencapai puncak kekuatan dalam dunia virtual dengan level maksimal 9999 dan perlengkapan legendaris. Namun, hidupnya di dunia nyata biasa saja sebagai pegawai kantoran. Ketika dunia tiba-tiba berubah akibat fenomena awakening, sebagian besar manusia memperoleh kekuatan supranatural. Tae-min yang mengalami awakening terlambat menemukan bahwa status, level, dan item dari game-nya tersinkronisasi dengan tubuhnya di dunia nyata, membuatnya menjadi makhluk yang overpower. Dengan status dewa dan kekuatan yang tersembunyi berkat Pendant of Concealment, Tae-min harus menyembunyikan kekuatannya dari dunia agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Di tengah kekacauan dan ancaman baru yang muncul, Tae-min dihadapkan pada pilihan sulit: bertindak untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, atau terus hidup dalam bayang-bayang sebagai pegawai kantoran biasa. Sementara organisasi-organisasi kuat mulai bergerak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Santai Dulu Ngab
China. Negeri tirai bambu yang kaya dengan sejarah dan budaya, tempat yang sempurna untuk sedikit bersantai... sebelum kekacauan berikutnya tiba. Setelah menerima tugas dari Hye Rin, aku tiba di Beijing beberapa hari lalu. Tentu, tugasku bukan langsung menyelam ke dalam masalah, melainkan menikmati suasana kota ini dulu.
Sekarang, aku berdiri di Tembok Besar China. Udara dingin dari pegunungan berhembus lembut, membawa aroma batu tua dan pepohonan yang menjulang di bawah kaki dinding bersejarah ini. Rasanya tenang, hampir terlalu tenang. Di sekelilingku, wisatawan dengan senyum lebar sibuk mengambil foto, tapi aku? Hanya berdiri, mengamati megahnya dinding yang seolah tak berujung.
“Manusia, selalu saja suka pamer hasil kerja keras nenek moyang mereka,” aku bergumam sambil melirik batu bata yang disusun sempurna ribuan tahun lalu.“Tapi ya, harus kuakui, mereka tahu caranya membangun.”
Dengan es krim rasa vanilla di tangan, aku berjalan santai menyusuri Tembok Besar, mendengarkan tawa turis dan bunyi kamera yang terus-menerus. Di saat semua orang kagum, aku justru fokus pada betapa lambatnya waktu berlalu di sini.
"Hah… terlalu damai," aku menghela napas, sedikit berharap sesuatu terjadi, tapi aku sadar, mungkin ketenangan ini yang aku butuhkan. Sekali-kali tak ada pertarungan berdarah dan makhluk-makhluk aneh yang muncul dari portal.
Esoknya, aku beralih dari situs sejarah ke makanan. Apa gunanya ke China kalau tidak mencoba makanan jalanan, bukan?
Di Wangfujing Snack Street, aroma kacang panggang, sate daging, dan rempah-rempah memenuhi udara. Aku menghentikan langkah di depan gerobak yang menjual serangga panggang. Kalajengking, belalang, semuanya ada di sana. Kulirik pedagangnya, yang menyambut dengan senyum penuh semangat.
"Aku suka makanan aneh," kataku dengan nada setengah bercanda. "Tapi ini... hmm, mungkin terlalu aneh."
Namun, rasa penasaran menang. Aku mengambil satu tusuk sate kalajengking, menggigitnya dengan pelan. Kriuk!. Tak seburuk yang kukira, tapi jelas bukan favoritku.
Setelah puas dengan eksperimen kuliner, aku beralih ke makanan yang lebih masuk akal sate domba bakar yang disajikan dengan rempah kuat. “Ini baru makanan,” gumamku, mengunyah dengan puas sambil berjalan santai menyusuri jalanan.
Hari berikutnya, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi Summer Palace, tempat yang terkenal dengan keindahan taman-taman dan danau yang luas. Menaiki perahu kecil di atas Danau Kunming, aku membiarkan tubuhku rileks, memandang ke arah Paviliun Buddha Fragrance yang berdiri megah di puncak bukit. Angin sejuk bertiup, menciptakan riak-riak kecil di permukaan air.
“Tempat ini sungguh damai, ya. Kalau dunia tidak sedang di ambang kehancuran oleh sekte-sekte gila, mungkin aku akan tinggal lebih lama di sini,” gumamku sambil berbaring di atas kursi perahu.
Sore harinya, aku memutuskan untuk mengunjungi Pasar Mutiara Hongqiao, tempat yang terkenal dengan berbagai barang mulai dari perhiasan hingga elektronik. Berkeliling di antara kios-kios, aku melihat deretan jam tangan, tas bermerek palsu, dan mutiara yang konon asli.
Salah satu pedagang memanggilku, mencoba menawarkan jam tangan yang katanya "asli" dengan harga yang mencurigakan.
"Hmm, jam tangan asli yang harganya cuma setengah harga sepatu? Hebat sekali," kataku sinis, sambil menggelengkan kepala. Aku tertawa kecil dan terus berjalan, lebih tertarik pada keramaian pasar dibandingkan barang yang dijual.
Dua hari kemudian, saat aku sedang menikmati teh di sebuah kafe kecil di kawasan Hutong, teleponku berdering. Nama Hye Rin muncul di layar.
“Kau sudah siap?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi.
“Sudah. Aku sudah di sini dari kemarin. Kalau siap sih, aku selalu siap,” jawabku santai, mengaduk teh hijau di cangkirku.
“Ada perkembangan baru,” suaranya serius. “Tampaknya benar, Black Crescent Cult mulai bergerak di sini. Korban sudah mulai berjatuhan, dan pemerintah China meminta bantuan beberapa guild dari Korea.”
Aku mengangkat alis. “Oh? Jadi ini serius. Apa lagi yang kau temukan?”
“Saat ini belum ada detail lengkap. Tapi ada dugaan kuat bahwa gate tidak stabil ini adalah bagian dari operasi mereka. Kau harus berhati-hati. Ini bukan level biasa.”
Aku memainkan cangkir tehku, berpikir sejenak. "Hmm, jadi mereka benar-benar membuat kekacauan di sini. Dan kita diminta mengurusnya, ya?"
"Benar. Minggu depan kau akan berangkat bersama tim dari Crimson Lotus untuk menyelidiki lebih lanjut. Ini lebih besar dari sekadar gate biasa."
Aku menghela napas panjang, menatap ke luar jendela kafe yang menampilkan jalanan kuno Beijing yang sibuk. "Baiklah, aku mengerti. Tapi jujur, aku tidak peduli seberapa besar masalahnya. Kalau mereka membuat masalah, aku akan menyelesaikannya."
"Kau terlalu santai," komentar Hye Rin dengan nada tajam. "Ingat, ini bukan operasi kecil. Jangan anggap enteng."
“Tenang saja, aku tidak akan lengah. Lagipula, aku masih punya beberapa hari untuk bersantai sebelum semua kekacauan dimulai.”
“Jangan terlalu santai. Kali ini kau bisa terkejut dengan apa yang akan kau hadapi.”
Aku tertawa kecil, “Baiklah, baiklah. Kita lihat saja nanti. Minggu depan, kan? Sampai jumpa.” Aku menutup telepon, menyandarkan punggungku di kursi, dan kembali menikmati tehku.
Setelah panggilan dari Hye Rin, aku tahu waktuku untuk bersantai hampir habis. Tapi, hei, ini belum minggu depan. Jadi, aku memutuskan untuk menikmati sisa hariku di Beijing dengan penuh semangat... atau setidaknya dengan rasa malas yang khas.
Pagi ini, aku memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar Taman Beihai, sebuah taman indah yang terkenal dengan danau dan paviliun klasiknya. Melangkah melewati jembatan putih yang melintasi danau, aku memandangi air tenang yang memantulkan sinar matahari pagi.
Sejujurnya, aku tidak pernah terlalu peduli dengan pemandangan alam. Tapi setelah hari-hari yang penuh dengan pertempuran berdarah dan ancaman Black Crescent Cult, ini terasa seperti oasis di tengah gurun.
“Kadang, hidup memang butuh jeda,” gumamku sambil menatap sekelompok angsa yang berenang di danau. Aku duduk di bangku kayu di bawah pohon rindang, menatap langit biru cerah yang tak terganggu.
Baru saja aku mulai merasa nyaman, perutku berbunyi bukan pertanda dari monster, hanya rasa lapar. "Ah, saatnya makan," kataku pada diri sendiri.
Siang harinya, aku mampir ke sebuah restoran hotpot terkenal di pusat kota Beijing. Di dalam, aroma kaldu yang mendidih menyambutku dengan hangat. Aku duduk sendirian di meja, memesan menu hotpot yang sepertinya akan menghangatkan tubuh dan jiwa.
Ketika pelayan datang membawa nampan penuh daging segar, sayuran, dan mi, aku segera memasukkan semuanya ke dalam panci kaldu pedas yang mendidih di tengah meja. Sambil menunggu dagingnya matang, pikiranku berkelana, memikirkan misi yang akan datang.
“Black Crescent Cult lagi... Serius, mereka ini seperti kecoak. Dibunuh satu, muncul yang lain,” gumamku dengan kesal, sambil memutar sumpit di tanganku. Kaldu di depanku mulai berbuih, dan aku mengambil potongan daging sapi yang sudah matang, mencelupkannya ke saus wijen sebelum memasukkannya ke mulut.
“Hmm, ini baru nikmat,” ujarku sambil tersenyum puas. Hotpot ini jauh lebih menyenangkan daripada membantai kultis gila, setidaknya untuk sementara waktu.
Setelah kenyang, aku berjalan santai menuju 798 Art District, sebuah kawasan seni kontemporer yang terkenal dengan galeri-galeri dan instalasi seni yang unik. Entah bagaimana, tempat ini justru lebih ramai daripada Tembok Besar. Orang-orang berjalan-jalan, memotret, dan terkadang berhenti untuk mengagumi karya seni.
Aku tidak mengerti seni. Serius, apalah arti sepotong besi yang ditekuk menjadi bentuk aneh? Tapi yah, aku harus mengakui, beberapa dari instalasi ini cukup menarik. Satu karya yang menarik perhatianku adalah sebuah patung raksasa berbentuk tangan yang mencengkeram bola dunia.
“Mungkin ini metafora tentang kontrol,” aku berpikir keras, sedikit bercanda dengan diri sendiri. “Atau mungkin hanya patung tangan besar yang bikin orang bingung.”
Di salah satu sudut jalan, ada seorang seniman jalanan yang melukis di kanvas besar. Dia dengan lincah menggerakkan kuasnya, menciptakan sesuatu yang tampak seperti pemandangan malam yang penuh warna. Aku berhenti sejenak untuk mengamati, terpesona oleh cara dia bekerja dengan cepat namun presisi.
“Kalau aku punya bakat seni, mungkin aku akan mencoba jadi seniman,” pikirku sambil tertawa kecil. Tapi tentu saja, hidupku sudah terlanjur tenggelam dalam dunia pertempuran dan kekuatan absurd. Seni bukan untukku.
Setelah berkeliling di sekitar distrik seni, aku menyadari bahwa waktu semakin mendekati sore. Aku memutuskan untuk kembali ke hotel dan bersiap-siap untuk menghadapi hal-hal serius yang akan datang.
Saat tiba di kamar hotel, aku langsung menjatuhkan diri di atas kasur empuk dan menatap langit-langit.
“Minggu depan, ya?” aku bergumam, mengingat kembali kata-kata Hye Rin. “Black Crescent Cult tidak akan berhenti sebelum mencapai tujuannya. Tapi kali ini, kita akan memastikan mereka gagal.”
Beberapa hari kemudian, setelah cukup menikmati liburanku, aku memutuskan untuk mengunjungi beberapa tempat bersejarah lainnya di Beijing. Salah satunya adalah Temple of Heaven, kompleks kuil yang terkenal dengan arsitektur dan sejarahnya. Saat berjalan-jalan di sekitar kuil, aku tak bisa mengabaikan betapa tenangnya suasana di sini, seolah dunia ini tidak pernah tersentuh oleh kekacauan yang aku hadapi setiap hari.
Aku berhenti di salah satu paviliun, menatap pemandangan yang terbentang di depanku. "Aku harap kedamaian ini bisa bertahan lebih lama... tapi aku tahu lebih baik."
Saat aku berjalan keluar dari kuil, aku mendapat pesan dari Hye Rin.
“Bersiaplah. Kami akan berangkat dalam beberapa hari. Masalahnya lebih serius dari yang kita duga,” Katanya.
Aku menghela napas panjang, menatap layar ponsel. "Yah, sepertinya waktuku untuk bersantai sudah habis." Aku membalas pesan singkat, "Oke, aku siap kapan saja."
Keesokan harinya, aku bangun dengan perasaan agak malas. Sinar matahari pagi yang menembus tirai tipis kamarku terasa hangat, tapi juga menjadi pengingat kalau hari-hari tenangku di Beijing sudah hampir habis.
“Ah, hari ini adalah hari terakhirku bersantai, ya?” gumamku sambil menggaruk kepala.
Aku keluar dari hotel dan memutuskan untuk berjalan-jalan lagi, kali ini menuju Summer Palace, sebuah tempat yang penuh dengan taman hijau, istana tua, danau besar, dan tentu saja... turis yang berjubel. Entah kenapa, suasana santai di sini membuatku lupa sejenak akan misi besar yang menantiku.
Ketika melangkah melewati Longevity Hill, aku melihat-lihat patung kuno dan bangunan bersejarah yang tersebar di seluruh tempat ini. "Dulu, mungkin di sini ada banyak intrik politik kerajaan yang saling bertarung untuk kekuasaan," pikirku. Ironisnya, hal itu tidak terlalu berbeda dengan apa yang sekarang sedang terjadi di belakang layar antara para awakener dan cult-cult gila seperti Black Crescent Cult.
Ketika sampai di puncak bukit, aku duduk di sebuah batu besar yang menghadap ke Danau Kunming. Angin sepoi-sepoi berhembus, menenangkan saraf-saraf yang tegang selama beberapa hari terakhir. Aku benar-benar menikmati momen damai ini. Tapi, sayangnya, semua yang baik pasti ada akhirnya.
Drrtt... drrtt...
Ponselku bergetar di saku. Aku mengambilnya dan melihat pesan dari Hye Rin.
“Kami akan memulai briefing untuk operasi besok. Sudah siap?”
Aku membaca pesan itu, menghela napas panjang. “Yah, akhirnya datang juga waktunya...” pikirku. Aku mengetik balasan singkat: “Siap. Kapan dan di mana?”
Setelah itu, aku berdiri, memandang sekali lagi pemandangan yang menenangkan di depanku. "Tunggu sampai aku selesai di sini, baru masalah akan dimulai," kataku pada diri sendiri sambil tersenyum kecil, meski di balik senyum itu, aku tahu masalah yang lebih besar akan segera muncul.
Esok harinya, aku berada di Markas Crimson Lotus di Beijing. Tempat ini sudah penuh dengan awakener yang berkumpul dari berbagai guild di Korea, China, dan beberapa negara lain. Ruangan besar itu dipenuhi oleh layar-layar holografis yang memetakan berbagai area di seluruh China.
Di meja besar di tengah ruangan, Hye Rin duduk di kursinya, menatap serius ke arah peta digital yang menampilkan beberapa titik merah di China, tanda-tanda dari aktivitas mencurigakan yang sedang terjadi. Aku mendekatinya, menyapa dengan santai.
“Hye Rin, serius sekali kelihatannya. Apa situasinya?”
Hye Rin mendongak dan tersenyum tipis. "Akhirnya kau datang juga. Situasinya buruk. Black Crescent Cult sudah mulai bergerak di beberapa provinsi di China. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah tanda-tanda aktivitas mereka di sekitar Beijing dan Shanghai."
Dia menunjuk beberapa titik merah di peta. "Ini adalah lokasi di mana kami mendeteksi anomali energi. Mereka sudah mulai membuka beberapa gate buatan."
"Gate buatan, ya?" Aku mengingatkan diriku sendiri tentang betapa berbahayanya hal itu. Gate buatan sering kali tidak stabil dan bisa menciptakan bencana besar jika tidak segera dihentikan.
Hye Rin melanjutkan. "Gates ini berbeda dari yang kita temui di Korea. Kami belum tahu apa yang mereka rencanakan, tapi ini bukan operasi kecil-kecilan. Pemerintah China sudah meminta bantuan dari berbagai guild, termasuk Crimson Lotus. Karena itulah kita di sini."
Aku mengangguk sambil melihat peta. “Kamu curiga Black Crescent Cult, kan?”
Hye Rin menatapku dengan serius. “Ya. Mereka pasti ada di balik ini. Kami tidak tahu siapa yang memimpin operasi di sini, tapi yang jelas, kita menghadapi sesuatu yang lebih besar daripada sebelumnya.”
Senyum licik muncul di wajahku. "Jadi... kapan kita mulai bersenang-senang?"
Hye Rin menghela napas, sepertinya sudah terbiasa dengan sikapku yang santai dalam situasi seperti ini. “Kamu selalu saja begitu.”
Aku tertawa kecil. "Tentu saja. Hidup terlalu singkat untuk terlalu serius, Hye Rin. Tapi jangan khawatir, aku akan siap kapan pun kamu butuh."
Dia menatapku sebentar, lalu menyerahkan beberapa dokumen. "Ini adalah informasi yang kami miliki sejauh ini. Pelajari sebelum kita bergerak."
Aku mengambil dokumen-dokumen itu, melirik sekilas. Kebanyakan hanya data anomali energi dan laporan-laporan dari guild lokal di China. Tidak ada informasi yang benar-benar konkret tentang siapa yang menjadi dalang di balik ini semua. Tentu saja, itu membuatku semakin penasaran.
Sebelum aku pergi, Hye Rin menatapku lagi. "Satu hal lagi."
Aku mengangkat alis. "Apa?"
"Aku yakin ini bukan pertama kalinya kamu menghadapi anggota Black Crescent Cult. Tapi kali ini, jangan gegabah. Kita tidak tahu kekuatan musuh sepenuhnya."
Aku hanya tersenyum. “Gegabah? Aku selalu tahu apa yang kulakukan. Lagipula, kalau sesuatu terjadi, aku akan selalu punya... rencana cadangan.” Aku berbalik sambil melambaikan tangan. “Baiklah, aku akan lihat-lihat informasi ini, lalu kita mulai aksinya. Sampai nanti, Hye Rin.”
Hye Rin hanya menggelengkan kepalanya, terlihat sedikit khawatir tapi juga pasrah dengan kepribadianku yang tak terduga.
Beberapa jam kemudian, aku kembali ke hotel setelah menghabiskan waktu membaca laporan-laporan yang diberikan oleh Hye Rin. Setelah makan malam yang cukup sederhana, aku berbaring di tempat tidur sambil memikirkan semuanya.
“Gate buatan di China, ya? Aku penasaran siapa yang berada di balik semua ini. Mungkin ini akan jadi lebih menarik dari yang kupikirkan...” gumamku sambil memandang langit-langit kamar.
Waktu terus berjalan, dan perasaan bahwa sesuatu yang besar akan segera terjadi semakin kuat. "Black Crescent Cult... tidak peduli apa pun yang mereka rencanakan, mereka pasti akan menemukan caranya untuk berurusan denganku."
Aku menutup mata, mempersiapkan diri untuk pertempuran yang akan datang. Namun sebelum itu, aku akan menikmati sisa waktu tenang ini sebelum badai yang sesungguhnya melanda.
dah gitu aja.
kecuali.
dia punya musuh tersembunyi. demi nemuin musuhnya ini dia tetep low profile gitu. atau di atas kekuatan dia masih ada lagi yang lebih kuat yang membuat dunianya berubah makannya untuk nemuin harus tetep low profile dan itu di jelasin di bab awal. jadi ada nilai jualnya.