NovelToon NovelToon
Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Selina Navy

Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.

Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.

Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.

Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.

Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?

Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26.Curhat

Setelah rambut Adira kering, Ricardo melanjutkan dengan sabar menyisirnya.

Ia mengambil sisir dan mulai menyisir lembut, berusaha membuat rambut Adira tampak rapi.

Dengan penuh perhatian, ia mengikat rambut Adira dengan ikat rambut hitam miliknya, memastikan agar ikatan itu nyaman.

Namun, saat ia hendak melihat hasil ikatannya, Ricardo terkejut melihat Adira tiba-tiba menangis.

“Sakit kah?”

tanya Ricardo, khawatir sambil memegang lembut kepala Adira.

Adira menggeleng,

“Bukan… Dulu, ayahku selalu menyisir rambutku dan mengikatnya kencang persis seperti yang kau lakukan,”

ujarnya sambil air matanya mengalir deras. Kenangan itu membuatnya tak bisa menahan tangisnya.

Melihat Adira yang menangis sejadi-jadinya, Ricardo cepat duduk di atas meja kerjanya, memegang erat kedua tangan Adira.

Ia menatap wajah Adira yang basah oleh air mata.

“Kalau itu, sepertinya aku mengerti perasaan ayahmu,”

katanya lembut.

“Kau begitu malas menyisir rambutmu, makanya ayahmu selalu melakukannya.”

Adira terkejut, menatap Ricardo dengan rasa ingin tahu.

“Bagaimana kau tahu?” tanyanya.

Ricardo tertawa geli,

“Selama berapa hari kau di sini, aku tak pernah melihatmu menyisir rambutmu sekalipun Adira."

Adira tersipu malu, wajahnya memerah. Tanpa pikir panjang, ia menutupi wajahnya dengan tangannya.

Ricardo merasa puas menggoda Adira dan perlahan membuka tangan Adira yang menutupi wajahnya.

“Tak apa jika kau tidak suka menyisir rambutmu,” katanya lembut,

“Biar aku saja. Aku suka menyisir rambutmu.”

Mendengar itu, Adira kembali menutup wajahnya dengan tangannya, rasa malu yang mendalam menyelimuti dirinya.

Dalam momen itu, Ricardo merasakan kedekatan yang semakin dalam di antara mereka, dan Adira merasakan kehangatan dari perhatian Ricardo yang tulus.

Adira yang tak tahan digoda oleh Ricardo akhirnya berdiri dan dengan nada bercanda berkata,

“Oke, Pak Mafia… Sekarang gantian, kau yang duduk, aku yang menyisiri rambutmu!”

Ricardo hanya menatap Adira sambil menggeleng pelan, senyumnya tipis menghiasi wajahnya.

“Iss, tak adil!”

gerutu Adira, sambil memegang pinggang kecilnya, pura-pura kesal karena Ricardo tidak mau menurutinya.

Ricardo tetap diam, matanya tidak lepas dari wajah Adira, dan tanpa ia sadari, tatapannya berubah semakin hangat.

“Bagaimana ini, Adira…”

gumamnya pelan, namun tidak melanjutkan perkataannya.

Adira, yang menunggu kelanjutan kalimatnya, hanya diam, masih memegang pinggangnya dan menatapnya dengan penuh rasa penasaran.

Namun, kata-kata Ricardo yang tersisa hanya terucap dalam hatinya. 'Bagaimana ini, Adira… Aku semakin menyukaimu… Rasanya aku hampir gila karena sangat menyukaimu…'

Ricardo masih duduk di atas meja dengan tenang, memandangi Adira dengan tatapan yang lembut dan hangat.

Perasaan dalam hatinya terus tumbuh, dan meskipun dia pendiam, hatinya penuh dengan perasaan yang dia simpan sendiri.

Adira yang masih berdiri di depannya tidak menyadari betapa dalamnya perasaan Ricardo, dan Ricardo hanya bisa memendamnya, menikmati momen-momen kecil di mana mereka saling berinteraksi tanpa banyak kata.

Saat handphone di dalam laci meja kerja Ricardo berdering, ia yang masih duduk di atas meja hanya meraih laci dengan tangan kirinya dan menjawab telepon dengan suara berat dan dingin,

"Ya?"

Adira yang berada di depannya mundur selangkah, memberikan sedikit ruang. Ricardo terdiam beberapa saat, mendengarkan suara dari seberang telepon.

Setelah mendengar sesuatu yang penting, ia hanya menjawab singkat,

"Kalian pergi lah, aku tak ikut,"

kemudian menutup teleponnya tanpa berkata lebih lanjut. Ia kembali meletakkan handphone ke dalam laci dan menutupnya perlahan.

Adira, yang memperhatikan dengan penasaran, akhirnya berkata,

"Wah, telepon sekali pakai mu banyak sekali."

Ricardo tidak memberikan respon apapun, hanya menutup laci tanpa ekspresi. Adira, yang selalu penasaran dengan kehidupan Ricardo, memanfaatkan momen itu untuk bertanya lagi,

"Boleh tahu nggak kehidupan pekerjaanmu?"

Ricardo memandang Adira, tatapannya dalam dan serius. Ia terdiam, mempertimbangkan pertanyaan itu sebelum menjawab balik,

"Bagaimana menurut gambaranmu?"

Adira tiba-tiba merasa canggung. Ia tidak berani menjawab, apalagi setelah melihat tatapan Ricardo yang seolah ingin membaca pikiran dan perasaannya.

Meskipun tak diucapkan, Adira paham bahwa dunia Ricardo penuh misteri, dan mungkin tak sesederhana yang terlihat.

Adira langsung menyesali pertanyaannya begitu Ricardo membalas dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ia mengangkat bahunya, merasa bingung dan bersalah. Ricardo mencoba menenangkan situasi,

"Tak apa, kau bisa katakan apapun, aku tak akan tersinggung."

Adira, yang merasa semakin terjebak oleh pertanyaannya sendiri, akhirnya menjawab dengan suara pelan dan ragu,

"Mmmm... drugs, wanita, bunuh membunuh... mungkin."

Ricardo tetap diam, memandang Adira dengan tatapan dingin, membuat Adira semakin gugup.

Ia meremas kedua tangannya yang disilangkan di belakang badannya, merasa canggung dan tak nyaman.

Setelah beberapa saat, Ricardo akhirnya menjawab, suaranya tetap tenang namun dingin,

"Apa aku terlihat seburuk itu?"

Adira tertegun mendengar nada suara Ricardo, lalu dengan cepat menggeleng, mencoba mengklarifikasi bahwa dia tidak bermaksud menuduhnya.

Ricardo, yang masih menatap Adira dengan tatapan tajam namun mulai melunak, melanjutkan,

"Mungkin kau tak percaya, tapi aku sungguh tak pernah memakai narkoba, apalagi soal perempuan."

Adira bisa merasakan ketulusan dalam kata-katanya, meskipun Ricardo tetap pendiam dan dingin.

Detik-detik berlalu dengan sunyi, sementara Adira hanya bisa mengangguk pelan, mencoba mengerti sisi lain dari Ricardo yang selama ini penuh misteri.

Ricardo menepuk meja, mengisyaratkan Adira untuk duduk di sampingnya. Tanpa banyak bicara, Adira menurut, dan duduk di atas meja kerja tepat di sebelah Ricardo.

Bahu mereka bersentuhan, menciptakan keheningan yang terasa begitu intim, namun ada ketegangan yang samar di udara.

Ricardo mengalihkan pandangannya ke jendela, menatap pemandangan dengan tatapan kosong.

Suaranya datar dan dingin saat dia mulai bercerita,

"Aku tumbuh di Hunts Point, Bronx. Tiap hari aku melihat para tunawisma. Mereka hidup seperti zombie. Wajah-wajah mereka, hancur oleh drugs... Itu melekat dalam pikiranku."

Ricardo berhenti sejenak, rahangnya mengeras saat mengingat trauma masa kecilnya.

"Aku melihat mereka seperti itu dan berjanji pada diriku sendiri, aku tak akan pernah menyentuh narkoba."

Adira tetap diam, mendengarkan dengan seksama, merasakan beratnya pengalaman hidup Ricardo yang mungkin lebih suram daripada yang pernah ia bayangkan.

Ricardo melanjutkan, kali ini suaranya sedikit lebih rendah.

"Ibuku... dia memperlakukan aku seperti tak berharga. Semua kemarahannya dilampiaskan padaku... Aku benci wanita, siapa pun mereka. Mereka terlalu mirip dengan ibuku... egois, tak peduli."

Ricardo tersenyum pahit, matanya masih terpaku pada jendela, seolah dia sedang mengulang kembali kenangan pahit yang tak bisa ia lupakan.

Adira menatap Ricardo, merasakan sesak di dadanya mendengar cerita itu. Ia bisa merasakan luka yang dalam dari tiap kata yang diucapkan Ricardo.

Ada keheningan yang panjang, seakan kata-kata tak lagi diperlukan untuk menjelaskan betapa sakitnya masa lalu yang Ricardo alami.

Perlahan, Adira menyentuh lengan Ricardo dengan lembut, mencoba memberi dukungan tanpa perlu berkata apa-apa. Ricardo tetap diam, tapi sentuhan itu membuatnya merasa sedikit lebih ringan, seolah ada seseorang yang akhirnya mau memahami tanpa menghakimi.

...💙💙💙...

...Hai Readers.....

...Kalau kamu suka dengan cerita pertama ku Luka dan Cinta, jangan lupa untuk follow aku, like, subscribe, dan vote, ya! Dukungan kalian sangat berarti untuk perkembangan cerita ini. Bagi yang merasa ceritanya seru dan ingin memberikan lebih, bisa juga kirim gift buat bantu aku buat semangat nulis!...

...Terima kasih banyak buat kalian yang sudah baca dan support!...

...Stay tuned ya, karena masih banyak kejutan di bab-bab berikutnya!...

1
gak tau si
ada g ya yg kek ricardo d luar sana/Doge/
Zia Shavina: adaa ,pacarr kuuu /Tongue//Casual/
total 1 replies
Zia Shavina
dari alur cerita nya kita dibawa kenal ke pribadi masih2 tokoh utama dlu,so far romantisnya blm ada sii ,tapi blm tau keknya ricardo tipe yg bucin bget gak sii /Scream//Scream/
Zia Shavina
ricardooooooo
Zia Shavina
semangaatttt thhorrrr
Selina Navy: terimakasii🙏
total 1 replies
gak tau si
so sweet... 😍
gak tau si
sad bnget... /Sob//Sob/
gak tau si
kurang i thor sendiri nya
gak tau si
Penasaran jumpa dimana, tapi kok jd sad/Scowl/
gak tau si
romantis nya tipis-tipis/Smile/
gemezz/Angry/
Zia Shavina
lanjuttttt thorrrrr
Zia Shavina
tolongh thorr selamatkan adira/Sob//Sob/
Selina Navy: wahh.. terimakasih banyak Zia atas dukungannya..
tetap setia baca Luka dan Cinta ya..
Semoga suka..
total 1 replies
Zia Shavina
kasiann adiraa hidup seperti itu
Zia Shavina
lanjuttt terus thorr
Zia Shavina
hayo ricardo jangan di tinggil adira nyaaa
Zia Shavina
lanjutkan thorr..
gak tau si
semangat author..
update teruss..
gak tau si
suka sama adegan yang punya romantis tipis2 gini..
gak tau si
semangat author..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!