Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 Menemukan Supri
Jaka dan Pak Bedjo melanjutkan kembali pencariannya, hingga kemudian mereka pun berhenti di suatu tempat.
Untuk sesaat, Jaka tampak sedang mengendus-endus tanah yang ada di dekatnya, yang tak berapa lama, bocah laki-laki itu duduk bersila lalu mulutnya komat-kamit yang tentu saja membuat Pak Bedjo heran dan menyimpan tanda tanya dalam hatinya.
Belasan menit kemudian, goyanglah tanah di dekat mereka, lalu muncul sebuah lubang yang cukup lebar yang merupakan pintu gaib menuju ke gua, yang tadi sengaja dibuka oleh si pertapa misterius ketika Supri dikerjai oleh kuntilanak. Melihat pemandangan yang ganjil itu, Pak Bedjo cukup kaget campur heran.
"Sekarang kita harus membuat tali dari sulur tanaman, Pak Lik," kata Jaka setelah bangkit berdiri.
"Untuk apa, Le?" sahut Pak Bedjo heran.
"Untuk turun ke bawah. Supri ada di bawah, Pak Lik," ucap bocah laki-laki itu sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari sulur tanaman.
"Supri ada di bawah? Bawah lubang itu maksudnya?" cecar pria paruh baya tersebut seolah tidak percaya.
"Iya, Pak Lik. Supri ada di dalam gua, di bawah lubang itu," terang Jaka seraya menoleh pada Pak Bedjo.
"Beneran, Le? Bagaimana bisa? Kan lubangnya barusan muncul?" pria paruh baya itu merasa bingung.
"Sudahlah Pak Lik, nanti Pak Lik bakal tahu jawabannya setelah ketemu Supri. Yang penting sekarang kita cari sulur tanaman dulu untuk dibuat tali yang akan kita pakai turun ke bawah."
Tanpa banyak tanya lagi, Pak Bedjo pun segera menuruti perintah Jaka. Lebih dari 1 jam mereka mencari sulur tanaman yang kuat, setelah itu mereka untai menjadi tali yang panjangnya lebih dari 15 meter.
Tak berapa lama, Jaka pun mengikat salah satu ujung tali sulur ke sebuah batang pohon yang kuat yang tumbuh di dekat lubang, sedangkan ujung tali yang lain dia masukkan ke lubang.
"Silahkan Pak Lik turun duluan. Nanti kalau Pak Lik sudah sampai di bawah, Jaka akan melempar kantong bekal kita lalu Pak Lik tangkap," Jaka memberi instruksi pada Pak Bedjo.
Dengan hati-hati, pria paruh baya tersebut mulai turun ke bawah dengan kedua tangan memegang tali.
"Bapaak!" Supri yang sedari tadi sudah menunggu di bawah lubang, berseru kegirangan ketika melihat sosok bapaknya.
"Le! Supri!" sahut Pak Bedjo dengan posisi masih gelantungan di tali.
Begitu kedua kaki pria paruh baya itu sudah menapak di dasar gua, Pak Bedjo dan Supri langsung berpelukan sampai beberapa detik.
"Bapak," bocah laki-laki bertubuh gemuk tersebut meneteskan air matanya karena merasa terharu bisa bertemu dengan bapaknya lagi.
"Kamu tidak apa-apa kan, Le?" tanya Pak Bedjo dengan perasaan setengah lega.
"Kaki Supri agak sakit Pak, soalnya beberapa kali jatuh. Supri juga haus dan lapar," keluh si gembul apa adanya.
"Pak Liik!! Kantong bekalnya Jaka lempar sekarang yaa?!!" Pak Bedjo dan Supri dikejutkan oleh suara Jaka yang berteriak dari atas lubang.
"Iya Lee!! Siaap!!"
Tak berapa lama, tampaklah sebuah kantong kain yang menggembung meluncur ke bawah yang langsung ditangkap oleh Pak Bedjo. Beberapa detik kemudian, sosok Jaka terlihat bergelantungan di tali menuju ke bawah dengan gerakan yang lumayan cepat.
"Jaka!" seru si gembul ketika Jaka sudah mendarat di dasar gua.
"Syukurlah, akhirnya kita menemukan kamu, Pri," kata Jaka dengan sepasang mata masih berwarna kuning yang membuat Supri tidak berani merangkul sekalipun ingin.
"Trimakasih banyak ya Jak untuk bantuannya," ucap bocah laki-laki bertubuh gemuk itu dengan tulus.
"Kalau tidak ada kamu, pasti Bapak belum menemukan Supri, Jak," Pak Bedjo merasa berhutang budi.
"Sudahlah Pak Lik, Supri. Tidak perlu merasa sungkan. Bukankah kita diciptakan untuk saling membantu," ujar Jaka.
"Oh ya Le, katanya kamu lapar dan haus. Ini, kita tadi bawa bekal makanan dan minuman," kata pria paruh baya tersebut sambil membuka kantong bekal.
Tak lama kemudian, ketiga orang itu pun lalu duduk di dasar gua.
"Isinya kok macem-macem, Pak. Ada buahnya segala," sahut Supri heran seraya mengambil botol minum dan sebungkus roti trus langsung menyikatnya.
"Ini tadi idenya Pak Bambang yang nguras kulkasnya penculik," ucap Pak Bedjo yang kemudian minum beberapa teguk.
"Kamu juga harus makan dan minum lo Jak, biar energinya tetap ada. Kita masih harus keluar tenaga untuk pulang nanti," lanjut pria paruh baya itu yang langsung dituruti oleh Jaka.
"Berarti penculiknya sudah ditangkap, Pak? Yang satu tadi sudah Supri pukul kepalanya pakai balok kayu 4 kali sampek pingsan. Gegar otak mungkin dia," kata si gembul sambil menguyah roti.
"Iya to Le? Kok kamu punya nyali untuk mukul penculiknya?" Pak Bedjo lumayan kaget mendengar cerita anaknya.
"Kalau Supri gak nekat ya gak bisa kabur dari ruang bawah tanah, Pak," timpal bocah laki-laki bertubuh gemuk tersebut seraya mencomot sebutir buah jeruk dari kantong bekal.
"Kamu dikurung di ruang bawah tanah gitu maksudnya?" telisik pria paruh baya itu.
"Bukan cuma dikurung Pak. Kedua tangan dan kaki Supri diikat, trus mulutnya Supri juga dilaksban," terang si gembul sambil mengupas kulit jeruk dan meletakkan kulitnya di plastik bekas bungkus roti.
"La kamu kok bisa mukul kepala penculiknya caramu membebaskan diri bagaimana, Le?" tanya Pak Bedjo ingin tahu.
"Ruang bawah tanah tempat Supri disekap kan kayak gudang, Pak. Kebetulan ada botol kacanya. Ya Supri pakai pecahan botol kaca itu untuk motong talinya," jelas bocah laki-laki bertubuh gemuk tersebut dengan mulut mengunyah jeruk.
"La terus kamu kok bisa sampai di gua ini critanya bagaimana?" lanjut pria paruh baya itu penasaran.
"Ya gara-gara dikerjai kuntilanak, Supri jadi jatuh di sini, Pak," jawab si gembul terus terang.
"Kamu jatuh dari lubang setinggi itu, Le?" Pak Bedjo setengah kaget.
"Iya Pak, Supri jatuh dari lubang itu trus sempat pingsan. Untungnya Supri cuma sakit sedikit di kaki, bukan patah tulang punggung atau luka fatal. Kalau sampai seperti itu lak bisa tambah repot," jujur bocah laki-laki bertubuh gemuk tersebut.
Karena Jaka bukan dirinya 100%, bocah laki-laki itu hanya menyimak percakapan antara Pak Bedjo dengan Supri sambil makan dan minum.
"Lo Le, sampahnya kok dimasukkan ke kantong to? Dibuang di sini kan tidak apa-apa," tegur Pak Bedjo ketika melihat Supri dan Jaka memasukkan sampah ke kantong bekal.
"Jangan Pak, nanti Mbah nya bisa marah kalau tempat tinggalnya dikotori," sahut Supri terus terang.
"Mbah siapa, Le?" pria paruh baya itu merasa bingung.
"Mbah nya yang tinggal di sini sekaligus salah satu penguasa hutan ini, Pak," jelas si gembul.
"Mbah mana, Le? Di sini kan tidak ada siapa-siapa selain kita," Pak Bedjo masih belum ngeh.
"Mbah nya lagi bertapa di gua sana, Pak. Sebelum pulang, kita harus menemui beliau dulu. Katanya ada hal penting yang ingin dia sampaikan," terang bocah laki-laki tersebut dengan menunjuk ke arah tempat si pertapa misterius berada.