NovelToon NovelToon
Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Anak Genius / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sapoi arts

Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.

Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ikatan yang terjalin

"Kau benar-benar tidak seperti orang lain," gumamnya, setengah untuk dirinya sendiri.

"Kau menyelamatkan kami tanpa sihir, dan kau... tampaknya tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini."

Hiroshi hanya mengangguk singkat, tidak merasa perlu untuk membahas lebih lanjut tentang latar belakang atau keterampilannya.

"Pengawalmu perlu dibawa ke penyembuh secepatnya," katanya, mengalihkan pembicaraan kembali pada yang paling mendesak.

"Apakah ada desa terdekat atau kau ingin langsung kembali ke kerajaanmu?"

Putri Elysia menghela napas, matanya melirik para pengawal yang masih terbaring lemah di tanah.

"Aku harus kembali ke Kerajaan Eldabara secepat mungkin," ujarnya tegas.

"Para pengawalku terlalu terluka untuk perjalanan panjang tanpa penyembuh. Tapi kami tidak bisa tinggal di sini terlalu lama. Jika bandit kembali..."

Hiroshi memandang sekeliling, memastikan tidak ada bahaya yang mendekat.

"Baiklah," katanya, suara rendahnya penuh ketenangan.

"Aku akan mengantarmu dan para pengawalmu kembali ke kerajaan. Lebih aman jika aku ikut denganmu. Setidaknya, sampai kalian tiba di tempat yang aman."

Putri Elysia terkejut sesaat, lalu bibirnya mengulas senyum kecil.

"Kau akan mengantar kami?" tanyanya, jelas tidak mengharapkan tawaran itu dari seseorang yang tampak sangat tertutup seperti Hiroshi.

"Kau tidak terlihat seperti orang yang suka terlibat dalam urusan orang lain."

Hiroshi meliriknya dengan mata tajam, namun tidak ada permusuhan di sana.

"Kau benar, aku memang lebih suka berurusan dengan urusanku sendiri," katanya tanpa basa-basi.

"Tapi meninggalkanmu di sini dengan pengawal yang terluka bukan pilihan. Kau mungkin tidak akan selamat tanpa bantuan."

Sang putri mengangguk, menyadari betapa serius situasi ini. Dia merasa aneh dengan tawaran Hiroshi, terutama karena dia terlihat sangat berbeda dari siapa pun yang pernah dia temui—pakaian militer dengan mantel hitamnya, cara bertarung yang menggunakan katana tanpa sihir, dan caranya memberikan pertolongan pertama dengan metode yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

"Baiklah," kata Putri Elysia akhirnya, suaranya lebih tenang sekarang. "Kalau begitu, aku menerima tawaranmu. Aku akan merasa lebih aman jika kau ada di sisi kami sampai kami tiba di kerajaan."

Hiroshi mengangguk. Dia lalu memeriksa keadaan sekitar sekali lagi, memastikan bahwa tidak ada bandit lain yang berkeliaran di dekat situ.

Setelah yakin semuanya aman untuk sementara waktu, dia membantu mengangkat para pengawal yang terluka ke gerobak mewah itu, memastikan mereka nyaman selama perjalanan.

Sebelum mereka mulai bergerak, Putri Elysia memandang Hiroshi sejenak.

"Terima kasih... atas segalanya," katanya pelan, nada tulus terdengar di balik kata-katanya.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak datang."

Hiroshi menatapnya sejenak sebelum menanggapi.

"Jangan berterima kasih dulu. Kita belum sampai ke tempat aman."

Dengan itu, rombongan kecil mereka mulai bergerak menuju Kerajaan Eldabara, dengan Hiroshi berjalan di samping gerobak.

Perjalanannya masih panjang, tapi setidaknya untuk saat ini, mereka tahu ke mana harus pergi.

Hiroshi melangkah dengan tenang, berjalan di samping gerobak mewah yang membawa Putri Elysia dan para penjaga yang terluka.

Mereka sudah berjalan selama dua jam, dan sepanjang perjalanan, Hiroshi lebih banyak mendengarkan Elysia bercerita tentang kerajaannya, para kesatria, dan bagaimana mereka berhasil mencapai perdamaian yang rapuh dengan tetangga-tetangga kerajaan.

Elysia terkadang menatap Hiroshi dengan rasa ingin tahu, tapi tidak pernah terlalu mendesak tentang asal-usulnya.

Namun, dia tidak bisa menyembunyikan keheranannya tentang pakaian Hiroshi yang sama sekali tidak mirip dengan para kesatria atau bangsawan di dunia mereka.

Setelah beberapa waktu, mereka tiba di sebuah lembah indah yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi dan aliran sungai yang jernih, di mana istana Kerajaan Eldabara berdiri megah dengan menara-menara yang tampak kokoh.

Gerbang besar istana terlihat di kejauhan, diapit oleh dua patung naga berukir, menandakan bahwa mereka telah mendekati salah satu kerajaan terkuat di wilayah itu.

Begitu mereka sampai di gerbang istana, para penjaga segera bergerak.

Melihat keadaan para kesatria yang terluka, penjaga pintu dengan sigap membopong mereka satu per satu ke dalam kerajaan, bergegas menuju ruang penyembuhan.

Namun, ketegangan tiba-tiba terasa saat para kesatria yang sehat berdiri berjajar di hadapan Putri Elysia, menatap Hiroshi dengan tatapan curiga.

Tanpa peringatan, salah satu kesatria yang berdiri di barisan depan menghunuskan pedangnya ke arah Hiroshi.

Ujung pedang itu berkilau tajam di bawah sinar matahari, dan dalam hitungan detik, sepuluh kesatria lainnya mengikuti gerakan itu, pedang mereka mengarah langsung ke Hiroshi. Wajah mereka penuh kecurigaan dan siap menyerang kapan saja.

"Apa yang kalian lakukan?!" seru Putri Elysia, langkahnya terhenti mendadak. Dia menatap kesatria-kesatria itu dengan mata terbelalak. "Turunkan pedang kalian!"

"Putri Elysia," kata salah satu kesatria, suara beratnya menggema di antara mereka.

"Dia bukan dari sini. Pakaian dan senjatanya aneh. Bagaimana kami tahu dia tidak membahayakan Anda?"

Elysia menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya.

"Dia bukan musuh. Dia teman. Dia menyelamatkan hidupku dari para bandit. Turunkan pedang kalian sekarang juga!" titahnya, kali ini dengan nada yang lebih tegas.

Para kesatria tampak ragu sejenak, namun setelah saling bertukar pandang, mereka akhirnya menurunkan pedang mereka, meskipun jelas mereka belum sepenuhnya percaya pada Hiroshi.

Elysia melirik Hiroshi dan memberikan senyuman kecil. "Maafkan mereka. Mereka terlalu waspada."

Hiroshi hanya mengangguk ringan. “Tidak masalah. Wajar mereka waspada.”

Setelah itu, Elysia mengisyaratkan Hiroshi untuk mengikutinya. "Ayo, ikut aku ke dalam istana."

Hiroshi mengikuti langkah Elysia melewati gerbang besar istana, dan saat mereka masuk lebih dalam, istana Kerajaan Eldabara benar-benar terlihat megah.

_____

Setelah para kesatria diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk dirawat, Hiroshi diarahkan oleh Elysia menuju rumah pribadinya di dalam istana.

Ruangan ini tampak lebih hangat dan intim dibandingkan dengan aula besar yang mereka lewati sebelumnya, dengan dinding yang dihiasi dengan lukisan-lukisan keluarga kerajaan dan perabotan yang elegan.

Hiroshi mengamati sekeliling dengan cermat, menikmati suasana yang tenang saat mereka melangkah masuk.

Elysia melangkah di depan, menunjuk ke arah tempat duduk yang nyaman di dekat perapian yang menyala.

"Silakan duduk, Hiroshi. Aku akan memanggil ibuku."

Hiroshi duduk dengan tenang, memperhatikan Elysia saat ia pergi. Dia merasa sedikit lelah setelah perjalanan panjang dan pertempuran sebelumnya, tetapi semangatnya tetap terjaga, terutama setelah melihat bagaimana Elysia memperlakukan para penjaganya dengan penuh perhatian.

Tak lama kemudian, Elysia kembali bersama seorang wanita anggun yang mengenakan gaun elegan.

Wanita itu memiliki aura yang penuh kasih sayang dan kebijaksanaan. Saat dia memasuki ruangan, senyuman lembut menghiasi wajahnya.

"Putriku, terima kasih telah kembali dengan selamat," kata wanita itu, suaranya lembut namun penuh wibawa.

"Dan ini adalah Hiroshi, yang telah menyelamatkanmu?"

Hiroshi berdiri dan menundukkan kepala sebagai tanda hormat.

"Ya, Yang Mulia. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan."

Elysia menjelaskan kepada ibunya tentang kejadian di jalan, bagaimana Hiroshi menghadapi bandit dan menyelamatkan mereka. Wanita itu mendengarkan dengan cermat, tatapannya beralih antara putrinya dan Hiroshi.

"Terima kasih atas keberanianmu, Hiroshi," kata wanita itu dengan tulus.

"Sungguh beruntung Elysia memiliki teman seperti dirimu."

Hiroshi merasa sedikit canggung dengan pujian itu. Dia tidak terbiasa dengan perhatian semacam ini, terutama dari orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi.

Saat dia mencoba tersenyum, topinya yang sering dia kenakan tiba-tiba terlepas dari kepalanya, mengungkapkan wajahnya yang tampan dan unik.

Elysia tertegun sejenak, matanya melebar ketika melihat wajah Hiroshi dengan jelas.

"Wow... kau terlihat berbeda tanpa topi itu. Wajahmu sangat menarik."

Hiroshi merasa darahnya naik ke wajah, sedikit malu akan pujian itu.

"Ah, itu hanya... topi biasa," jawabnya cepat, berusaha untuk kembali pada suasana yang lebih santai.

"Jangan merendahkan diri, Hiroshi," kata ibu Elysia, senyumnya semakin lebar.

"Kecantikan sejati tidak hanya ada di luar, tetapi juga di dalam. Dan tindakanmu menunjukkan karakter yang mulia."

Hiroshi merasa tidak nyaman, tetapi dia menghargai kata-kata itu. Dia ingin mengalihkan topik pembicaraan.

"Terima kasih, Yang Mulia. Namun, saya hanya melakukan apa yang harus dilakukan."

Elysia tersenyum dan mencoba untuk mengubah suasana menjadi lebih ceria.

"Jadi, Hiroshi, bagaimana kau sampai di sini? Apa yang membawamu ke Eldabara?"

Hiroshi menarik napas dalam-dalam, memikirkan bagaimana menjelaskan situasinya.

"Saya... dalam pencarian. Saya ingin memahami lebih banyak tentang dunia ini dan mungkin membantu jika bisa."

Ibu Elysia mengangguk paham.

"Kau memiliki jiwa petualang, Hiroshi. Kerajaan ini pasti akan membutuhkan orang-orang berani seperti dirimu."

Percakapan berlanjut dengan Elysia dan ibunya yang bertanya lebih banyak tentang Hiroshi, dari asal-usulnya hingga alasan dia memutuskan untuk berpetualang di dunia yang asing ini.

Hiroshi menjelaskan sebaik mungkin, menghindari rincian yang terlalu pribadi tetapi cukup untuk memberi mereka gambaran tentang siapa dirinya.

Malam semakin larut, dan setelah berbincang-bincang, Elysia mengajak Hiroshi berkeliling istana.

Saat mereka melangkah keluar, Hiroshi merasa ada yang spesial tentang malam ini. Sebuah ikatan baru terbentuk di antara mereka, dan dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai.

1
Yurika23
mampir ya thor
Yurika23: siap kak
Sapoi arts: Tentu @Yurika23 , terima kasih atas support-nya! Akan mampir juga 😊
total 2 replies
si Rajin
keren, penulisannya juga rapih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!