Else, gadis yatim piatu yang mendapatkan pelecehan dan berusaha membela diri yang membuatnya harus mendekam di penjara.
Namun, Else mendapatkan penawaran jika ingin bebas dari tuntutan dan dihapus semua catatan hukumnya.
Else harus bersedia menjadi istri palsu dari anak tertua keluarga Duke.
Apakah Else akan menerima tawaran itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Ikut Campur
Sesuai dengan perkataan nyonya Claudia, untuk urusan pesta akan beliau ambil alih.
Nyonya Claudia tidak sendiri tapi juga meminta bantuan Else.
Kali ini rasanya Else menjadi berguna bagi ibu mertuanya.
"Potong saja acara-acara tidak penting, Laura masih masa pemulihan jadi tidak boleh lelah," ucap nyonya Claudia memberi instruksi.
Else menganggukkan kepalanya paham, dia membaca agenda pernikahan berulang kali kemudian menandai bagian yang tidak penting.
Setelah dirasa cukup, Else berbicara pada pihak wedding organizer.
Mereka kembali mengulang rencana acara pesta untuk kedua mempelai dan memangkas durasinya.
Persiapan demi persiapan sudah dilakukan, Laura juga sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit.
"Aku takut ibu akan marah ternyata ibu tidak semenakutkan itu," ucap Laura.
"Ibu memang terlihat galak dan kadang berkata pedas tapi dibalik itu semua ibu sebenarnya berhati lembut," balas Riftan.
Laura merasa bersyukur dan dia sudah tidak sabar bisa menikah dengan Riftan secepatnya.
"Kita tidak akan melakukan bulan madu demi kesehatan bayi kita jadi kau harus lebih banyak istirahat di mansion," jelas Riftan kemudian.
Benar juga, setelah menikah pasti Laura akan ikut tinggal bersama di mansion keluarga Duke.
"Apa kita tidak bisa tinggal di apartemen saja, sayang?" tanya Laura.
"Tidak, untuk masalah ini pasti ibu tidak akan mengizinkan. Di mansion ada banyak pelayan yang mengurusmu saat aku pergi kerja lagipula kita tidak bisa membuat ibu kecewa lagi," balas Riftan.
"Baiklah," Laura terpaksa harus mengikuti permintaan calon suaminya.
Menjelang hari pernikahan, Laura dan semua anggota keluarga Duke menginap di hotel.
Aula hotel itu sudah dihias untuk pesta pernikahan Riftan dan Laura.
Bahkan tamu undangan yang dari luar kota dan lokasinya jauh sudah disediakan beberapa kamar.
"Apa semua tamu sudah datang?" tanya Else pada wedding organizer yang mengurus masalah kamar hotel.
"Ini daftar tamu yang sudah menempati kamar mereka Nona!"
Petugas itu memberikan daftar tamu undangan yang sudah menempati kamar mereka.
Tiba-tiba saja daftar itu direbut seseorang.
"Biar aku yang mengeceknya!" Hugo merebut daftar itu.
"Sayang, kau sudah datang?" tanya Else yang terkejut.
Beberapa hari ini intensitas mereka bertemu sangat jarang sekali. Else jadi sibuk lalu Hugo yang harus mengurus banyak pekerjaan sampai lembur.
"Ayo kita cek bersama!" ajak Hugo.
Else menganggukkan kepalanya, dia langsung mengekori lelaki itu untuk masuk ke kamar hotel yang diperuntukkan oleh mereka.
Saat masuk ke kamar itu, Hugo langsung melempar daftar tamu begitu saja.
"Sayang..." Else ingin protes.
Namun, tubuhnya terhuyung karena Hugo menariknya dan merapatkannya di dinding hotel.
Lelaki itu tanpa aba-aba langsung mencium Else dengan intens tanpa mau mendengar protes dan membiarkan Else pergi.
Saat merasa Else kehabisan nafas barulah Hugo melepasnya.
"Akhhhh..." Else akhirnya bisa menghirup oksigen lagi.
Tangan perempuan itu memukul dada Hugo.
"Kalau aku mati bagaimana?" protesnya.
"Itu hukuman karena sudah mengabaikan aku dan melanggar janjimu," ucap Hugo.
"Semua bukan keinginanku, aku sibuk membantu ibu dan kau juga terus lembur sayang," Else mencoba membela diri.
"Maka dari itu aku sangat kesal," ucap Hugo seraya menggendong Else untuk naik ke atas kasur.
Mau menyangkal beberapa kali pun, Hugo tidak bisa membendung rasa rindunya pada Else.
Dia kembali mencium Else dan membuka pakaian perempuan itu.
Kemudian Hugo menaikkan Else di atas perutnya.
"Buatlah suasana hatiku lebih baik sekarang!" perintah Hugo.
Kata lelaki itu sebelumnya kalau gaya seperti ini tidak akan membuat pinggang Else sakit jadi dia akan melakukannya sebaik mungkin.
Ternyata tidak semudah itu karena rasanya lebih melelahkan untuk naik turun sendirian.
Saat goyangan Else melemah, Hugo mulai bergerak dari bawah sana.
"Sayang..." Else berteriak karena terkejut.
Perempuan itu semakin tidak karuan saat Hugo semakin mempercepat gerakannya.
Else sampai dibuat mendongak ke atas karena malu ekspresinya dilihat oleh Hugo dari bawah.
"Menunduklah dan cium aku, Else!" pinta Hugo.
Tidak bisa menolak, Else kembali menunduk dan langsung mencium Hugo di sana dengan gerakan lelaki itu yang terus berpacu.
Sampai akhirnya Else merasakan sesuatu yang hangat memasuki dirinya.
"Ugh!" Else melenguh dalam ciuman.
Nafas keduanya terengah, mereka saling bertatapan tapi tiba-tiba pintu kamar mereka diketuk dari luar.
"Nona Else, apa Anda di dalam?"
Dari suaranya seperti Butler.
"Nyonya Claudia memanggil Anda!"
Else kembali menatap Hugo yang masih berada di bawahnya.
"Aku harus pergi sayang," ucap Else supaya Hugo melepasnya.
"Tidak!" Hugo masih tidak mau melepas sang istri palsu.
Miliknya justru kembali mengeras dan siap untuk ronde selanjutnya.
*
*
Butler pergi tanpa Else karena Hugo memintanya pergi sendiri.
"Di mana Else?" tanya Nyonya Claudia.
"Nona Else bersama tuan muda Hugo," jawab Butler.
"Astaga, disaat seperti ini bisa-bisanya mereka..." Nyonya Claudia langsung mengerti karena pernah merasakan masa muda yang membara.
Buktinya anaknya saja sampai lima.
"Biarkan saja mereka!"
Dan memang benar pasangan itu tidak bisa diganggu sampai keesokan harinya.
Else sudah terlalu lelah untuk bangun setelah melakukan permainan beberapa ronde.
"Sebenarnya kau mau menyiksaku, 'kan?" kesal Else pada Hugo.
"Bukankah kau menikmatinya?" balas Hugo yang merasa tidak bersalah.
Karena energinya sudah pulih, Else segera bersiap untuk bergabung untuk pesta.
Make up artis sudah menunggu untuk merias Else jadi Hugo akan pergi duluan.
Aula pesta sudah terlihat megah tapi belum ada tamu undangan yang diperbolehkan masuk ke sana.
"Kak..."
Mark dan Marvel mendatangi kakak pertamanya itu.
"Kita harus pergi ke ruangan mempelai pria!"
Memang benar, mereka harus mendatangi Riftan terlebih dahulu.
"Di mana Lowell?"
"Kami tidak melihatnya dari kemarin!"
Mereka pikir kalau Lowell sudah berada di ruangan mempelai pria tapi ternyata Lowell tidak ada di sana.
"Aku tidak melihat Lowell sama sekali," ucap Riftan.
"Ke mana sebenarnya dia?" kesal Hugo. Dia mencoba menghubungi adik keduanya itu.
Beruntung Lowell langsung menerima panggilan.
"Kau pergi ke mana saja? Cepat kemari!" perintah Hugo.
"Maafkan aku tapi aku tidak akan pernah datang ke acara pernikahan itu," balas Lowell.
"Jangan membuat masalah," ucap Hugo yang tidak mau dibantah.
"Aku tidak membuat masalah tapi justru kalian yang membuat masalah sendiri jadi aku tidak akan ikut campur," Lowell langsung mematikan panggilan secara sepihak.
kara apakah dia mau menerima ajakan menikah riftan ???
bawa ke tempat rukiah aja itu si Elsa..
😀😀😀❤❤❤❤
lanjut lagi thor
gol A, B, atau O
else mkin g wajar takut krna bayinya udah kena jiwa iblis