Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hate Side Story 004
...***...
Barisan awan pekat menggantung di langit sejak pagi. Para murid yang pulang hari itu telah siaga dengan payung dan jas hujannya. Murid-murid itu berjalan terburu-buru, berharap hujan tidak turun sebelum mereka sampai ke rumah. Beberapa di antaranya bahkan saling mendahului, mengucapkan kata pamit singkat karena sepatu basah adalah hal yang paling mereka hindari.
Kaal Vairav, bukan salah satu dari murid-murid itu.
Ia justru menemukan dirinya berada jauh dari rute pulang ke rumahnya dengan energy bar terjepit di mulut.
Tidak berjarak jauh darinya, Melody berjalan dengan langkah ragu. Kaal yakin gadis itu mengetahui bahwa ia sedang mengikutinya.
Tetapi, Kaal tidak ambil pusing. Ia memang tidak berusaha sembunyi setiap kali Melody sedikit memalingkan wajah untuk mengintip keberadaannya.
Sesuatu yang Kaal simpan rapat-rapat justru adalah motif dibalik tindakannya kali ini; ia ingin memastikan Melody Senja selamat sampai ke rumah.
Kaal tidak mengerti darimana gagasan itu berasal. Ide itu muncul tiba-tiba dalam bentuk naluri untuknya. Setiap hari sepulang sekolah ia selalu mengekor kemana gadis itu berjalan sambil mengunyah kudapannya.
Kaal melihat gadis itu memegang ranselnya kuat dengan lipatan di dahi yang tidak kunjung hilang.
Ketika tiba di suatu pertigaan, Melody tiba-tiba menoleh ke arahnya.
Kaal menatap gadis itu datar.
"Apa? Kenapa kau menatapku sepertu itu?"
Melody menggigit bibir sambil mencengkram bagian depan pakaian seragamnya.
"Kaal apa kau mengikutiku?"
Kaal mendengus mengejek. "Wow dari mana datangnya rasa percaya dirimu itu. Jangan sombong Melody. Kau hanya tidak tahu kita punya arah jalan pulang yang sama."
Walaupun sepertinya Melody ingin membantah, namun gadis itu tidak tidak mengutarakannya.
Melody kembali meneruskan perjalanan, sesekali berpaling ke belakang untuk memastikan Kaal masih ada.
Kaal tengah membuka energy bar keduanya saat Melody berhenti di sebuah rumah berpagar kayu. gadis itu terlihat meraba saku celana lalu mengeluarkan kunci perak dari dalam sana.
Menyadari bahwa itu adalah tempat tinggal Melody, Kaal berpura-pura terus berjalan melewatinya sambil memasang mimik tidak peduli.
Namun baru beberapa langkah, suara Melody menahannya di tempat.
"Kaal apa kau yakin rumahmu melewati jalan itu?" Melody bertanya dengan nada lembut.
Kaal berputar menghadap gadis yang masih berdiri di depan pagar.
"Ya. Kenapa?" Sahutnya singkat.
Melody melipat bibir ke dalam, wajahnya menampakkan raut bingung.
"Tapi itu jalan buntu."
Oh?
Kaal berubah canggung seketika. Ia melihat Melody yang terus memandangnya, menunggu ia untuk mengucapkan sesuatu.
"A—Aku bisa lalukan apapun yang kuinginkan bodoh." Sangkal Kaal gusar.
Ia segera berlari cepat ke arah yang sama tanpa ingin tahu respon dari Melody. Saat menemukan bahwa jalan itu benar-benar buntu, Kaal mengutuk dirinya sendiri.
Dasar bodoh. Makinya kesal.
...***...
Mengikuti Melody berubah menjadi rutinitas resmi Kaal Vairav setiap harinya.
Meskipun Kaal masih menolak untuk mengatakan bahwa ia mengantar Melody pulang. Ia hanya mengikuti, tidak lebih dari itu.
Karena pada kenyataannya, mereka tidak berjalan beriringan. Melody selalu berada di depan lelaki itu, mengambil langkah-langkah lambat agar perjalanan itu sedikit lebih lama tanpa sepengetahuan Kaal.
Kaal juga tidak menyadari Melody tersenyum diam-diam setiap kali menangkap wajah bosannya. Melody pasti berbangga diri melihat Kaal tetap mengikutinya, walaupun itu merupakan hal paling tidak menarik yang pernah ada.
Sejauh ini, Kaal tidak melihat tanda bahaya mengancam Melody. Ia sedikit lega sebab paling tidak ia tidak perlu mengotori tangannya untuk melindungi gadis itu.
Setelah memandang punggung gadis itu dari belakang, Kaal baru menyadari gadis itu memiliki postur tubuh yang mungil.
Rambut hitamnya yang panjang paling sempurna ketika bermandikan sinar matahari siang. Jika biasanya Melody dipenuhi dengan band-aid, Kaal sudah tidak lagi menemukannya menempel di tubuh gadis itu.
Ia memutuskan untuk berhenti menyakiti Melody Senja. Perlakuan kasarnya kepada gadis mungil itu mendadak tidak lagi menyenangkan untuknya.
Melody menoleh sejenak ketika mereka sampai di pagar rumah lelaki itu. Seperti biasa, Kaal berjalan lurus menuju jalan buntu sialan di depannya.
Harga diri Kaal belum mengizinkannya untuk mengakui bahwa ia hanya berbohong selama ini.
"Kaal?" suara pelan Melody segera membuatnya berhenti.
Kaal masih belum terbiasa mendengar suara gadis mungil itu di telinganya. Tetapi di sisi lain, Kaal sering mendapati dirinya menggigiti kuku seperti orang kecanduan hanya karena merindukan suara Melody.
Setelah mengatur ekspresinya sedemikian rupa, akhirnya Kaal memalingkan wajah ke arah Melody Senja.
"Hm?"
Melody terlihat gugup di posisinya. Kakinya terus bergerak-gerak kecil, menyiksa rumput di bawah sepatunya.
"Terimakasih Kaal." Gumam gadis itu pelan.
Oh, sekarang dia tahu bahwa aku sedang melindunginya. Great, just great Kaal-Stupid-Vairav. Gerutunya kesal.
"Sudah aku katakan jangan terlalu percaya diri Melody. Kita hanya berbagi rute pulang yang sama. Dan aku tidak berbohong rumahku dekat dengan jalan buntu" Balas Kaal dingin—tetap memilih berpura-pura.
"Aku tahu." Ucap Melody sambil menunduk.
"Aku hanya ingin berterimakasih."
Kaal mengibaskan tangan tidak peduli.
"Ya, ya, ya. Terserah."
Kaal bersiap untuk berbalik saat itu juga dan membiarkan gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
Tetapi kemudian, Melody tersenyum.
Gravitasi seakan berkumpul tepat di bawah kaki Kaal. Menariknya untuk tetap tinggal dan menyaksikan lengkung setengah lingkaran yang menghiasi wajah Melody.
Deg!
Deg!
Debar jantung Kaal berubah liar dalam irama boom boom boom keras yang terdengar hingga ke telinganya sendiri.
Kaal sadar gadis itu tidak banyak tersenyum, ia paham betul itu.
Tapi saat gadis itu tersenyum, apalagi senyum itu tertuju padanya itu benar-benar sempurna, jenis badai petir yang sempurna.
Datang tanpa peringatan, senyuman itu melemaskan tulang kakinya, dan membuat pendengarannya tuli untuk sejenak.
"Hati-hati Kaal" Tutup Melody sebelum membuka pagar rumahnya.
Kaal hanya berkedip pelan, masih menenangkan gemuruh yang bertalu dalam dadanya. Ia segera bersandar pada tiang di dekatnya ketika tubuhnya mendadak limbung.
Kaal sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Beberapa tarikan nafas serta suara batuk yang menggema kemudian, ia melihat cairan merah yang kini tengah menari-nari di telapak tangannya.
Cairan merah itu terlihat berberda kali ini, bukan merah pekat melainkan merah muda.
Entah mengapa, warna mawar kali ini mengingatkan Kaal akan semu di pipi Melody saat gadis mungil itu mengucapkan kalimat perpisahan tadi.
Ini benar-benar gila, Melody Senja membuatnya gila....
...***...
Merah muda.
Mawar merah muda memiliki makna mendalam dalam hal kasih sayang yang diberikan dan diterima. Arti bunga mawar merah muda seindah bunganya yang lembut,
"Aku rasa aku menyukaimu."