Linda adalah adik kandung dari Rani. Linda di boyong Rani ke rumahnya untuk melanjutkan pendidikan di kota tempat tinggalnya sekarang.
Rani sudah berkeluarga tapi belum kunjung di karunia anak. Rumah tangga Rani awalnya adem ayem,tapi semenjak kedatangan sang adik suaminya mulai berubah.
Kebohongan demi kebohongan terus suaminya ucapkan untuk menutupi perselingkuhan denga sang adik ipar.
Apakah Linda tega menghancurkan rumah tangga kakaknya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Hari berganti hari ,bulan berganti bulan. Perut Linda makin hari makin membesar. Ia menjalani hidup dengan penuh ketenangan. Ia tidak peduli gunjingan orang di luar sana yang mengatakan kalau ia hamil tanpa seorang suami.
Demi kelangsungan hidupnya,Linda membuka warung sembako harian di depan rumah mang Asep. Istri mang Asep ,mbok Asih secara bergantian melayani pelanggan.
Kehidupan mereka banyak sedikit terbantu,Linda meminta mang Asep untuk berhenti saja dari pekerjaannya sekarang. Selain usia mang Asep yang sudah mulai menua dari hasil warung dan beberapa petak sawah yang Linda beli dari uang yang selama ini ia terima dari Rani kakaknya dan Ari kakak iparnya.
Ia selama ini rajin menabung, uang yang ia terima akan ia pergunakan sesuai kebutuhan saja. Ia tidak akan membeli sesuatu bila tidak di butuhkan.
"Gimana kandungannya,nak?" tanya mang Asep.
"Alhamdulillah, mang. Doain aja selalu sehat sampai melahirkan." kekeh Ima pada orang yang sangat baik yang telah membantu dirinya sampai saat ini.
"Aamiin." mang Asep merasa bersyukur dengan kehadiran Linda rumah mereka yang semula sepi kini sudah mulai menghangat kembali. Istrinya yang bisanya sendiri setiap di tinggal bekerja kini sudah ada yang menemani sehingga ia tidak kesepian lagi.
"Kapan perkiraan kamu melahirkan?" kembali mang Asep bertanya sambil menyeruput kopinya.
"Tinggal menghitung hari aja,mang." jawab Linda sambil mengelus perut buncitnya.
"Bibik udah ga sabar pengen gedong dedek bayi,rumah pasti akan semakin rame dengan adanya tangisan bocah kecil yang ada didalam sana." tangan Bibik mengelus perut Linda.
Begitulah kehidupan Linda yang sekarang, ia berasa mempunyai orang tua kembali. Mang Asep dan istrinya bik Asih memperlakukan Linda layaknya putri mereka sendiri.
"Linda,maaf jika bibik sedikit lancang. Apakah kamu tidak ingin menghubungi keluargamu?" tanya ibu Asih hati - hati.
"Sepertinya tidak dulu,bik. Aku belum siap mengatakan tentang keadaanku saat ini. Biarlah waktu yang menjawab semuanya. Jika memang ditakdirkan aku bertemu dengan mereka mungkin itu sudah takdir dari yang diatas." jelas Linda dengan tatapan mata sendu. Kalau boleh jujur ia ingin sekali saat ini ia ingin ada orang terdekat yang mendampingi dirinya.
"Sekali lagi,bibik minta maaf telah menyinggung perasaanmu." sesal bik Asih.
"Ga apa - apa,kok." Linda menggenggam tangan keriput bik Asih yang sangat baik pada dirinya.
"Udah malam sebaiknya kamu istirahat nak. Kasian yang didalam sana, kamu butuh tenaga untuk mengahadapi hari esok." Ujar bibik mengelus punggung Linda lembut.
Linda mengikuti apa yang dikatakan Bik Asih. Ia memang agak lelah,apalagi kandungannya makin besar membuatnya ia sering kelelahan.
Perlahan ia merebahkan tubuhnya dan tidak butuh lama ia sudah tertidur memasuki ruang mimpi yang sangat indah.
Sementara di ruang tamu terlihat mang Asep dan istrinya sedang mengobrol.
"Pak,gimana sawah dan kebun hari ini?" tanya Bik Asih.
"Sawah seminggu lagi akan panen,buk. Sementara kebun sudah banyak yang panen. Alhamdulillah rezeki dedek bayi kayanya buk." kekeh mah Asep.
"Alhamdulillah ya pak." Bik Asih tersenyum bahagia.
" Semenjak Linda berada ditengah - tengah kita rasanya hidup kita jadi lebih bewarna lagi ya,buk. Rumah ini terasa hangat kembali apalagi jika Linda sudah melahirkan pasti akan bertambah rame lagi ya bu. Rasa sudah tak sabar menanti kehadiran bayi Linda . " ujar mang Asep sambil berkhayal.