NovelToon NovelToon
Happy Story

Happy Story

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Murni
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Riska Darmelia

Karya ini berisi kumpulan cerpenku yang bertema dewasa, tapi bukan tentang konten sensitif. Hanya temanya yang dewasa. Kata 'Happy' pada judul bisa berarti beragam dalam pengartian. Bisa satir, ironis mau pun benar-benar happy ending. Yah, aku hanya berharap kalian akan menikmatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riska Darmelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tetanggaku Menyatakan Perasaan part 2 End.

Aku sedang menatap rumah Nino dari jendela kamarku. Barusan ada seorang gadis yang tidak kukenal bertamu ke rumah Nino. Aku mendengar Nino menyambutnya dengan suara ceria. Gadis itu terlihat cantik dengan jilbabnya yang berwarna hijau pastel. Dia punya daya tarik yang tidak kumiliki, itu yang kusadari. Aku juga menyadari kalau aku cemburu. Sepertinya Nino menanggapi kata-kataku yang menyuruhnya mencari gadis lain untuk diajak bicara.

Aku menunggu gadis itu keluar dari rumah Nino dengan gelisah. Aku rasanya tidak rela melihat Nino menemukan gadis baru untuk menemani hari-harinya secepat ini. Aku ingin setidaknya meninggalkan kesan yang sangat penting dalam hidupnya walau kami hanya jadi teman bicara selama beberapa hari. Aku tiba-tiba membenci gadis yang tidak kutahu namanya itu hanya karena dia dekat dengan Nino. Aku merasa perasaanku sangat tidak masuk akal.

“Raya,”panggil Mama.

Aku menoleh dan melihat Mama sedang berdiri di ambang pintu kamarku. “Ya, Ma. Ada apa?”

“Nggak kenapa-napa. Mama cuma pengen ngobrol sama kamu. Ada waktu?”

“Nggak,”jawabku datar.

Gadis itu keluar dari rumah Nino dan Nino mengantarnya keluar. Mereka mengobrol di pintu. Nino terlihat ceria sekali karena mengobrol sambil tersenyum dengan gadis itu. Benar-benar membuat kesal.

“Kamu ngapain, sih berdiri di dekat jendela?”tanya Mama. “Lagi ngeliat sesuatu, ya?”

Aku beranjak dari jendela karena tidak ingin Mama melihat apa yang kulihat. Aku duduk di tempat tidur. “Mama mau ngobrolin apa, sih?”tanyaku.

“Nino kenapa nggak pernah datang lagi?”

Aku menghela nafas. “Nggak tau. Mama nggak usah mikirin hal itu.”

“Mama denger loh waktu terakhir kali kalian ngobrol di ruang tamu. Omongan kamu ke Nino agak jahat, loh waktu itu.”

“Dia minta aku jujur, jadi aku jujur. Lagi pula bohong kan dosa.” Aku tertawa kecil. “Lucu banget rasanya Mama mendadak peduli sama hubunganku dengan Nino. Nggak usah di pikirin, lah. Dia Cuma tetangga yang pernah sering bertamu ke rumah kita.”

“Mama kira kalian bakalan pacaran.”

Aku menelan ludah menahan emosiku. Aku juga pernah merasa begitu. Aku tidak berharap banyak. Aku hanya mengira percakapan kami setiap malam akan berujung ke hubungan yang sedikit lebih serius. Minimal rasanya kami akan punya ikatan pertemanan. Tapi ternyata tidak. Hubungan kami malah berakhir tanpa alasan yang jelas. Aku bisa apa?

“Mama rasa Nino tersinggung dengan perkataan kamu waktu itu,”kata Mamaku dengan raut wajah menghakimi.

Aku tertunduk. “Iya, Ma. Raya sadar. Raya juga nyesel udah bersikap kasar. Sekarang Raya nggak bisa apa-apa. Iya, kan?”

“Kamu udah coba minta maaf?”

“Belum dan nggak mau.”

“Kenapa?”

Aku diam. Kalau aku jujur dengan berkata kalau aku terlalu gengsi untuk minta maaf, pasti di marahi.

“Kenapa Raya?”tanya Mama dengan nada mendesak.

“Udah, ah, Ma. Nggak usah di bahas,”rengekku.

Mama mendesah. “Ya, udah. Kalo nggak mau juga nggak apa-apa.” Setelah berkata begitu Mama pergi.

Aku kembali menatap rumah Nino dari jendela kamarku. Sigadis berjilbab itu sudah pergi. Nino juga tidak terlihat lagi. Aku menghela nafas dengan pikiran penuh beban. Aku berharap percakapan kami meninggalkan kesan bagi Nino tapi malah ia yang meninggalkan kesan bagiku.

“Raya, dicariin adik kelas, tuh,”kata teman sekelasku.

Aku bangkit dari tempat dudukku saat melihat Vivi yang berdiri di depan pintu kelasku. Ia membawa kotak bekal di tangan dan terlihat manis sekaligus gugup dengan senyuman di bibirnya. “Mau apa?”tanyaku malas.

“Aku bawa kue buat Kak Raya. Dimakan, ya,”katanya dengan suara yang manis sekali.

“Nyogok?”

Vivi tertawa gugup.

Aku tersenyum untuk mencairkan suasana. “Tenang aja. Sogokanmu kuterima.” Aku mengambil kotak bekal dari tangannya.

Vivi terlihat lega. “Itu kue kukus biasa rasa pandan. Semoga Kak Raya suka.”

“Mau makan bareng?”tanyaku.

Vivi menggeleng. “Aku ada janji sama pacarku.”

“Oh… ya udah. Thanks, ya.”

“Kak,”panggil Vivi saat aku sudah akan berjalan pergi.

Aku berbalik. “Apa?”

“Rasanya…” Vivi terlihat ragu.

“Apa?”desakku.

“Rasanya Kak Raya harus buka hati buat Bang Nino. Rasanya dia perlu di respon juga. Aku tau KakRaya merasa pacaran itu buang-buang waktu. Tapi nggak ada salahnya juga, kan, pacaran?”

Aku hanya bisa diam dan menatap wajahnya. Aku merasa Vivi benar, tapi tidak sanggup mengakuinya. Aku belum menceritakan perempuan yang datang ke rumah Nino pada Vivi. Dan rasanya Vivi tidak perlu tahu kalau bagi Nino mencari penggantiku adalah hal yang mudah sekali.

“Kak Raya mau cerita sesuatu?”tanya Vivi, seperti bisa membaca isi hatiku.

Aku menggeleng, lalu tersenyum.

“Ya udah kalo gitu. Aku pergi dulu.”

Aku kembali ke mejaku, membuka kotak bekal pemberian Vivi lalu memakan kue bolu kukus rasa pandan darinya. Tidak buruk. Rasanya normal.

Aku melihat gadis yang sama datang lagi ke rumah Nino. Akhir-akhir ini aku sering sekali mengawasi pintu rumahnya dari jendela kamarku. Rumahnya jarang kedatangan orang asing, itu yang kulihat selama seminggu lebih mengawasi rumahnya. Gadis itu adalah satu-satunya orang asing yang kulihat masuk ke rumah Nino selama aku mengawasi rumahnya. Tapi itu hanya yang kulihat siang hari karena saat malam hari jendela kamarku di tutup.

Hatiku panas. Aku menyumpal bantal ke mulutku lalu berteriak keras-keras. Aku benar-benar tidak suka Nino dikunjungi perempuan mana pun. Padahal Nino bukan siapa-siapa dalam hidupku. Nino Cuma seseorang yang tinggal di sebelah rumahku dan pernah mampir sebentar dalam hidupku. Bahkan kami tidak pernah bermain bersama waktu kecil.

Aku mengeluarkan bantal yang kugunakan untuk menyumpal mulutku tadi, merasa konyol sekali saat melihat liurku yang membuat bantal itu terlihat jadi menjijikkan. Aku melumpar bantal itu ke tempat tidur lalu kembali memperhatikan rumah Nino. Aku mendengar tawa keras dari rumahnya. Tawa feminim yang membuatku tahu kalau suatu hal sedang menghibur gadis itu.

Aku melempar badanku sendiri ke kasur. Rasanya aku tidak sanggup mengawasi umah itu lagi. Air mataku akhirnya menetes karena aku tidak sanggup lagi menahan kecemburuanku yang tidak masuk akal. Aku memeluk jaket yang Nino berikan untukku, membuatku merasa sedang memeluk tubuh Nino. Penyesalan membuatku tidak sanggup menahan isak tangis. Aku memang bodoh.

“Apa kabar Raya?”tanya suara Nino yang membuatku terkejut dan berhenti menangis.

Dia, Nino, sedang menatapku dari jendela kamarku yang terbuka. Senyumnya membuatku ingin menyembunyikan wajahku ke balik bantal. Tapi aku malah menatap wajahnya dengan berani.Aku malah memilih bangun dari kasur lalu menemuainya setelah menghapus air mataku.

“Nggak sopan tau langsung nengok ke kamar perempuan,”kataku.

“Kenapa nangis?”tanyanya.

“Cemburu,”jawabku tanpa sadar. Aku ternganga karana perkataanku sendiri, langsung menyesal setelah aku mengucapkannya.

“Baguslah,”jawabnya tanpa bertanya siapa yang kucemburui. Sepertinya Nino benar-benar memahami perkataanku.

“Barusan aku bohong.”

“Kalo bohong kenapa panik? Kamu keceplosankan?”tanyanya dengan nada menggoda.

“Bukan urusanmu.”

“Urusanku. Kamu ada rasa, kan, sama aku? Buktinya kamu ngeliat ke rumahku setiap hari sejak seminggu yang lalu. Tadi kamu juga keliatan kesel waktu Citra datang tadi.”

Aku menatap wajah Nino yang kurindukan selama beberapa hari ini. Wajah yang membuatku gelisah selama beberapa hari ini. “Citra itu siapa kamu?”tanyaku.

“Temanku di sanggar.”

“Cuma teman?”

“Iya.”

Aku cuma bisa diam. Aku menelan keinginanku untuk menyatakan perasaanku padanya. Aku sadar perempuan harus jaga harga diri. Perempuan harus bisa membuat dirinya terlihat tidak mudah diraih agar dirinya tidak dianggap murahan. Tapi cinta memimpin hati dan hati memerintahkan mulutku untuk untuk mengunggakapkan segala yang kurasa. Aku menggigit bibir. Aku memutuskan kalau aku tidak boleh bicara.

“Aku suka kamu,”kata Nino. “Pacaran, yuk.”

Aku tidak kuasa menahan rasa haru di dadaku. Air mataku akhirnya tumpah dan aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa menahan isakan yang keluar dari mulutku.

“Kamu nungguin aku nyatain perasaan, ya?”tanya Nino.

Aku memutuskan untuk jujur, jadi aku mengangguk.

Nino tersenyum. “Aku menghargai kejujuranmu.”

“Aku juga menghargai pernyataanmu.”

“Jadi jawabannya?”

Aku tersenyum. “Aku mau jadi pacarmu.”

Nino mengepalkan tangannya, seolah-olah puas karena baru memenangkan sesuatu. Sebuah kecupan mendarat di pipi kiriku, membuatku sedikit terkejut sekaligus malu.

“Malam ini kita jalan, oke?”

Kebahagiaan membuat tubuhku di liputi kebahagiaan, jadi aku tidak berniat mengomentari sikapnya barusan. “Ke mana?”

“Kemana aja yang kamu mau.”

Rasanya aku setuju-setuju saja, jadi aku mengangguk.

“Sampai jumpa nanti malam, Raya.” Setalah berkata begitu Nino pergi kembali ke rumahnya.

Aku masih berdiri di dekat jendela saat gadis bernama Citra itu keluar dari rumah Nino.

“Asyiknya yang baru jadian,”godanya dengan senyuman yang terlihat tulus di bibir.

Aku hanya bisa tertawa. Aku terlalu senang untuk mempermasalahkan godaan kecil dari orang asing. Jadi aku hanya bisa menerima godaan kecil itu dengan senang hati.

~Selesai~

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka.....
gabung di cmb yu....
untuk belajar menulis bareng...
caranya mudah cukup kaka follow akun ak ini
maka br bs ak undang kaka di gc Cbm ku thank you ka
Riska Darmelia
〤twinkle゛
Terima kasih sudah menghibur! 😊
Riska Darmelia: sama-sama/Smile/
total 1 replies
Tiểu long nữ
Suka dengan gaya penulisnya
Riska Darmelia: makasih.
total 1 replies
🍧·🍨Kem tình yêu
Nggak kebayang akhirnya. 🤔
Riska Darmelia: terima kasih karena sudah membaca.😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!