Kehidupan Brian yang menjadi pemuda begajulan dan merupakan anggota geng motor, tiba-tiba berubah total saat sang ayah mengusirnya dari rumah. Dia terpaksa belajar mandiri dengan menjadi kurir pengantar makanan untuk menyambung hidup.
Sialnya, malam itu dia terjebak dengan seorang perempuan mandiri bernama Naomi yang mendapat fitnah dari tetangganya. Mau tak mau Brian dan Naomi harus menikah karena fitnah itu.
Namun, baik Brian maupun Naomi tak ada yang mau mengumumkan pernikahan mereka dan merahasikannya sampai waktu berpisah tiba. Akankah mereka sanggup merahasiakan pernikahan itu sampai akhir?
cek visual di ig @ittaharuka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bad Boy | Bab 17
Demi membuktikan pada Naomi bahwa dirinya bukanlah suami yang tidak berguna. Brian terus berusaha mencari pekerjaan. Pemuda itu juga masih menerima order makanan yang menjadi sumber penghasilan utamanya saat ini.
Saat ini Brian sedang mengantarkan makanan ke rumah pelanggannya. Kebetulan rumahnya masih di kawasan rumah Iyan, sehingga dia pikir akan mampir ke rumah sahabatnya itu setelah ini.
“Terima kasih, Mas. Ternyata Mas asli ganteng ya!” puji wanita yang baru saja mendapatkan makanan pesanannya yang diantarkan Brian. “Boleh nggak minta foto sebentar?” tanyanya dengan wajah berbinar
Pemuda itu membalas pujian pelanggannya dengan tersenyum ramah. Sebisa mungkin dia akan bersikap ramah supaya selalu mendapatkan bintang lima. “Boleh, Mbak! Tapi, jangan lama-lama ya. Saya masih harus antar orderan lagi!” jawab Brian.
Tentu saja sambutan baik dari Brian membuat wanita muda itu tampak bahagia. Apalagi, penampilan Brian sangat tidak layak disebut ojek. Mungkin, kalau foto mereka tersebar ke sosial media, orang tidak akan mengira kalau Brian hanya mengantarkan makanan saja.
“Terima kasih, Mas! Ini saya kasih tips buat tambahan beli bensin ya!” ucap wanita itu sembari menyelipkan uang ke jaket Brian.
“Wah, terima kasih, Mbak!”
Ingin sekali Brian mengatakan bahwa uang itu akan diberikan untuk istrinya. Akan tetapi dia mengurungkan niat itu karena takut penilaian tentangnya akan berubah.
Setelah mengantar makanan yang tak jauh dari tempat tinggal Iyan, Brian pun memutuskan untuk mampir ke tempat sahabatnya itu. Dia berharap Iyan punya informasi lowongan pekerjaan yang cocok untuk mahasiswa seperti dirinya.
Brian beruntung karena saat sampai di tempat Iyan, sahabatnya itu ada di rumah dan sedang menjemur pakaian. Suami Naomi itu pun menyapa sahabatnya dengan ejekan yang biasa dia lakukan.
“Nasib anak kos!” kata Brian setelah memarkirkan motor miliknya.
Iyan yang masih sibuk menjemur baju, mengabaikan ejekan Brian karena itu sudah biasa baginya. Mungkin karena Brian belum sadar kalau dia juga sama dengannya saat ini. Namun, karena pikirannya itu Iyan jadi sadar kalau dia belum tahu di mana tempat tinggal Brian saat ini.
“Lo juga anak kos, ‘kan?” balas Iyan dengan kening berkerut. Dia curiga, jangan-jangan Brian menyewa sebuah apartemen atau bisa jadi malah sahabat laknatnya itu kembali ke rumah papanya karena tidak tahan hidup di jalanan. “Apa lo nggak bakalan nyuci baju sendiri? Lo nyuruh pembokat lo gitu?”
Brian memutar otak untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Dia memang belum cerita apa-apa pada Brian tentang Naomi. Dia hanya mengaku menumpang di rumah temannya yang lain.
“Ya nggaklah! Gue miskin gini mana mampu bayar orang!” balas Brian.
Iyan dengan cepat menyelesaikan kegiatannya. Kali ini dia harus berhasil menginterogasi Brian yang gelagatnya semakin mencurigakan.
Benar saja, begitu selesai menjemur pakaiannya, Iyan langsung menyeret Brian dan menguncinya di kamar. “Lo tinggal di mana? Jawab jujur deh!” desak Iyan setelah memastikan sahabatnya itu tidak bisa melarikan diri seperti kemarin.
“Tinggal di kos teman. Kan kemarin sudah gue kasih tahu! Apaan sih lo pakai ngunci kamar segala. Takut gue jadinya! Gue masih normal ya, Baangkee!”
“Eh, Nyet! Gue tahulah teman-teman lo siapa. Teman se-geng lo yang habis ketangkep? Gue nggak yakin!” cibir Iyan.
Brian garuk-garuk leher belakangnya yang sama sekali tidak gatal. Dia butuh sedikit ketenangan untuk berkata jujur pada sahabatnya itu. Masalahnya, Brian memang tidak akan bisa berlama-lama menyembunyikan Naomi karena Iyan sudah seperti anjing pelacak yang dengan mudah mencium kebusukannya.
“Iya, gue akan cerita. Tapi janji lo jangan kaget!” kata Brian sebelum menelan ludah dengan kasar. Iyan akan menjadi orang pertama yang akan Brian kasih tahu tentang pernikahannya.
“Lo nggak ngelakuin aneh-aneh, ‘kan?” tuduh Iyan sembari memicingkan mata.
“Ini cuma salah paham aja sebenarnya. Gue sama Naomi nggak ngelakuin apa-apa, tapi kita dituduh yang enggak-enggak. Jadi ya, gue terpaksa nikahi dia,” jawab Brian dengan kening berkerut. Dia sendiri masih belum bisa menerima pernikahan dadakannya karena tidak memiliki perasaan apa pun pada Naomi.
“Apa? Nikah? Lo sudah punya bini, Nyet?”
***
Padahal udah dibilang jangan kaget 🙃🙃