Dikhianati Suami Dapat Berondong

Di dalam ruangan perawatan, Deva baru saja siuman.

Apa yang terjadi?

Ya, Deva langsung mengamuk setelah mendengar dia telah kehilangan janinnya. Anak yang ia harapkan dan sayangi meski tanpa ikatan pernikahan. Rencananya Deva akan cuti kuliah bulan depan, demi fokus mengandung dan melahirkan. Maura juga tidak ingin putrinya dibully karena hamil tanpa menikah, jadi Maura yang memberikan saran agar Deva cuti kuliah.

Namun kini, harapan tinggal harapan. Anaknya telah menghilang, karena campur tangan seseorang.

“Sayang, udah udah. Ikhlaskan sayang, DIA lebih mencintai anakmu.“

“Anakku Mah, anakku huuuuuu...“

Maura terus berusaha melapangkan hati Deva, Mommy-nya Gavriel ikut menenangkan.

Setelah Deva sedikit lebih tenang, pintu kamar ruangan rawat terbuka. Gavriel berjalan masuk dengan wajah sedih melihat mata Deva dan Maura yang sembab karena sama-sama habis menangis.

“Sayang, bagaimana urusan nya?“ tanya Mommy Gavriel bernama Yossie.

“Sejauh ini sih, Gav kira akan berjalan lancar karena ada bukti Mom. Mudah-mudahan nggak akan lama ada laporan bagus dari pihak kepolisian, tadi petugas polisi meminta dihubungi jika Deva sudah siuman untuk dimintai keterangan.“

“Tunggu besok, Gav. Aku ingin Deva lebih tenang dulu, kehilangan seorang anak bukan hal yang mudah untuk diterima.“ Pinta Maura.

Gavriel mendekati Maura, mengusap kepala calon istrinya, “Sesuai keinginan mu, Babe.“

Telapak tangan besar Gavriel berpindah dari kepala Maura ke kepala Deva, mengelus rambut calon anak sambungnya itu.

“Kamu boleh bersedih, kamu boleh berduka atas kehilangan sesuatu bagian dari dirimu. Tapi, Dev. Jangan terlalu menguras energi mu, cobalah mengikhlaskan. Tuhan akan memberikan hal yang lebih baik lagi dan sedang menyiapkan nya untukmu.“

Deva menangis kembali mendengar nasehat Gavriel, dia berjanji akan segera mengikhlaskan kepergian calon anaknya.

Semetara Daniel berdiri di luar ruangan, pintu ruangan dibiarkan terbuka oleh Gavriel agar Daniel dapat mendengar percakapan di dalam ruangan dan pria dewasa itu dapat mengetahui keadaan Deva. Hatinya merasa t3rsa yaat mendengar tangisan pilu Deva.

“Maafkan Om, Deva. Om salah, Om nggak bisa jaga kalian berdua. Seandainya Om nggak jadi pengecut, kita mungkin masih bersama dengan calon anak kita karena Om pasti akan menjaga dan melindungi kalian berdua.“ Lirih Daniel, pria itu tak ingin pergi dari rumah sakit dia pun duduk di kursi luar ruangan.

Mommy Gavriel keluar dari ruangan, dia masih harus mengurus suami dan adik Gavriel yang perempuan serta keluarga besarnya dari Swedia yang datang untuk pernikahan Gavriel dan Maura.

“Loh, Daniel. Kamu masih disini? Tante kira kamu pergi setelah dari kantor polisi bersama Gavriel tadi.“ Mommy Yossie menyapa Daniel.

"Tante, gimana kabar Tante dan Om?“

“Baik, kami semua baik kecuali Deva dan Maura. Tante kangen sama Alvin, sebaiknya bawa dia ke rumah sebelum hari pernikahan dua hari lagi ya.“

“Pernikahan tetap dilanjutkan, Tante?“

“Itu pemintaan Deva barusan. Tadinya Maura dan Gavriel udah setuju untuk menundanya sampai kondisi Deva lebih baik, tapi Deva melarang. Kau bisa menebak yang dikatakan gadis muda itu?“

Daniel menggeleng.

“Deva bilang, kebahagiaan nya sudah terenggut. Dia tidak ingin kebahagiaan Mamanya juga ikut terenggut karena gagal menikah. Cukup satu kebahagiaan yang hilang... jangan sampai kandas semuanya. Dia adalah gadis muda yang baik, bijak dan juga sangat pengertian pada Ibunya. Tante sangat salut padanya, seharusnya kamu merasa beruntung mendapatkan gadis berpikiran dewasa sepertinya bukan malah menjadi pria pengecut yang kabur tanpa memberi kabar apapun!“ tegur Mommy Yossie.

Daniel tiba-tiba terisak, dia tak kuasa menahan kesedihannya lagi. “Tante... saya harus bagaimana?“

“Obati hatinya, meskipun nantinya kamu akan terluka karena penolakan nya... bertahanlah seperti dia yang mempertahankan anakmu selama ini! Bahkan rasa sakit yang kau rasakan, tidak akan sebanding dengan kekecewaan dan kesakitan yang dialami gadis baik itu!"

“Baik, Tan. Makasih nasehatnya." Daniel mengusap buliran bening dari matanya.

Maafkan Om Deva, Om akan mulai mencintai mu dan akan memohon ampunan mu tanpa ada batas kesabaran!

.

.

Maura berbicara dengan Daniel, bahkan Gavriel ikut meminta Maura agar memberikan kesempatan pada Daniel menebus kesalahannya.

“Aku nggak bisa, Daniel! Kau terlalu menyakiti hati putriku!“ Maura menolak.

“Babe... jangan karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Kamu tau artinya, kan? Jangan hanya karena satu kesalahan Bang Daniel, kamu melupakan kebaikan-kebaikan nya. Kamu ingat saat kamu kelabakan mencari Deva yang pergi dari rumah saat dia tahu Ayahnya menikah lagi? Bang Daniel lah yang berhasil menemukan keberadaan Deva dan membawanya pulang. Kamu juga pasti masih ingat saat Deva berubah setelahnya dan sering keluar malam, Bang Daniel juga yang selalu mengawasinya sampai dia membawa Deva saat mabuk tak sadarkan diri dari club. Saat situasi kamu dan Deva sedang dalam keadaan tak baik-baik saja, Bang Daniel selalu ada untuk Deva. Iya, kan?“

Maura menggigit bibirnya seraya berpikir keras, yang dikatakan Gavriel memang benar. Selain kesalahan Daniel tidak mau bertanggungjawab pada Deva, sejak usia putrinya masih kecil sampai dewasa seperti sekarang Daniel begitu dekat dengan Deva dan selalu ada di dekat putrinya itu meskipun dengan alasan karena demi mendapatkan hatinya tapi Daniel memang orang yang tulus.

“Hhhhh... apa yang ingin kau lakukan pada putriku, Daniel?“ akhirnya Maura mencoba untuk memberikan kesempatan.

“Aku akan melakukan segalanya, sampai Deva memaafkan ku dan mau menerimaku."

“Menerima mu sebagai apa, kalo ngomong itu yang jelas!“

“Menerima ku sebagai suaminya.“ Jawab Daniel dengan tegas, kali ini tak ada keraguan

“Bagaimana caranya kau akan meminta maaf?"

“Mungkin kau tidak tahu, Maura. Aku memang berada dekat dengan Deva selama ini demi mendapatkan hatimu, tapi aku juga tulus padanya. Jadi... aku selalu tahu semua kebiasaan nya, favorit Deva apa saja bahkan sosok idaman lelaki nya seperti apa aku juga tahu. Dia menyukai gaya Gavriel, kan?"

“Itu dulu, mungkin saja seleranya sudah berubah.“ Jawab Gavriel buru-buru tak ingin Maura berpikir macam-macam.

“Tapi tetap saja, dia menyukai cowok tampan dan sedikit berwajah n4kal sepertimu Gav!“

“Maksud Bang Daniel, Abang mau merubah penampilan sepertiku dulu yang asal dalam berpakaian?"

Ya, karena setelah mengenal Maura dan bekerja di perusahaan. Cara berpakaian urakan Gavriel kini sudah lebih baik karena seringnya dia memakai kemeja dan jas ala kantoran.

“Betul!" Jawab Daniel dengan percaya diri.

Maura mendengus, tapi dia tak ingin menjadi egois. Manusia tempatnya salah, jika orang itu ingin benar-benar berubah dan menyesali perbuatannya, siapa dia yang bisa melarang orang yang ingin berubah menjadi lebih baik? Dia pun bukan orang suci dan sering berbuat kesalahan.

Daniel gugup menunggu keputusan final dari Maura, tentang ijin wanita itu agar dia dapat mendekati Deva.

“Baiklah, tapi dengan satu syarat." Maura mengijinkan.

“Apa syaratnya?“

“Jika Deva terlihat frustasi dengan pendekatan mu, jangan memaksanya lagi. Oke?“

“Oke! Makasih Maura." Daniel tak sadar memajukan tubuhnya ingin memeluk Maura untuk berterimakasih, namun Gavriel berhasil menahan kerah bagian belakang kemeja Daniel.

“Bang!!! Kamu kan udah memutuskan mendekati anaknya, jangan ganjen lagi sama ibunya!!“ desis Gavriel tak terima meksipun Daniel tak sengaja.

“Yaelah, Gav! Pelit banget! Iya iya! Sorry nggak sengaja, hanya refleks!“

Daniel pun tersenyum senang, dia mempunyai kesempatan memperbaiki kesalahannya.