(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
ISTRI 13 TAHUN
30
Sehabis acara Suniah sudah langsung di bawa oleh Pajajar dan keluarganya ke kota, tempat dimana Pajajar tinggal. Subuh mereka semua tiba dirumah minimalis tesebut, mata Suniah terpukau melihat keindahan rumah itu. Wajar saja, di kampung mana ada perumahan.
Suniah melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah tersebut dirangkul oleh Ibu mertuanya, Rosiati. "Niah, sekarang ini rumah kamu ya. Jadi jangan sungkan kalau ada apa-apa."
Pajajar dan kedua saudaranya mengambil tas bawaan Suniah dari mobil, juga beberapa bingkisan makanan dari orangtua Suniah.
"Jangan takut dan sungkan untuk bertanya apapun yang tidak kamu mengerti ya Nak, karna malu bertanya bisa tersesat di jalan." Hendro pun sama ramahnya. Membuat Suniah merasa sedikit mulai tenang. Karena dari keberangkatannya semalam, dirinya begitu sedih, dan takut. Tetapi mendapatkan perlakuan yang baik dari kedua mertuanya Suniah menjadi tenang, walaupun dia tetap masih merasa takut terhadap Pajajar.
"Kamu pasti lelah ya Niah, sebentar ya Ibu panggil suami kamu dulu." Rosiati meninggalkan Suniah yang terduduk di sofa depan tv, lalu menyusul Pajajar ke kamarnya.
"Jaja, ajak istri kamu istirahat sana, kasian dia pasti cape seharian kemarin bersalaman dengan tamu. Biar kamu juga beristirahat sekalian." Pajajar yang baru saja meletakan tas Suniah pun menganggukkan kepalanya, lalu keluar dan mendekati Suniah.
"Niah, kamu istirahat yaa, Ibu juga akan istirahat, kalau kamu lapar boleh makan dulu. Pokoknya jangan sungkan, ini juga rumah kamu sekarang." Lalu Rosiati pergi ke kamarnya menyusul Hendro.
"Ayo Niah, ikut Mas." Entah kenapa Pajajar menjadi gugup sekaligus bingung untuk memanggil nama istrinya.
Dalam hatinya dia ingin memanggil dengan sebutan 'SAYANG tapi dirinya dan juga Suniah baru saja saling mengenal. Pajajar takut istrinya merasa tidak nyaman. Mungkin nanti berjalannya waktu, dia akan menerapkan panggilan 'sayang' tersebut dengan Suniah. Dengan patuh Suniah mengikuti langkah Pajajar menuju kamarnya, yang berada di lantai dua.
Pajajar mempersilahkan agar Suniah masuk ke dalam kamarnya yang tidak terlalu besar, lalu menutup pintunya. Suniah menelan salivanya gugup, sebelumnya dia tidak pernah bergaul dekat dengan lelaki. Jadi saat ini dirinya merasa begitu malu, jantungnya berdebar kencang. Gadis itu hanya berdiri dengan canggung, bingung harus berbuat apa.
Pajajar yang mulai menyadari itu pun mempersilahkan. "Niah, kamu bisa tidur di kasur ini ya sama mas," Suniah menganggukkan kepalanya, lalu menundukkan diri kasur yang muat untuk dua orang itu. Sedangkan Pajajar juga jadi salah tingkah karena pikirannya sendiri. Dia memilih untuk tiduran di atas karpet kecil di bawah kasurnya.
"Mas, kenapa tidur di bawah?" tanya Suniah dengan nada yang begitu lembut, merasa tidak enak lantaran suaminya malah tiduran di atas karpet. Sedangkan dirinya malah di kasur, Suniah merasa tidak sopan.
"Gapapa Niah, Mas gamau bikin kamu tidak nyaman."
"Mas tidur di atas saja, ini kasurnya muat kok Mas. Badan Niah kan kecil Mas, Niah juga tidurnya tenang Mas." Suniah berusaha agar suaminya itu naik ke kasur, bukan berniat untuk menggoda. Pikiran anak usia 13 tahun seperti itu tentu saja rasa iba dan kesopanan. Apalagi ini adalah rumah suaminya, dan malam pertama mereka bersama. Tidak etis rasanya bagi Suniah membiarkan hal tersebut.
"Niah, sekarang kamu tidur yaa, Mas nanti pindah ke kasur setelah adzan subuh saja. Atau apakah Niah mau sholat berjamaah dengan Mas?"
Mendengar ajakan suaminya Suniah merasa bersalah dengan wajah yang sedikit memerah dirinya pun mengatakan. " Maaf Mas, bukannya Niah tidak mau. Hanya saja saat ini Niah sedang datang bulan."
Pajajar menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sedikit merasa kecewa karena tidak bisa melaksanakan ibadah bersama. Tetapi tiba-tiba dirinya teringat jika perempuan datang bulan itu perutnya akan kram, sakit, bahkan bisa demam, atau yang lebih parahnya bisa pingsan. Pajajar memperhatikan wajah Suniah yang ternyata sedikit pucat.
TBC