Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Jagan Menangisi Mereka
"Hei.. tenangkan diri mu dulu. Kita harus mencari taunya lebih dalam dan mengumpulkan bukti perselingkuhannya," kata Lucy menenangkan Gilda.
"Interaksi mereka memang seperti menunjukkan sesuatu. Sepertinya mereka punya hubungan yang lebih. Rasanya mereka bukan hanya teman atau rekan kerja saja."
"Aku berharap dugaan kita ini tidak benar Lucy. Tapi...... bagiamana jika itu memang benar. Akhh... sialan. Dia menipuku. Dasar pria brengsek.." ucap Gilda dengan suara yang keras seketika membuatnya jadi pusat perhatian pengunjung restoran. Lucy yang menyadarinya langsung mencubit lengan temannya.
"Apa kamu pikir ini hutan.. " kata Lucy menahan rasa malu.
"Mereka bahkan melihat kita.. kamu membuat ku malu Gilda," Lucy tampak menahan suaranya.
"Astaga.. aku tidak ingat," bisik Gilda tersenyum kikuk menatap orang-orang di sekitar mereka.
"Sejak awal aku sudah menduga jika Frank bukanlah pria yang seperti kita lihat. Dia seperti menyembunyikan sesuatu dari mu, " kata Lucy.
"Diam lah Lucy. Tolong jangan membahasnya lagi. Kamu membuat pikiran ku semakin bercabang. Lebih baik aku makan saja. Perutku sudah keroncongan. Aku akan menyelidikinya," balas Gilda menarik piring yang berisi makanannya.
"Aku akan membantu mu juga. Aku tidak ingin kamu mengalami nasib yang sama seperti ku. Pria seperti mereka harus dimusnahkan dari muka bumi ini," kata Lucy mendengus sebal menatap Gilda. Lucy terakhir kali pacaran satu tahun yang lalu. Hubungannya tidak pernah berakhir dengan baik. Itu karena pasangannya selalu selingkuh. Dan Lucy sekarang menutup hatinya. Ia tidak percaya lagi dengan cinta. Mantan-mantannya selalu mengatakan kata-kata manis dari mulut mereka. Namun ternyata mereka brengsek di belakang Lucy.
"Ya kamu benar.." balas Gilda menatap Lucy.
"Dan satu lagi, jangan pernah menangis karena pria seperti mereka. Itu membuat harga diri mereka semakin tinggi. Mereka hanya sampah.. sampah.." kata Lucy penuh penekanan. Ia sudah cukup kebal dengan itu. Tapi Lucy tidak yakin dengan temannya itu. Oleh karena itu, Lucy mencoba menekankan kalimat terakhirnya. Gilda hanya mengangguk. Ia berharap apa yang terjadi hari ini bukanlah suatu kebenaran. Entahlah, kali ini ia lebih takut jika itu terjadi. Rasanya dunianya akan hancur. Gilda merasa hubungannya dengan Frank sangat berbeda dengan mantan-mantannya dulu.
******
Gilda kembali membuka matanya, sepertinya dia tidak akan bisa tidur malam ini. Pikirannya selalu tertuju pada Frank dan wanita itu. Gilda mengambil ponselnya dari atas nakas. Ia membuka galeri di ponselnya dan melihat beberapa foto dirinya dengan Frank.
Ponselnya berdering, Frank menghubunginya. Sebenarnya Frank sudah menghubunginya empat kali dan Gilda tidak menjawabnya. Namun kali ini ia sepertinya harus mengangkatnya. Kalau tidak Frank akan menghubungi kedua orang tuanya.
"Halo.."
"Sayang.. kamu darimana saja. Aku menghubungi mu sejak tadi," kata Frank.
"Sayang.. kamu ada di sana kan," panggil Frank karena tidak ada jawaban dari Gilda.
"Y..ya.. ada apa Frank?" tanya Gilda.
"Kenapa tidak menjawab panggilan ku?" tanya Frank
"Ah itu tadi.. aku.. aku sedang makan di luar bersama Lucy. Karena terburu-buru, aku melupakan ponsel ku," jawab Gilda.
"Aku tidak bisa tidur, bisakah kamu menginap di apartemen ku malam ini?" pinta Frank.
"Lain kali saja ya, aku sudah mengantuk sekali. Kamu tidak marah kan?"
"Baiklah.. aku tidak memaksamu. Good night baby. Have a nice dream. Maaf mengganggu tidur mu. Aku akan menutup teleponnya. Bye sayang.." kata Frank lalu mematikan ponselnya.