Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Perut Anna juga terus berbunyi karena aroma makanan terbungkus benar-benar menggoda. Kepala Anna mengangguk mantap kepada Liam menandakan jika dirinya sangat setuju untuk diajak makan. Sampai Liam tersenyum tipis saja dikala Anna menarik tangannya untuk masuk kedalam ruangannya kembali.
Anna duduk manis disofa menunggu Liam yang tengah menyajikan berbagai makanan yang ia beli. Anehnya Anna tidak merasakan mual disaat mencium aroma makanan, ini sangat aneh baginya.
"Apa tidak ada rasa mual?" Tanya Liam sembari memberikan seporsi makanan ditangan Anna.
Karena Liam sudah menanyakan semuanya pada dokter tentang kehamilan Anna, tentang apa saja yang tidak boleh dilakukan atau sebaliknya. Ternyata sangat banyak hal diderita wanita selama hamil, Liam tidak membayangkan jika dirinya tidak pernah tahu Anna hamil pastinya wanita itu akan menanggung semuanya sendiri.
"Malam ini tidak ada, biasanya disaat mencium aroma makanan yang terlalu menyengat pasti mual. Kali ini tidak," Jelas Anna akan kondisinya yang sebenarnya.
Liam mengangguk mengerti, ia duduk disamping wanita itu. "Makanlah, habiskan semuanya.." Memberikan sendok kepada Anna, ia suka melihat senyuman diwajah Anna yang hadir hanya karena makanan saja.
"Wahh.. kelihatan enak banget!" Anna mulai menyuapkan satu sendok ayam goreng serta berbagai makanan lainnya itu. Rasanya sangat enak, sudah lama sekali Anna tidak makan normal seperti ini.
Anna memakan semuanya sampai terburu-buru membuat Liam sedikit takut jika akan tersedak. Sebelum hal tidak baik terjadi maka Liam sudah menyiapkan air minum untuk Anna. Tidak lepas perhatian Liam sedikitpun melihat Anna yang tengah makan secara lahap. Satu tahun berlalu tidak merubah Anna sedikitpun, wanita itu masih sama seperti pertama kali Liam kenal.
"Kau tidak makan?" Tanya Anna disaat mulutnya sendiri sudah penuh dengan makanan.
Liam menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Tidak, aku sudah makan tadi." Jawabnya, ia bangkit dari duduknya untuk merapikan tempat tidur Anna yang sedikit berantakan.
Selama makan Anna terus memperhatikan Liam yang sangat telaten mengurus dirinya. Mungkin saja banyak pekerjaan yang lebih penting dari pada mengurus dirinya seperti ini. Setidaknya bersama n selama tiga bulan lalu membuat Anna sedikit ingat jika Liam merupakan seseorang yang cukup sibuk.
"Ahhh.. aku kenyang sekali.." Anna menjauhkan semua makanan yang sudah habis tidak tersisa. Mengambil buah apel sebagai menu penutupnya, berusaha bangkit tapi kesulitan karena terlalu kenyang.
"Sudah selesai?" Tanya Liam, ia melihat dengan jelas semua bungkus makanan yang sudah tidak tersisa. "Wah habis semua, kau makan dengan baik hari ini.." Liam sangat senang, itu berarti jika Anna sudah baik-baik saja sekarang.
"Terimakasih makanannya," Ucap Anna sedikit pelan, ia malu karena terlalu rakus sepertinya.
"Tidak perlu berterimakasih, An. Demi anakku apapun akan aku lakukan, istirahatlah.." Balas Liam yang mana setiap kata-katanya tadi seolah berarti jika semua perbuatannya murni untuk anaknya saja.
Anna menatap tidak suka Liam, memangnya apa lagi yang ia harapkan. Sudah pasti alasan utama Liam baik dan mengurus dirinya adalah karna mengandung benihnya bukan karena hal lain. "Memangnya apa yang kau harapkan, Anna? Dasar bodoh!" Sembari berjalan menuju bed pasien Anna terus mengumpat dirinya didalam hati.
Sementara Liam membersihkan semua sisa makanan yang ada dimeja, memangnya ditempat sampah lalu mengganti dengan laptop miliknya. Mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda hari ini, mengingat besok dirinya tidak akan datang ke Perusahaan.
"Dia mau bekerja?" Anna heran karena Liam terlalu bekerja keras, hal itulah yang membuatnya tetap kaya sampai sekarang. "Dia memang tidak pernah berubah," Anna hanya bisa menggelengkan kepala saja melihat semua tingkah Liam.
Anna merebahkan tubuhnya sembari menatap Liam yang sibuk dengan laptopnya. membaca dokumen dengan posisi wajah yang sangat serius membuat pria itu semakin kelihatan tampan.
"Tidurlah, Ibu hamil tidak boleh begadang. Itu kata dokter," Ucap Liam yang sepertinya sadar jika Anna sedang memperhatikan dirinya.
Tentu saja Anna sebal karena Liam sok tahu, maka langsung mengubah posisi membelakangi pria itu. Berada di ruangan hanya berdua dengan Liam saja membuat ada rasa sedikit tidak tenang dihati Anna. Ia selalu takut jika suatu saat Ibu Shopia tiba-tiba datang mengamuk padanya.
"Kau selalu saja membuat putraku sibuk, karena ulahmu sampai Liam tidak pernah patuh padaku." Shopia selalu mengomel disaat dirinya sendiri tidak berhasil membuat Liam menceraikan Anna.
Lagi lagi Anna yang selalu disalahkan, ia tidak tahan dengan sikap Ibu mertuanya kali ini. "Cukup, Ma.."
"Jangan panggil aku Mama, selamanya aku tidak pernah sudi memiliki menantu miskin sepertimu. Besar di Panti tanpa orang tua dan lebih parahnya lagi miskin!"
"Kau hanya membuat putraku menjadi sial, kau hanyalah sampah yang ingin bersanding pada putraku yang berlian!"
"Sadarlah, Anna.. kau seharusnya meminta cerai pada Liam, kau hanyalah pantas menjadi pembantu saja tidak menjadi menantu!"
Semua cacian kenangan buruk itu membuat kepala Anna seakan sakit, disaat bersama dengan Liam semua kenangan buruk itu kembali menghantui. Sampai Anna tidak bisa tidur sedikitpun, pelipisnya banjir keringat seperti orang yang mimpi buruk.
"Aaaaaaaaaa! Hentikan!" Anna menjerit kencang, ia ngos-ngosan melihat seluruh ruangan kamar yang sepi. Anna memeluk kedua lututnya, ia menangis tanpa suara karena kembali mengingat semua cacian mantan Ibu mertuanya.
Liam yang memang sudah tertidur pulas tentu saja terbangun karena mendengar suara teriakan Anna tadi. Ia bangkit melihat Anna yang menangis sesenggukan memeluk kedua lututnya. Sangat menyedihkan Liam tidak tahu apa yang terjadi, apakah wanita itu mimpi buruk.
"Anna.." Liam berjalan menuju Anna dengan wajah paniknya, mencoba menyentuh pundak Anna tapi wanita itu menghindar. "Are you okay?" Liam tidak tahu apa yang terjadi Anna juga enggan menjawab.
Anna tetap diam dalam posisinya, ia tahu resiko besar apa yang akan terjadi jika terus mempertahankan anak ini. "Tidak tidak, jangan sampai Nyonya Shopia tahu semua ini.." Racau Anna, ia menarik tangan Liam untuk meminta sesuatu yang ia pikirkan.
"Mama?"
"Liam, jika kau ingin aku mempertahankan anakmu.. maka jauhkan dan sembunyikan aku dari Mamamu." Pinta Anna, ia sampai memegang erat tangan Liam sampai tangannya bergetar.
Tentu saja Liam merasa aneh, seolah Anna merasa sangat ketakutan. Seingat Liam jika Mama Shopia selalu memperlakukan dirinya sangat baik lalu kenapa sekarang Anna terlihat sangat menakutkan.
"Aku mohon... jika kau tidak mau maka aku akan membunuh anakmu ini!" Anna mengancam murni karena rasa takutnya kepada Shopia.
"Anna, jaga bicaramu!" Liam membentak, ia sangat tidak suka Anna mengancam membawa nyawa anaknya.
aaiiss..dn sampai d bab 30 ..gini2 aja jln cerita nya...