Viona gadis cantik yang sempurna dia memiliki sejuta kelebihan. Mempunyai IQ di atas rata-rata, pintar beladiri, dan karir yang memumpuni. Tapi siapa sangka dibalik itu semua viona mempunyai trauma masa lalu yang mengharuskan nya kehilangan separuh ingatan dan melupakan kekasih lamanya.
"siapa kamu?".
"Aku Lucius.. Apa kamu sungguh melupakanku Vi?".
Laki-laki itu berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurmala sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keterbukaan Louis
Setelah selesai lukanya di obati, Ximon melajukan kendaraannya menuju kediaman Dixon.
Setelah sampai.. Mereka disambut oleh kedua singa jantan yang berdiri di tengah pintu masuk.
“Kenapa kalian baru pulang? Ucap Garvin.
“Maafkan saya om.. Saya telat mengantarkan Vivi pulang karena ada sedikit kendala di perjalanan” jawab Ximon.
“Kau bukan sedang mencari pembelaan kan? Ucap Gean.
“Bukan.. Tapi memang itu kenyataannya”.
“Apa benar yang tuan Ximon ucapkan Vi?” Tanya Gean.
“Benar bang.. Tadi mobil kami di buntuti seseorang dan mereka menghadang kami” ucap Viona memberi penjelasan.
“Tapi kamu tidak apa-apa kan?” ucapnya khawatir dengan memutar-mutar Viona, takut adiknya terluka.
“Aku tidak apa-apa.. Tapi Ximon yang terluka”.
“Apa sudah di obati lukanya?” Tanya Garvin.
“Sudah Om.. Vivi sudah mengobatinya tadi”.
“Oh syukurlah.. Memangnya siapa yang berani membuntuti kalian?”.
“Saya juga tidak tahu om.. Saya akan menyelidikinya”.
“Baguslah..”.
“Sebelumnya saya minta maaf Om.. Karena telah melibatkan Vivi dalam masalah saya” ucapnya penuh penyesalan.
“Sudahlah tidak apa-apa.. Yang penting putri Om baik-baik saja.
“Karena hari sudah larut saya pamit Om.. Gean”.
“Apa kamu tidak mau masuk dulu” ucap Garvin.
“Tidak.. Mungkin lain kali saja”.
“Kalau begitu.. Semuanya saya pamit” ucap Ximon.
“Ya hati-hati” jawab serentak.
“Kalau sudah sampai tolong kabari aku” ucap Viona.
Ximon pun tersenyum dan menganggukkan kepala.
Ximon menjalankan kendaraannya di atas rata-rata menuju kediamannya.
Setelah sampai.. Dia mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya lalu mengetik pesan kepada Viona.
“Vi.. aku sudah sampai”.
Tapi tidak kunjung mendapatkan balasan dari orang di tunggunya.
“Mungkin dia sudah tidur”.
Dan kemudian dia mengetikkan sesuatu lagi disana.
“Selamat tidur gadisku.. Mimpi indah” dia pun memasukkan kembali ponselnya.
Ximon yang ingin meminta penjelasan Louis langsung masuk ke dalam rumah dan menghampiri kamar sang adik lalu mengetuknya.
Tok..
Tok..
Tok..
Louis yang kebetulan belum tidur membuka pintu kamarnya.
“Kaka.. Ada apa?”.
“Apa aku boleh masuk”.
“Tentu saja”.
Louis membuka pintu kamarnya dengan lebar dan mempersilahkan kakaknya masuk ke dalam kamarnya.
“Apa ada yang ingin kakak bicarakan?” tanya Louis.
“Ya.. Kenapa kau tidak memberitahu kami kalau beberapa hari yang lalu kau terluka”.
“Kakak tahu dari mana?”.
“Viona yang memberitahuku”.
“Aku tidak ingin membuat kalian khawatir”.
“Apa kau baik-baik saja” tanya Ximon khawatir.
“Ya.. hanya luka tusuk di perut dan wanitamu yang sudah mengobati ku”.
“Lain kali jangan menyembunyikan apapun dari kami.. Itu sama saja kalau kau sudah tidak menganggap kami lagi”.
“Maaf kak.. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku di targetkan seseorang yang ingin membunuhku”.
“Kenapa baru sekarang kau jujur?” ucap Ximon kesal.
“Karena wanitamu pasti sudah bilang semuanya.. Jadi percuma aku tutup-tutupi lagi”.
“Kalau saja Viona tidak bilang padaku.. Mungkin kau akan tetap menyembunyikan hal ini”.
Louis hanya diam karena apa yang kakak nya bilang adalah kebenarannya.
“Sebenarnya apa masalahmu sampai kau di buru”?.
“Apa kau ingat kalau ayah kandungku pernah menikah lagi”.
“hem Ya.. Terus kenapa?”.
“Ternyata dari pernikahan ayah dia mempunyai anak dengan wanita itu.. Dan anak itu laki-laki, usianya sama denganku”.
“Jelaskan yang benar jangan cerita setengah-setengah”.
“Dia menginginkan perusahaan yang ibu bangun dengan susah payah”.
“Dia ingin merebutnya begitu.. Punya hak apa dia”.
“Mungkin dia berpikir karena dia juga anak ayah.. Dan mengira itu perusahaan yang di bangun ayahnya”.
“Tapi perusahaan yang sedang kau pegang sekarang tidak ada hubungannya dengan ayahmu.. Semua itu warisan dari mendiang ibumu, sedangkan ayahmu tidak punya apa-apa sebelum bertemu dengan ibumu”.
“Aku juga tidak mengerti dengan pola pikirnya”.
“Jadi kau mencurigai dia yang melakukan ini semua”.
“Karena selama ini hanya dia yang ingin aku celaka.. Karena dengan begitu perusahaan akan menjadi miliknya”.
“Ya sudah kita harus selidiki semuanya sampai tuntas.. Karena orang yang tempo hari ingin mencelakai mu tadi juga hampir mencelakai ku dan Viona”.
“apa Maksudmu?”.
“Tadi kami di buntuti seseorang dan mereka menyerang kami”.
“Kalian tidak apa-apa?”.
“Tidak.. Hanya sedikit luka kecil” ucapnya menunjukan luka di pergelangan tangannya.
“Berarti mulai besok kita harus hati-hati karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya” ucap Louis.
“Ya.. Ya sudah kau istirahatlah, besok kita bahas lagi”.
“Ya kak”.
Keesokan paginya Viona sudah bersiap untuk pergi ke perusahaan dengan memakai kemeja navy dan rok hitam diatas lutut lalu dia memakai heels 10 cm berwarna hitam, penampilannya begitu memukau bagi siapa saja yang memandangnya. Dia menuruni tangga menuju ruang makan.
“Pagi mi” ucapnya.
“Pagi juga sayang” jawab Alice.
“Yang lain pada kemana mi? Tumben belum ada di meja makan”.
“Papi dan abangmu sudah berangkat pagi sekali.. Katanya ada urusan penting di perusahaan”.
“ooh gitu”.
“Ya”.
Viona mulai memakan sarapannya.. Dan setelah itu dia berpamitan pergi ke perusahaan nya.
Setelah melajukan kendaraannya dia pun sampai di perusahaan dan langsung memarkirkan mobilnya di parkiran khusus.
Dia berjalan dengan anggun di lobby menuju lift dan karyawan menunduk hormat padanya karena sudah mengetahui siapa pemilik perusahaan itu.
Setelah dia sampai dilantai atas.. Dia langsung masuk keruangan nya lalu duduk di bangku kebesarannya.
Viona mengambil telepon kantor untuk menghubungi Max.
“Max.. Apa calon pekerja kemarin yang di interview HRD ada yang cocok untuk mengisi bangku sekretaris?”.
“Ada nona.. Lamarannya sudah saya taruh di atas meja kerja nona” jawab Max.
“Apa kau juga ikut mengujinya kemarin?”.
“Ya.. Di antara pelamar yang lain saya kira hanya dia yang cocok dengan kriteria anda.. Dan dari keahlian menurut saya dia lebih dari mampu”.
“Kalau begitu saya lihat dulu datanya”.
Viona pun menutup teleponnya dan melihat data pelamar yang akan menjadi sekretaris nya di perusahaan.
Dia membuka berkas lamaran itu lalu melihat namanya.
“Lea Ayunda.. Bukannya dia yang menghubungiku malam itu, kalau tidak salah saudara Nisa”
Viona mengambil ponselnya di atas meja lalu mencari nomor Lea yang waktu itu menghubunginya, setelah itu dia menelponnya.
Tut..
Tut..
Tak lama suara teleponnya tersambung dengan wanita di sebrang.
“Halo” ucap Lea.
“Dengan Lea Ayunda” ucap Viona.
“Ya saya sendiri” jawabnya.
“Saya Viona dari perusahaan Z.D Company, apakah anda besok bisa langsung masuk ke perusahaan untuk bekerja sebagai sekretaris saya”.
“Bisa Bu bisa.. Besok saya akan langsung bekerja” ucap Lea dengan semangat.
“Kalau begitu saya tunggu besok kedatangannya di perusahaan saya”
“Baik Bu.. Terima kasih”.
Setelah Viona mematikan panggilannya dia berucap, “Wanita yang sangat bersemangat”.