Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Suara terbanyak kerap kali mendatangkan keyakinan buta, menciptakan sugesti dan menjadikan prasangka terlihat seperti kebenaran.
Hati yang telah dibutakan oleh sugesti tak akan pernah bisa melihat kebenaran.
“Ikut aku!” instruksi Wang Lu. “Kau akan tahu!” Ia menambahkan sambil mengeluarkan pedangnya, bersiap melakukan penerbangan.
Yu Fengmu mengikutinya.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah melesat di ketinggian, mengikuti aliran sungai, dan mendarat di Jembatan Julong.
Wang Lu menyisir jembatan itu dengan teliti, sementara Yu Fengmu memperhatikan dengan penuh rasa ingin tahu.
Yu Fengmu tak pernah menangani kasus, terutama misi kelas satu. Semua misi yang diambilnya selama ini hanyalah misi umum yang rata-rata berisi perintah berburu monster atau mencari bahan obat. Terkadang juga menangkap ikan atau berburu hewan biasa untuk persediaan kantin asrama.
Wang Lu bahkan tak pernah mengambil misi sama sekali. Ini kali pertamanya. Tapi segala tindakannya tidak terlihat seperti amatir.
Wang Lu membungkuk di dekat pagar pembatas, mengamati serbuk putih yang tercecer di permukaan pagar pembatas itu. Ia mengusap serbuk itu dengan telunjuknya, kemudian merabanya dengan ibu jarinya. Sepasang alisnya bertautan.
“Kalium nitrat,” gumamnya.
Tak lama ia mengedar pandang dengan sorot mencari-cari yang tajam, lalu pandangannya jatuh ke permukaan jembatan dan menemukan bercak seperti bekas ledakan kembang api.
Wang Lu mendekat dan berjongkok untuk memeriksa bercak itu. “Bom asap!” Ia menyimpulkan.
Yu Fengmu terkesiap. Sudah dapat petunjuk? pikirnya hampir tak percaya.
Sekarang Wang Lu mulai merayap pelan menyusuri permukaan jembatan itu, kemudian menemukan jejak kereta yang berhenti di sepertiga jarak jembatan.
Ada bercak darah tercecer di sekitarnya. Tapi sebagian besar sudah memudar tergilas roda kereta lain atau terinjak orang yang berlalu-lalang.
TKP sudah tercemar!
Wang Lu mendesah dan menarik bangkit tubuhnya. “Kita harus menemukan saksi terakhir itu!” Ia memutuskan.
Dua jam kemudian, ia sudah berbincang dengan kusir kereta pedagang dari luar daerah itu setelah sebelumnya menanyakan detail informasinya pada Pemimpin Kota.
Tapi Wang Lu harus kecewa karena selain omong kosong orang yang ketakutan, tak ada petunjuk yang berarti.
“Sosoknya tidak begitu jelas,” gumam kusir kereta itu di penghujung ceritanya. “Malam itu kabut tebal sekali!”
Wang Lu melemas dan memohon diri, kemudian bergegas ke kejaksaan menyusul Yu Fengmu.
Wang Lu mengirimnya lebih dulu ke sana untuk meminta dokumen kasus terkait 'teror iblis langit’ mulai dari sepuluh tahun yang lalu hingga yang paling baru.
Tapi ketika pihak kejaksaan itu akhirnya mengeluarkan semua dokumen kasus terkait ‘teror iblis langit’, Yu Fengmu tercengang tak alang kepalang, karena hampir satu rak dinding dikosongkan.
“Sebanyak ini?” pekiknya dengan suara tercekat di tenggorokan. Bocah Tengik ini ternyata memang ahlinya membuat orang mati kesal, gerutunya dalam hati.
Beberapa saat kemudian, orang yang dirutukinya muncul bersama petugas kejaksaan lainnya.
“Sebelah sini!” Petugas kejaksaan itu memandu Wang Lu ke ruang dokumen di mana Yu Fengmu sedang memilah tumpukan dokumen kasus bersama petugas satunya.
“Nǐ huíláile?”~Kau sudah kembali, tanya Yu Fengmu berbasa-basi. “Zěnme yàng?”~bagaimana?
Wang Lu menyapa petugas kejaksaan di ruang dokumen itu dengan membungkuk—memberikan salam soja, kemudian menjatuhkan dirinya di depan meja rendah lesehan di sisi Yu Fengmu, tepat di depan petugas kejaksaan itu.
Petugas kejaksaan satunya memohon diri dan beranjak dari situ.
“Tidak ada cara lain,” gumam Wang Lu dengan pahit. “Kalau ingin mengusut kasus ini, kita harus menelusurinya dari sepuluh tahun lalu.”
Yu Fengmu menelan ludah dan mengernyit. Kemudian melayangkan telapak tangannya ke arah tumpukan dokumen berbentuk gundukan gulungan di sekelilingnya yang sepintas terlihat seperti limbah tekstil. “Silahkan!” katanya dengan ekspresi tak kalah pahit.
Wang Lu mengikuti ayunan tangannya dan terhenyak. “Sebanyak ini?!” pekiknya setengah berteriak.
“Shi-ya,”~benar, jawab Yu Fengmu, pelan dan sebal.
“Aiyaaaaaa…” erang Wang Lu sambil menjatuhkan kepalanya ke meja. Sesaat, ia memilah fragmen dalam benaknya, dan menemukan pengenalan tentang teknik Yīnyǐng atau ilmu bayangan.
Satu lagi teknik rahasia dari Enam Denyut Nadi Dewa. Cabang ilmu dari teknik tubuh cahaya. Menggabungkan elemen cahaya dengan Enam Denyut Nadi Dewa.
Wang Lu duduk bersila di tengah-tengah timbunan dokumen kasus, dan mulai berkonsentrasi.
Setiap jengkal tubuh adalah denyut nadi ilahi, gumamnya dalam hati. Setiap nadi ilahi memiliki roh sendiri. Enam Denyut Nadi Dewa adalah enam keinginan: Jiàn yù, Tīng yù, Xiāng yù, Wèi yù, Chù yù, Yìyù…
SLASH!
SLASH!
SLASH!
Enam sosok bercahaya melesat keluar dari tubuh Wang Lu dan memisahkan diri.
Yu Fengmu dan petugas kejaksaan itu tercengang bersamaan.
Tujuh orang Wang Lu mendominasi ruangan, dan masing-masing mereka mulai sibuk sendiri-sendiri, mengambil gulungan dan mempelajarinya satu per satu.
“Zhè…”~Ini... Yu Fengmu menunjuk ketujuhnya dengan tergagap-gagap, dan ketujuh-tujuhnya memiliki reaksi sendiri-sendiri, namun perangainya identik—slebor.
Satunya mengedipkan sebelah matanya, satunya lagi menjulurkan lidah, yang lainnya melemparkan gulungan pada Yu Fengmu, yang lainnya lagi acuh tak acuh—membaca di sembarang tempat dengan cara yang tidak enak dipandang, serasa di rumah Nenek!
Beberapa pegawai lain sampai melongok di gang untuk melihat kehebohan yang dibuat si bocah tengik.
“Wah! Ilmu bayangan!” pekik seorang pegawai dengan kagum.
Wang Lu mengusap hidungnya dengan ibu jari, kemudian mendongakkan dagunya ke arah Yu Fengmu sembari menaik-naikkan sebelah alisnya dengan gaya tengil.
“Cih!” dengus Yu Fengmu. “Dia berhasil pamer,” gerutunya sambil berpaling dan tertunduk, pura-pura sibuk membaca dokumen.
Pekerjaan itu berlangsung lebih cepat tujuh kali lipat berkat ilmu bayangan Wang Lu, membuat beban Yu Fengmu terasa lebih ringan dan pekerjaannya terasa mudah.
Semuanya berjalan lancar pada awalnya, tapi setelah pekerjaan itu hampir selesai dan tinggal sedikit lagi, keenam bayangan Wang Lu mulai terkulai di tempat duduknya masing-masing. Satu per satu mereka mulai menguap dan merebahkan diri atau menyurukkan kepala di meja, lama-kelamaan mereka mulai mengorok.
Wang Lu yang asli mengerjap dan terperangah, kemudian menoleh ke sana kemari dengan gelagapan. “Kalian… Haiiiisss!” erangnya sembari membeliak. “Sungguh salah aku percaya padamu!” gerutunya. Kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Yu Fengmu berdesis tertawa di seberang meja.
Wang Lu memelototinya. Kemudian menarik semua bayangannya dengan raut wajah sebal.
Yu Fengmu terkekeh tanpa melepaskan pandangannya dari dokumen yang sedang dibacanya.
Beberapa saat kemudian, pekerjaan itu akhirnya selesai juga. Namun waktu sudah hampir malam.
Para pegawai kejaksaan sebagian sudah meninggalkan ruangan sejak tadi siang. Beberapa mungkin sudah pulang. Petugas yang mendampingi mereka juga sedang sibuk di ruangan lain.
Wang Lu menarik bangkit tubuhnya sembari menguap dan menggeliat.
Yu Fengmu memijat-mijat bahu dan lehernya sambil meringis.
Setelah hampir seharian berada di ruang arsip, Wang Lu dan Yu Fengmu sekarang masuk ke kamar mayat, kali ini mereka didampingi ahli forensik.
Ketika ahli forensik itu menyingkap kain penutup jenazah, Yu Fengmu langsung menyingkir dan menjeluak.
“Owwwekh!”
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
/Determined//Determined//Determined/
😅😅😅
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...