Aku Hanya Istri Simpanan

"Baiklah, terserah Mamah dan Papah saja bagaimana baiknya," kata Aldevaro pasrah.

aldevaro benar-benar sudah pasrah dan menyerahkan semuanya pada kedua orang tuanya,namun dia juga akan terus memperjuangkan sarena mau seperti apapun resikonya mau sebanyak apapun penolakan sarena dia tetap bertekad akan membawa sarena dan albiru kembali ke hidupnya dan membangun kembali keluarga kecil mereka,dan memberikan keluarga Cemara untuk albiru.

Keesokan paginya...

Saat keluarga Aldevaro sibuk memikirkan cara untuk menyatukan kembali Aldevaro dan Sarena, Sarena justru menjalani hidupnya dengan biasa saja. Dia lebih memilih menemani putra kesayangannya, Albiru, bermain.

"Mama, Papa ana(mama,papa mana)?" tanya Albiru yang merindukan ayahnya, terus-menerus menanyakan keberadaan Aldevaro.

"Papah sedang kerja, Sayang. Nanti kalau Papah sudah tidak sibuk kerja, kamu akan ketemu sama Papah," jawab Sarena, mencoba membujuk putranya agar tidak merengek.

"api acu au papa,ma(tapi aku mau papa ma)" Albiru tetap memaksa meski Sarena sudah mencoba menenangkannya.

Merasa tidak tega melihat Albiru menangis, Sarena akhirnya mengalah dan memutuskan untuk menelepon Aldevaro agar bisa menemani putra mereka bermain. Sarena tahu bahwa tidak mungkin menjauhkan Albiru dari ayahnya.

Tut tut...

"Halo, Aldevaro. Ini aku, Sarena."

"Ya, Sarena. Aku senang akhirnya kamu mau menghubungi aku," jawab Aldevaro dengan nada kaget dan senang.

"Al, hari ini aku ada kesibukan, dan Albiru terus memaksa ingin bertemu denganmu. Aku harap kamu punya waktu untuk putramu."

"Hmm... Jadi kamu meneleponku karena Albiru, ya? Baiklah, aku akan menjemputnya sekarang."

"Ya, aku tunggu."

Aldevaro yang awalnya senang akhirnya kembali murung setelah menyadari bahwa Sarena menghubunginya hanya karena Albiru, bukan karena keinginannya sendiri.

"Dafa!" panggil Aldevaro.

"Ya, Tuan," sahut Dafa, asisten pribadi Aldevaro.

"Antar saya ke apartemen Sarena."

"Apa Anda sudah baikan dengan Nona Sarena, Tuan?"

"Dafa, kalau saya sudah baikan dengan Sarena, raut wajah saya pasti tidak sesuram ini. Dia hanya meminta saya menjemput Albiru."

"Maaf, Tuan. Saya terlalu banyak bertanya."

"Ya, tidak apa-apa."

Aldevaro segera berangkat menuju apartemen Sarena untuk menjemput Albiru.

Dalam perjalanan, Dafa berpikir dalam hati, 'Sebenarnya, apa posisi saya ini? asistennya atau supir? Rasanya saya terus yang antar jemput Tuan. Mungkin karena saya tidak pernah menolak perintahnya.'

Aldevaro, yang sedari tadi memperhatikan Dafa, bertanya, "Sedang memikirkan apa, Dafa? Sepertinya kau banyak pikiran. Saat mengemudi, jangan terlalu dipikirkan, itu bahaya."

"Tidak, Tuan. Saya tidak memikirkan apapun. Saya hanya berpikir bagaimana agar Anda tidak kecewa lagi sesampainya di sana," jawab Dafa, memilih untuk menutupi pikirannya dari bosnya.

"Untuk apa memikirkan saya, Dafa? Bukankah kau sendiri masih lajang? Sebaiknya kau pikirkan diri sendiri yang sudah lama sendirian," balas Aldevaro sambil meledek.

"Tuan, saya tahu Anda sudah punya pasangan. Tapi sebaiknya Anda berkaca dulu, karena dulu Anda juga seorang perjaka tua."

"Heh, yang penting sekarang saya sudah dapat," kata Aldevaro sambil tersenyum tipis.

"Memang Anda sudah punya pasangan, Tuan. Tapi pasangan Anda masih dalam 'pelarian'," Dafa membalas ledekan Aldevaro.

"Kau... ah, sudahlah, lupakan. Ini kenapa belum sampai juga? Rasanya lama sekali."

"Tuan, Anda tidak lihat padatnya jalan ini? Banyak sekali motor dan mobil. Wajar kalau terasa lama."

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sampai di apartemen Sarena. Aldevaro kemudian naik ke lantai tempat Sarena tinggal untuk menjemput putranya.

---