Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Tidak menunggu lama, Liam memberikan pesan pada anak buahnya untuk mencari keberadaan Ivanka. Seperti ucapan James, dia tidak akan puas bila Ivanka hanya mendapatkan hukuman kurungan dari kepolisian.
Liam melihat luka memar yang membekas di wajah Bianca. Tangannya mengepal, berjanji pada dirinya sendiri tidak akan memaafkan Ivanka apa pun yang terjadi.
"Sebaiknya, yang kau lakukan cukup membuatku puas Liam! Tidak hanya Bianca yang tersakiti, adikmu juga hampir menjadi korban!" ucap James memecah keheningan.
Pria itu menganggukkan kepala, dia akan membalas setiap perbuatan Ivanka. "Aku akan melakukan sesuatu padanya, kau tenang saja, James!"
James tersenyum puas mendengar ucapan adik iparnya. Dia memilih untuk pulang karena sudah ada Liam yang menjaga Bianca. Tentu saja tidak serta merta melepaskannya begitu aja, mulai saat ini dia telah memberikan perintah untuk mengawasi Bianca. Tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi kembali pada adiknya itu.
Laura bersikeras untuk tetap berada di rumah sakit. Merasa bertanggung jawab atas yang terjadi pada Bianca. Gadis itu telah memahami semua yang dikatakan oleh Ivanka adalah sebuah bualan belaka.
"Kak, kamu mau memaafkanku, kan? Aku juga merasa sangat bersalah karena telah menuduh Kak Bianca adalah wanita mur*Han," ucap Laura mengingat semua ucapan buruknya tentang Bianca.
Selama ini, dia tutup mata bila teman-teman kampusnya mengatakan kalau Ivanka bukanlah wanita yang baik. Semua hanya karena rasa kasihan yang berlebih pada Ivanka.
"Sekarang kamu tahu kebenarannya, kan? Aku harap jangan berdekatan lagi dengannya dan bersahabat dengannya. Aku akan memastikan kalau Ivanka tidak akan bisa menyentuhmu atau Bianca lagi," ucap Liam.
"Ya, maaf karena membuat Bianca seperti ini. Dialah yang terbaik untuk dirimu, Kak. Bersikap baiklah padanya," balas Laura.
Perkataan sang adik menembus hatinya, Liam juga tidak tahu apa yang menyebabkannya dulu begitu kejam pada Bianca. Berkali-kali pria itu menolak Bianca karena memang Liam tidak memiliki perasaan apa pun pada wanita cantik itu.
Semua berbeda semenjak mereka menikah. Liam merasa sangat bertanggung jawab pada Bianca. Akan tetapi, dia belum menyadari kalau hatinya mulai bergerak mencintai sang istri.
Liam duduk sambil menggenggam tangan Bianca. Laura mengalah dengan duduk di sofa. Dia telah memberitahukan pada kedua orang tua mereka tentang keadaan Bianca yang berujung kemarahan dari keduanya.
Diakui Laura, Bianca dengan mudah mendapatkan hati Mama dan papanya. William dan Pamela bahkan terlihat lebih menyayangi Bianca dibandingkan Laura yang notabenenya anak mereka.
Pagi menjelang, tangan Bianca yang digenggam oleh Liam terasa sangat kebas. Dia membuka mata dan mendapati pria yang dicintainya itu menatapnya dengan penuh khawatir.
"Bukankah aku sudah katakan padamu untuk tetap di rumah!" ucap Liam dengan dingin.
Tidak ada ucapan basa basi menanyakan kondisinya atau pun anak dalam kandungannya. Wanita hamil itu cukup terkejut karena disuguhkan oleh pernyataan dingin dari sang suami.
"Maaf, aku sangat khawatir dengan keadaan Laura. Tidak ingin sesuatu terjadi pada Laura," balas Bianca.
"Lain kali, jangan mengambil tindakan sendiri. Yang kamu lakukan itu bukan hanya membahayakan dirimu sendiri, tetapi juga janin yang ada dalam kandunganmu," ujar Liam dengan penuh penekanan.
Bianca menganggukkan kepala mengiyakan ucapan Liam. Dia tidak berani membantah ucapan sang suami. Salahnya sendiri tanpa persiapan menyusul Laura yang jelas-jelas pergi mendatangi Ivanka di Club.
Sudah rahasia umum jika Ivanka kerap kali menjadi kepanjangan tangan dari sebuah bisnis prostit*tusi. Bianca tidak mungkin menuduh begitu saja hanya agar Laura berpihak padanya. Beberapa kali diperingatkan, Laura tetap pada pendiriannya bersahabat dengan Ivanka.
Hanya saja, semalam perasaannya tidak baik. Dia merasa akan ada hal yang terjadi pada Laura. oleh karena itu, dia berinisiatif untuk menyusul Laura yang berujung sebuah peristiwa. Kejadian itu membuat Bianca terluka dan harus dirawat di rumah sakit.
"Kak Bianca, maafkan aku!" ujar Laura kembali meminta maaf pada Bianca.
Mata Bianca mengerjap membuat Liam membuang muka. Wajah pria itu memerah karena melihat Bianca mengerjap kebingungan. Liam memilih untuk menyingkir dari kedua wanita yang tampaknya membutuhkan ruang untuk berbicara.
"Kamu memanggilku apa, Lau?" tanya Bianca masih bingung. Sikap Liam yang terkesan dingin terpatri dalam ingatannya. Namun, dia mencoba untuk mengenyahkan itu sekarang.
"Aku minta maaf karena telah membuatmu terluka. Semua salahku hingga kamu kembali masuk rumah sakit. Aku bersyukur kamu dan bayimu baik-baik saja. Namun, maaf kamu harus bad rest untuk sementara waktu," jawab Laura.
Gadis itu menggenggam tangan Bianca. Tidak ada perkataan sinis yang selalu terlontar di bibir Laura. Kini, gadis itu menangis di depan Bianca yang membuat wanita hamil itu panik.
"Jangan menangis, Laura. Aku tidak apa-apa. Tolong jangan menangis seperti ini, Laura. Kamu tidak salah," balas Bianca panik.
"Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri bila terjadi sesuatu pada keponakanku. Maaf, aku salah dalam menilaimu," ucap Laura masih terus terisak.
Beruntung, Bianca terselamatkan karena perawat membawa nampan makanan untuknya. "Silakan di makan sarapannya, Nyonya," ucap sang perawat.
Laura dengan sigap membantu Bianca untuk menyiapkan sarapannya. Namun, Liam menyuruh adiknya untuk menyingkir. "Carilah sarapan di luar, aku ingin sarapan juga. Biar Bianca aku yang mengurusnya," perintah Liam.
Pria itu mengambil alih hal yang dilakukan Laura. "Buka mulutmu," ucap Liam.
Pipi Bianca semakin merona merah, terlepas dari sikap dingin Liam. Pria itu peduli pada dirinya. "Makan yang banyak, aku tidak ingin kamu kurus seperti ini. Kamu sedang mengandung anakku, jadi kamu harus memperhatikan asupan gizi untuknya," ujar Liam.
Bianca hanya mengangguk mendengar ucapan Liam. Dia senang akan perhatian sang suami. Namun, kegiatan mereka terhenti karena sebuah notifikasi pesan yang berbunyi. Liam tetap melanjutkan kegiatan menyuapi Bianca.
Setelah sarapan Bianca habis, baru dia membuka ponsel yang di dalamnya tertera pesan dari anak buahnya. Cukup lambat mereka menemukan keberadaan Ivanka, pasti perempuan itu sudah mengira Liam akan mencari keberadaannya.
"Saya sudah menemukan keberadaan Ivanka, Pak. Sesuai perintah Anda, kami sudah mengamankannya di tempat yang Anda inginkan." Isi pesan dari anak buah Liam telah dia baca.
Segera, Liam memberitahukan pada James. Dia akan menyusul bila Laura telah menjaga Bianca. Tidak ingin dia meninggalkan sang istri sendirian di saat seperti ini.
"Pesan dari siapa?" tanya Bianca penasaran karena melihat perubahan dalam mimik Liam.
"Bukan dari siapa-siapa. Minum obatnya!" perintah Liam pada sang istri sambil menyodorkan obat yang tadi diberikan oleh perawat bersamaan dengan sarapan pagi.
Tak lama, Laura datang dengan wajah sudah mulai ceria. Dia senang hubungannya dengan Bianca cukup membaik. "Makanlah, Kak," ujar Laura.
"Aku ada urusan, kamu harus menjaga Bianca. Bila ingin keluar meninggalkannya, berikan pesan pada sekretarisku. Nanti, dia akan datang menggantikanmu." Liam berdiri kemudian mengusap kepala Bianca.
"Aku akan kembali," ucap Liam kemudian meninggalkan Bianca yang tersenyum karena perlakuan hangat Liam.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca.
Ada saran hukuman untuk Ivanka? Novel ini masih cukup panjang karena masih ada konflik yang aku siapkan. Ikuti terus ya. ❣️