Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Debt Kolektor
Bara keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang sudah sangat segar setelah melalui drama ngambek si terong super jumbo miliknya. Bergegas ia berpakaian dan kemudian mencari Zizi di seluruh ruangan di dalam rumahnya tapi nyatanya hanya mamanya yang ia temukan di dalam dapur. Wanita itu sedang sibuk menata makanan di atas meja makan.
"Mama?"
"Ah iya Bar. Mama datang pagi-pagi bawain kamu sarapan." Maria menjawab seraya menunjuk semua makanan yang ia bawa.
"Makasih banyak ma, tapi kenapa harus repot-repot sih."
"Ya gak apa-apa. Kamu 'kan udah lama gak makan masakan mama."
"Ah iya sih, tapi aku udah makan pagi-pagi sekali. Dan sekarang aku udah mau berangkat kerja."
"Jadi kamu gak mau coba masakan mama?" Wajah Maria langsung berubah warna. Ia nampak kecewa. Dan ia yakin, semua ini pasti karena si Azizah Khumairah itu.
Bara hanya tersenyum. Terus terang ia sudah sangat kenyang tapi demi mamanya ia akan makan lagi meskipun mungkin akan terlambat.
"Baiklah, aku akan makan. Tapi gak banyak-banyak. Mama tahu 'kan aku terlambat."
"Iya gak apa-apa. Nanti mama akan kasih bekal untuk makan siang kamu aja kalo gitu."
"Gak perlu ma. Zizi yang..." Bara tak sadar menyebut nama Zizi yang sangat dibenci oleh sang mama.
"Oh jadi semua ini karena wanita kampung itu? Apa istri pilihan papamu itu yang mengurus semua kebutuhan kamu Bar?" tanya Maria dengan suara tercekat.
"Ma, bagaimana pun Zizi sudah jadi istriku. Jadi sudah sepantasnya dia yang ngurus aku."
"Apa? Dikasih makan apa kamu sama wanita itu heh? Kemarin kamu bilang gak setuju dan suka dengan pernikahan ini, lalu sekarang? Gayamu seperti orang yang sudah diberikan service di tempat tidur seperti papamu!"
"Ma?!" pekik Bara tak nyaman dengan perkataan wanita itu.
"Kenapa? Apa kamu sudah berhasil menikmati tubuh wanita pelakor itu? Sampai kamu semakin berani sama mama?!"
"Gimana rasanya? Pasti dia sudah tidak perawan 'kan? Dan herannya kamu kok suka padahal ada banyak wanita lain yang lebih cantik, sopan, dan terjaga seperti Dela!"
Bara menghela nafasnya kemudian meninggalkan meja makan. Ia tak ingin berteriak pada mamanya meskipun ia sangat ingin.
"Aku berangkat ma. Kalo mama mau keluar simpan kunci rumah di bawah pot bunga depan."
"Bara! Mau jadi anak durhaka kamu!" teriak Maria berusaha menghentikan langkah Bara yang sudah sampai di depan pintu.
"Kumohon ma. Jangan ajak aku berdebat lagi. Sudah aku bilang. Aku sudah menikahi Zizi dan tidak akan menceraikannya karena itu perintah papa agar semua urusan kita berjalan lancar."
"Kamu bodoh! Kamu 'kan bisa melawan dan menolak wasiat tak masuk akal itu!"
Bara hanya diam dan tak ingin berdebat lagi.
"Ceraikan dia Bar. Mama tak suka wanita itu. Dia telah merebut banyak hal dari kita. Papamu dan harta warisan itu."
"Coba kamu pikirkan baik-baik. Wanita itu hanya selingkuhan papamu yang ingin dilegalkan dengan kamu dijadikan sebagai tumbalnya. Seluruh harta papamu pun baru kamu bisa dapatkan kalau kamu menikahinya. Permainan macam apa ini?!"
"Wanita kampung itu bahkan mendapatkan jatah yang hampir sama denganmu, sedangkan mama saja tidak mendapatkan apa-apa. Bukankah itu sangat mencurigakan Bar?"
"Papamu lebih sayang padanya daripada kamu!"
Dada Maria naik turun karena berhasil mengeluarkan semua isi hatinya.
Bara hanya menghela nafasnya berat kemudian menutup kedua matanya untuk meredam perasaannya. Benar, kata mamanya. Papanya dan sebagian harta warisan yang sangat banyak itu telah didapatkan oleh wanita itu. Yang sampai sekarang belum ia tahu jawabannya.
"Mari Mama ingatkan semua fakta ini," ucap Maria lagi seraya mengeluarkan beberapa gambar-gambar Zizi dengan Hasan beberapa bulan yang lalu. Menyerahkannya pada Bara agar sang putra tak mundur untuk membalas wanita itu.
"Kamu lihat sendiri 'kan bagaimana wanita itu menggoda papamu? Dan sekarang, kamu yang juga akan digodanya agar kamu kalah!"
Bara merasakan rahangnya mengeras. Ia pun membuang nafasnya kasar dan meremas gambar-gambar itu dengan perasaan campur aduk. Setelah itu ia langsung pergi dari rumahnya tanpa berkata-kata lagi.
Maria menyeringai, ia sangat senang karena sepertinya Bara kembali terpancing untuk melakukan apa yang ia inginkan.
Wanita itu pun meninggalkan rumah Bara dan menemui Zizi lagi untuk lebih melengkapi tujuannya datang pagi-pagi buta seperti ini.
🌻
Bara tiba di Perusahaan dengan kondisi hati yang tidak baik-baik saja. Ia masih sangat kesal. Perkataan mamanya tadi ternyata cukup menganggu perasaannya sampai saat ini yang seharusnya sangat cerah.
Turun dari mobilnya, ia pun memasuki ruangan kerjanya dijemput oleh Devano beserta jadwal kegiatan yang cukup banyak untuk hari ini.
"Pukul 10 sampai pukul 14 bapak ada kegiatan di balai kota membahas tentang proyek pembangunan perumahan subsidi di kecamatan X. Setelah itu pukul 16 sampai 18 bapak ada acara di hotel X untuk launching program kementerian PUPR."
"Mana Zizi? Bukannya dia yang punya tugas-tugas ini Dev?" tanya Bara seraya membuka gadgetnya untuk memeriksa pesan-pesan yang masuk.
"Mbak Zizi minta izin lewat pesan singkat tadi. Katanya lagi pusing pak. Gak bisa masuk kerja katanya."
"Pusing? Kok bisa. Perasaan dia baik-baik saja tadi pagi."
Devano langsung tersenyum penuh makna.
"Mungkin lelah pak. Bapak mungkin terlalu memaksanya melayani bapak semalaman."
"Dev!" tatap Bara tajam. Devano langsung tertawa. Ia sudah tahu apa yang terjadi semalam. Bara memaksa Zizi untuk tidur di rumah pria itu dan ia punya mata-mata.
"Maaf pak. Tapi pesan aku, slow aja pak. Mbak Zizi itu milik bapak dan gak akan kemana-mana."
"Hey! Aku gak ngelakuin apa-apa padanya. Dia malah yang bikin aku pusing atas bawah."
Devano kembali tertawa.
"Jangan manjakan dia Dev. Gara-gara kamu, dia suka banget melawan dan bahkan menolak aku. Sok jual mahal dia!"
"Waduh. Kok aku yang disalahin pak?"
"Ah sudahlah, sekarang kita berangkat ke Balai kota. Kita berikan contoh yang baik pada pegawai pemerintah itu yang sukanya terlambat dalam setiap kegiatan!"
"Hahaha." Devano kembali. Bos nya ini memang adalah contoh pemimpin yang sangat disiplin dalam bekerja.
"Siapkan semua hal yang aku butuhkan Dev. Aku tunggu kamu di mobil!" ucap Bara kemudian segera berlalu dari hadapan Devano. Perasaan kesalnya sedikit menghilang jika ia sudah menghadapi pekerjaan.
"Maaf pak, bisa kita bicara?" tegur seseorang yang tiba-tiba saja menghalangi langkahnya yang sedang menuju ke Valet
"Anda siapa?" tanya Bara dengan tatapan serius pada wajah pria di hadapannya.
"Saya debt kolektor."
"Hah?!"
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀