Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 19
Pagi harinya semua berjalan seperti biasanya. Leina tidak lagi menunjukkan rasa marahnya, terlebih mereka tadi bangun tidur dengan saling berpelukan. Rasanya sungguh menyenangkan ketimbang kemarin saat mereka sedikit bicara.
" Mas, hari ini nggak usah nganter aku ya? Soalnya mau ke kawasan industri buat cek pabrik," ucap Leina setelah mereka selesai sarapan.
" Oke, sama Leon juga kan?" sahut Ravi cepat. Dia tidak akan membiarkan Leina pergi sendiri jika Leon tidak bersamanya.
Leina mengangguk, ini bukanlah alasan yang dicari-cari tapi dia memang ada rencana untuk pergi bersama dengan sang adik. Hari ini Leina ingin mengajari Leon perihal pabrik milik DCC.
" Lalu, Leon jemput kamu kemari atau kalian ketemu di kantor?"
" Ketemu di kantor aja Mas."
Ravi paham, dia tidak boleh terlalu over protektif terhadap Leina. Istrinya itu pasti akan menjadi tidak nyaman. Maka dari itu Ravi memutuskan untuk lebih melonggarkan sikap cemasnya. Dia ingin Leina merasakan kehidupan yang aman dan nyaman sesuai keinginannya. Bukannya tertekan dengan sikap yang Ravi tunjukkan.
Satu hal lagi, dia berharap dengan cara ini Leina lambat laun akan mengurungkan niatnya untuk pergi. Maka dari itu, Ravi akan menggunakan banyak cara agar Leina nyaman hidup bersamanya. Ia akan membuat Leina merasa terbiasa akan kehadirannya. Meskipun itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi Ravi sudah bertekad untuk melakukan itu semua.
" Ya udah kalau gitu aku duluan berangkat ya Mas." Leina berpamitan, ia meraih tangan Ravi dan mencium punggung tangan tersebut dengan hikmat. Sedangkan Ravi, dia meraih tubuh Leina lalu mencium kening sang istri dengan lembut. Ia juga mengusap lembut kepala Leina dan mendoakan agar apa yang akan dilakukan Leina berjalan lancar.
Ceeees
Hati Leina seakan disiram dengan air es, rasanya sejuk dan menyegarkan. Dadanya pun berdebar hebat, meskipun ia tahu bahwa kata-kata Ravi itu tulus tapi dia berusaha untuk tidak memasukkannya ke dalam hati. Dia berusaha menganggap semua ucapan Ravi hanyalah sekedar kata-kata.
Leina bergerak cepat masuk ke dalam mobil. Dia tidak ingin degupan jantung yang begitu kencang itu terdengar oleh Ravi.
" Nggak, nggak boleh ngerasa nyaman. Aku nggak boleh punya perasaan lebih ke Mas Ravi. Ingat Mas Ravi cuma melakukan kewajibannya sebagai suami dan juga wali dari pasien."
Sepetinya Leina berusaha mengingkari perasaannya. Dia bahkan juga berusaha membuat dinding penghalang diantara dirinya dan Ravi.
Leina cukup tahu dan juga bisa merasakan bahwa apa yang dilakukan Ravi bukan hanya sekedar kewajiban. Bohong jika dia berkata demikian. Tapi dia terus denial dengan situasi tersebut.
Sebagai seorang wanita, perasaannya jelas cukup peka. Hatinya cukup bisa merasakan bentuk perhatian lain yang lebih dari sekedar teman dan juga lebih dari sekedar tanggungjawab.
Tanpa terasa Leina sudah sampai di parkiran gedung DCC. Dan di sana sudah ada Leon yang berdiri menunggunya.
" Mbak Na, pakai mobilku aja ya. Mbak Na pindah ke sini. Oh iya, sama Mama dibawain makanan tuh."
Mata Leina berbinar, ia cukup merindukan makanan buatan tangan sang mama. Maka dari itu Leina pun berpindah cepat ari mobilnya ke mobil Leon.
Leon pun tersenyum kecil, rasanya menyenangkan jika melihat Leina yang bertingkah seperti anak kecil. Meskipun terkadang dia kesal karena sikap Leina yang keras saat mengajarinya, tapi bagaimanapun Leina merupakan kakak yang baik. Leon juga begitu menyayangi Leina.
" Emang belum sarapan?"
" Ehmm, udah belum ya tadi. Lupa, tapi nggak ada salahnya kan, meskipun udah sarapan terus makan lagi."
Leon mengerutkan alisnya, bagaiman bisa Leina tidak ingat dia sudah sarapan atu belum, padahal belum ada juga satu jam dari rumah ke DCC.
Adik lelaki Leina itu hanya menggelengkan kepalanya pelan, dia beranggapan bahwa Leina saat ini sedang bercanda. Tanpa Leon tahu bahwa Leina benar-benar lupa apakah dirinya tadi sudah makan atau belum.
Sepanjang perjalanan menuju ke kawasan industri, Leina terus memakan bekal yang dibawakan oleh Leon. Tapi sesekali Leina merasa kesusahan ketika menelan sehingga membuat Leon panik.
" Mbak Na, makannya jangan buru-buru. Nggak akan ada yang minta. Sampai kesereten gitu sih. Untuk aku selalu sedia air mineral."
Dugh dugh dugh
Leina memukul-mukul dadanya pelan, ia lalu mengambil air mineral kemasan botol yang ada di bangku belakang.
Gluk gluk gluk
" Alhamdulillah, ini karena saking enaknya makanan buatan Mama," uap Leina sembari tersenyum. Namun setelah itu ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Melihat jalanan dan gedung-gedung bertingkat.
" Apa sudah muali di tahap ini? Atau hanya kebetulan aja begini?"
Leina bicara dalam hati, ia ingat salah satu tanda dari perkembangan penyakitnya adalah kesulitan menelan, tapi selama ini dia masih baik-baik saja dan baru kali ini dia mengalami ini.
" Semoga tidak terjadi secepat ini. Masih banyak hal yang belum aku selesaikan. Masih banyak pekerjaan rumah yang belum rampung. Aku nggak boleh tumbang secepet ini. Aku masih ingin lihat Papa, Mama dan Leon lebih lama. Aku juga masih ingin membalas sikap baik Mas Ravi. Setidaknya sebentar lagi, izinkan aku sebentar lagi mengingat kenangan manis bersama mereka ya Allah."
Mata Leina berembun lalu menggenang. Rasanya genangan itu akan tumpah, tapi dia berusaha keras menahan. Leina tidak ingin adiknya tahu. Dia tidak ingin Leon curiga lalu bertanya hal yang macam-macam.
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍