"Cih! Aku tak kan pernah mau menikah dengan lelaki yang sudah tua. Apalagi umurnya hampir sebaya dengan bapak ku."
Batin Nisha seakan tak terima saat mata liar Ridwan memandang kemolekan tubuh nya dengan penuh nafsu.
Nisha terpaksa melayani nafsu bejat pria setengah baya itu untuk membayar hutang ibu nya.
Semua tragedi hidup Nisha, berawal dari hasrat Ridwan yang ingin memperistrinya.
Pria itu cemburu buta saat Nisha tampak berduaan dengan kekasihnya Farel. Ridwan pun menuntut Nisha untuk membayar semua hutang budi yang pernah ia berikan pada Nisha dan keluarganya dengan cara ia harus menyerahkan tubuhnya pada Ridwan.
Nisha pun hamil di luar nikah dan terpaksa menikah dengan Ridwan. Lelaki tua yang tak di cintainya.
Bagaimana nasib Nisha selanjutnya ?
Jangan lupa kepoin ceritanya y 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHASIA YANG TERBONGKAR
Cuaca yang panas terik di siang hari membuat langkah Nisha semakin gontai. Ia menatap sayur mayur yang ia tenteng di kedua tangan nya. Sayur-sayur itu mulai layu dan kering karna cuaca panas yang menyengat. Hasil jualan nya hari ini tidak seberapa karna Nisha sudah datang kesiangan untuk berjualan di pasar.
Dengan tubuh yang lunglai, Nisha berjalan menuju sebuah warung untuk membeli minuman. Tenggorokan nya yang kering sedari tadi mulai terasa haus.
"Buk, air mineral nya satu!" ujar Nisha pada pemilik warung.
"Hei, nak Nisha. Untung mampir kesini!" ucap si ibuk pemilik warung.
Wanita itu bergegas menghampiri Nisha dan memberikan sebotol air mineral.
"Ngomong-ngomong, suami nak Nisha kapan pulang nya ya?" tanya si ibuk.
Mata perempuan tua itu tampak menatap Nisha dengan tatapan penuh arti.
Nisha mereguk air minuman itu dengan cepat. Jelas sekali ia sangat haus.
"Emang kenapa buk?" Nisha bertanya pada si ibuk setelah ia selesai minum.
"Sebenarnya, ibuk tau dimana Ridwan sekarang berada." bisik perempuan itu pelan.
Raut wajah Nisha segera berubah. Ia tampak terkejut memandang ibu si pemilik warung.
"Ridwan itu kan suka nongkrong disini, jadi ibu tau betul siapa dia." ucap si ibuk lagi.
Nisha tertegun mendengar ucapan si ibuk warung. Sejak dulu ia memang tak pernah singgah ke warung itu untuk belanja karna jarak warung nya yang cukup jauh dari rumah Nisha. Tak di sangka, warung itu adalah tempat nongkrong Ridwan setiap ia mampir ke desa nya.
"Duduk lah, dari dulu ibu mau bicara sama kamu, tapi ibu gak punya kesempatan." Si ibu lantas mengajak Nisha duduk di warung nya. Nisha pun menurut, ikut duduk di samping si ibu Pemilik warung.
"Ridwan itu sebenarnya pengangguran. Setiap hari kerja nya menipu orang, main judi dan main perempuan. Kalau ia tak punya uang, dia berani hutang sama Rentenir, lintah darat, koperasi, bank dan banyak lagi yang lainnya. Kalau uang nya banyak, itu pasti hasil menang judi atau habis menipu orang. Apalagi kalau dapat kerjaan proyek, proyek nya di kerjain setengah, lalu dia kabur. Istri nya banyak, ada dimana-mana." Si ibu lalu bercerita panjang lebar tentang kepribadian Ridwan yang sebenarnya.
Dada Nisha bergemuruh kencang, ia merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar. Walau ia sempat menduga sedikit keburukan Ridwan tapi ia tak menyangka jika suaminya lebih parah dari yang ia duga.
"Maaf kalau ibuk baru bisa bercerita sekarang. Awal nya ibu tidak mau ikut campur urusan orang lain. Tapi setelah mendengar nasib mu yang susah dan terlantar ibu jadi merasa bersalah. Ibu baru tahu jika kamu menikah dengan Ridwan. Andai saja ibu tidak terlambat, mungkin nasib mu tidak seburuk ini." ucap Ibu pemilik warung itu tampak sedih menatap Nisha dengan raut penyesalan.
Satu persatu tetes airmata jatuh bergulir pelan membasahi pipi Nisha. Menyesal, sedih, terluka semua menjadi satu. Entah bagaimana ia harus mengungkap kan perasaan nya saat ini. Terlambat ! Semua sudah terlambat untuk di sadari. Nasi telah jadi bubur. Ia tak bisa memutar waktu untuk kembali.
"Ridwan itu punya istri nama nya Rani. Dia adalah istri pertama Ridwan. Cuma dia dan kamu perempuan yang di nikahi Ridwan secara sah sedangkan perempuan-perempuan yang lain hanya di nikahi secara siri. Dan sisa nya pasti cuma perempuan-perempuan satu malam pengusir kesepian." Ibu pemilik warung kembali bercerita.
Nisha mengusap airmata nya yang jatuh. Ia ingat dengan Rani, perempuan yang telah membuat dirinya keguguran sehingga Nisha kehilangan anak pertama dalam kandungan nya.
Meski ia merasa sedih kehilangan anak itu, namun ada sedikit kelegaan di hati Nisha. Andai saja anak itu masih hidup dan lahir ke dunia, ia pasti makin sedih dan tersiksa melihat penderitaan anak nya karna punya bapak yang jahat seperti Ridwan.
"Saat ini, Ridwan pasti bersembunyi di rumah Rani. Karna sejahat apapun Ridwan, Rani sangat mencintai Ridwan. Ia tahu bagaimana kepribadian Ridwan yang buruk. Tapi ia selalu melindungi Ridwan karna semua uang yang di dapat kan Ridwan, separuh nya pasti diserah kan pada Rani." lanjut nya kembali.
Si ibu lalu menghentikan cerita nya, kemudian ia menyerahkan sebungkus tisu pada Nisha.
"Hapuslah airmata mu. Kamu tak pantas menangis untuk nya. Dia bukan pria yang tepat untuk mu Nisha. Kamu masih muda, kamu masih punya kesempatan untuk mencari orang yang jauh lebih pantas untuk mu daripada penjahat itu." ucap nya prihatin.
Perempuan itu pun menepuk bahu Nisha lembut dan mengusap-usap punggung Nisha seakan memahami apa yang dirasakan oleh Nisha. Sorot mata nya memandang iba pada Nisha dan ikut bersedih. Tak kuasa menahan hati nya, Ia pun perlahan meninggalkan Nisha dan masuk ke dalam warung membiarkan Nisha sendirian larut dalam kesedihannya.
Setelah sekian lama duduk bersedih meratapi nasib nya, Nisha pun menyudahi kesedihan nya tatkala ada pembeli yang mendatangi warung.
"Buk, Nisha pergi dulu ya. Ini uang bayar minuman dan tisu nya tadi." teriak Nisha menaruh selembar sepuluh ribuan di atas meja warung.
Ibu pemilik warung buru-buru berlari mengejar Nisha yang hendak pergi.
"Gak usah Nisha, gak usah di bayar." ujar Si ibu dengan nafas tersengal-sengal seraya menyambar uang yang di taruh Nisha di atas meja dan menyelipkan nya kembali ke tangan Nisha.
"Ridwan kalau nongkrong di sini suka royal, ia suka kasih ibu uang kalau menang judi. Ambil saja, anggap itu pemberian ibu ke Nisha." ucap nya seraya mendorong tangan Nisha yang hendak menyerahkan kembali uang itu ke si ibuk.
Dengan canggung, Nisha pun terpaksa menerima kebaikan si ibuk pemilik warung. Ia tak sempat berterima kasih karna si ibuk langsung kabur melayani pembeli yang baru datang.
Nisha akhirnya beranjak pergi meninggalkan warung dengan hati lega.
Sedikit demi sedikit, rahasia kehidupan Ridwan mulai terbongkar. Latar belakang keluarga nya yang kata nya bagus dan kaya raya ternyata hanya isapan jempol. Semua kehidupan keluarga Ridwan tak ada yang baik. Ridwan beserta Kakak dan adik nya hanya lah sekumpulan orang-orang yang tak baik.
Selama ini Nisha mengira, ia adalah perempuan yang hina dan buruk. Namun ternyata, di luar sana masih banyak orang yang jauh lebih buruk dari nya. Hal itu membuat Nisha jadi lebih bersemangat dan termotivasi untuk merubah pandangan hidup nya tentang diri nya sendiri. Kepercayaan diri nya mulai tumbuh.
Ia yang selama ini lugu dan polos, gampang di tindas dan di rendah kan oleh Ridwan dan orang di sekeliling nya kini bertekad untuk merubah segala nya. Ia tak ingin lagi terlihat lemah tak berdaya.
Dengan langkah mantap, Nisha pun berjalan menyusuri jalan pedesaan sambil menenteng sayur mayur di kedua tangan nya.
"Sayur, sayur, ada yang mau beli sayur!" Ia pun mulai berteriak keras dan lantang menjajakan sayuran nya tanpa ada rasa malu yang terbersit di wajah cantik nya.
Nisha tak peduli apapun kata orang tentang diri nya. Saat ini ia harus bekerja keras untuk mencari uang, agar harga diri nya tak di injak-injak orang lain. Termasuk Ridwan, suami nya yang hilang entah kemana.
.
.
.
BERSAMBUNG.
Baca terus kisah nya ya 🤗