Terlahir cantik, kaya raya, cerdas, tapi selalu gagal jika berhubungan dengan percintaan, gadis baik-baik tapi selalu disakiti deretan pria yang pernah jadi pacarnya, dengan berbagai macam alasan, mulai dari yang masuk akal sampai yang paling menyakitkan.
Sampai akhirnya sesuatu yang rasanya tidak masuk akal pun terjadi, bagaimana bisa seorang wanita biasa, meskipun memang ia kaya, tapi tidak masuk akal dikejar-kejar oleh seorang selebriti papan atas.
Happy reading yeorobun 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
"Emang bener tuh anak om Levin, ngga perlu tes DNA lagi." gumam Alexandra melanjutkan pekerjaannya.
Ting....
Satu pesan room chat baru membuatnya menyipitkan matanya, ketika dibuka isinya cukup membuat Alexandra ternganga.
Apa?
Bagaimana mungkin?
Gawat ...
Se persekian detik setelah pesan terakhir ia kirimkan, ia cukup gemetar. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mengingat betapa powerfulnya ayah sahabatnya ini.
" Lex..."
"Lex..."
"Alexa... lu kenapa sih?", teriak Kiara yang sejak tadi sudah disampingnya.
"Haaa? Kia.. kita harus apa sekarang?", tanya Alexa dengan mimik takut.
"Maksud lu apa?"
Alexandra pun menunjukkan room chatnya dengan Jimmy Levin. Mata Kiara membulat sempurna, bagaimana bisa ayahnya tahu? Siapa yang mengambil foto itu? Tapi syukurlah Tommy tidak bisa dikenali disana.
"Ayo kita belanja." putus Kiara tiba-tiba.
"Belanja apaan? Lu kalo ngide pake otak dikit napa. Ini kita lagi dalam bahaya besar lu malah ngajak belanja setaang, maksud lu apaan?".
"Ikut aja anjir, ntar gua jelasin di jalan."
Mereka berdua buru-buru keluar gedung, Kiara menyeret Alexandra. Selama perjalanan Kiara menjelaskan rencananya, Alexandra yang tadinya panik dan pucat kini mulai manggut-manggut dan wajahnya kembali merona.
"Aohh... akhirnya. Lex gua laper, ayo makan dulu."
"Ngga. Kita selesaikan dulu. Selesai dulu baru lu boleh makan. Ayo." Kini gantian Alexa yang menyeret Kiara. Pemberhentian terakhir mereka adalah Klinik True Beauty, untuk menemui si calon mantunya Jimmy, Andreas Johansen.
"Permisi mba, Dokter Andre ada?", tanya Alexandra.
"Beliau sedang makan siang diluar, harap di tunggu sebentar ya mba. Sudah buat janji sebelumnya?", tanya wanita itu.
"Oh belum mba."
"Baik, boleh ditunggu dulu sebelah sana." ucap wanita itu lagi ramah sambil menjunjukkan sebuah Sofa dan meja yang terletak di sudut rusngan.
"Lex, lu balik aja ke kantor. Biar gua urus sendiri."
"Yakin lu ?".
"Iya, gua bisa."
"Bener ya. Kerjaan gua masih numpuk nyet, gua ngga mau lembur hari ini. Gua janjian sama cowo gua di apartnya."
"Giliran urusan yang begitu aja cepet lu." celetuk Kiara di jawab kekehan dari Alexa.
"Iya doong, soalnya cowo gua lebih gemesin dari cowo lu. Selamat berjuang bu dirut."
Lalu Alexandra pun pergi dengan mobil Kiara, sejujurnya ia kuatir apa yang akan dilakukan sahabatnya itu, tapi mendengar penjelasan dan effort Kiara yang masuk akal, sepertinya akan berhasil. Tinggal Andreas saja yang perlu di yakinkan.
Satu jam dua jam hingga sore harinya dokter Andreas belum kembali juga dari makan siangnya. Kiara sudah menghabiskan lima cangkir kopi untuk menunggu pria palsunya itu.
"Kiara... eh S-sayang...", seru Andreas yang muncul disaat Kiara sudah mulai stres. Kata sayangnya muncul belakangan karena ia baru menyadari masih ada pegawainya disana dan mereka sedang berdrama.
"Ndre...", serunya dengan tatapan memohon.
"Dokter, nona ini sudah menunggu sejak siang."
"Hah? Kenapa saya tidak dikabari?!", tersirat nada marah dalam suaranya.
"M-maaf dok, nona ini tidak ada buat janji, sesuai prosedur kita, harus menunggu dulu.", ucap wanita itu sedikit takut.
"Aku mau ngomong, Sayang. Ini penting banget." seru Kiara.
Akhirnya Andreas menuntunnya untuk masuk ke ruangannya.
"Ada apa? Manager itu ganggu kamu lagi?", selidik Andreas dengan nada tenangnya. Kiara terlihat bingung untuk mulai dari mana. Ia meremas pegangan paper bag yang berisi bukti palsu yang rencananya akan ia buat hari ini.
"Ada apa Kia? Bilang aja, aku ngga masalah."
"Ngg... A-aku mau minta bantuan kamu, Ndre."
"Bantu? Bantuin apa?"
"Tolong pakai ini dan foto bareng aku, please...", sambil menyerahkan paper bag berisi pakaian dan aksesoris persis seperti yang dikenakan Tommy di foto itu.
"Hah? Bentar-bentar, ini ada apa? Apa yang terjadi? Aku ngga paham Kia. Coba jelasin pelan-pelan supaya tahu aku harus apa."
Dengan mata berkaca-kaca ia menceritakan semua yang terjadi, mulai dari kedatangan Andre untuk memanas-manasi Senja, dan Andre palsu yang menginap berhari-hari dengannya di hotel, keliling kota, dan sebagainya. Ia juga menunjukkan bukti chat Alexa dan ayahnya. Ia sangat takut, benar-benar takut, ia bahkan di buntuti waktu itu. Ia tahu betul se powerful apa orang tuanya.
"Jadi, siapa cowo itu? Dari cerita kamu jelas sepertinya dia bukan orang biasa."
Dengan perlahan ia menunjukkan foto dirinya dengan sang pacar.
"Tommy? Tommy The Prince?!", Andreas kaget bukan main.
Jadi pacar dari gadis yang gua incar ini adalah Tommy?
Tommy The Prince?
Oh My God?
For real?
Pantesan semua member keluar dari klinik gua rupanya karena Kiara?
WTF... (Welcome To Facebook)
Ia butuh beberapa menit untuk mencerna semua yang dijelaskan Kiara di otaknya, bahwa semua ini benar.
"Okay. Jujur aku kaget. Aku speechless."
"M-maaf, Ndre. Aku udah libatin kamu."
"Kamu mau lindungin dia dari om Jimmy ya?". tanya Andreas dan Kiara menunduk dalam.
"Hati gua sakit Kiara." batinnya.
"Okay, ayo kita buat seperti yang kamu mau."
"Hah? Beneran?? Serius kamu mau? Seriusan, Ndre? Makasih pak dok, makasih..."
"Et... tapi ngga gratis, ada ongkirnya."
"Apa? Apa kamu mau minta apa?", semangat Kiara, tapi beberapa saat kemudian ia terdiam melihat ekspresi Andreas yang berubah sedih.
"Ndre..."
"Tolong bantu aku seterusnya, ayo kita bertindak seolah pasangan yang sangat bahagia, setidaknya didepan mama aku." nada suara Andre bergetar di ujung kalimat. Sementara Kiara dengan tenang menanti apa yang akan diucapkan pria pucat itu selanjutnya.
Mama aku sakit kanker otak dan udah stadium lanjut Kia. Jadi tolong bantu aku juga, waktu mama mungkin ngga lama lagi, jadi aku mau dia lihat aku bahagia dengan seorang wanita. Dia cuma minta aku kenalin dan bawa pacarku ke rumah. Kamu mau kan?".
Jelas Kiara mengangguk detik itu juga. Terlepas dari apapun alasannya mereka butuh saling menyelamatkan untuk sementara ini. Dimulai dari hal kecil, mereka mengganti nama kontak di masing-masing ponsel mereka.
Kontak Kiara di ponsel Andre
kontak Andre di ponsel Kiara
lalu disusul postingan di sosmed masing -masing
(Hong Hae In dilamar balik sama Baek Hyun Woo, tapi kita anggap aja itu Kiara sama dokter Andre, sunset-an di Wesmisnter ya gess ya)
Sementara seseorang yang baru saja selesai latihan tiba-tiba saja terjatuh dari kursi pendek itu. Matanya fokus menatap nanar hal yang baru saja trending di sosmed X. Siapa yang tidak syok jika menemukan pacarnya memposting sesuatu seperti itu.
Chris berlari ke arah Tommy, tapi ia terlanjur melihat postingan itu.
Rusak
Rusak Parah
Sapp.. Ia meraih hoodienya dan melangkah kasar.
"Kak mau kemana lu?", Shane menahan tangan Tomny.
"Ke Levin Corp, kemana lagi? Gua cape dipermainin terus kayak gini?"
"Yang permainin lu siapa?"
"Lu ngga liat? Kalo lu liat lu pasti sama sakit hatinya kayak gua."
"Gua udah liat. Itu orangnya juga udah nungguin lu di ruang rekaman." santai Shane.
"Hah?"
"Cepet sono, dia udah nangis dari tadi."
Tommy segera berlari menuju ruang rekaman yang kedap suara itu, seluruh lorong dan ruangan didekatnya sengaja di kosongkan. Perlahan Tommy membuka pintu berwarna abu gelap itu.
Happ... Satu pelukan hangat dan wajah kecil segera menghantam dadanya, diikuti isak tangis. Kombinasi perasaan bersalah, takut, dan bingung.
"Sayang... Aku minta maaf hiks." Kiara terisak dipelukan Tommy.
Marah yang tadi menguasainya perlahan turun dan terus turun ke titik terendah. Ia menepuk punggung yang gemetar itu.
"Kenapa? Ada apa?", tanya Tommy pada akhirnya setelah ia melihat Kiara lebih tenang dan sesegukannya tidak se-brutal tadi.
Tanpa mengurangi se titik koma pun, tanpa mengurangi atau melebihinya, Kiara menceritakan semuanya apa adanya, sesuai dengan keadaan sebenarnya.
"Aku harap kamu paham, Tom. Aku ngga bermaksud menakut-nakuti kamu, tapi aku cuma mau ngelindungin nama baik kamu, utamanya The Prince. Jadi tolong pahami. Aku ngga mau kamu disentuh papaku, satu pun dari kalian."
"Tapi sayang, aku ngga terima loh ya kamu pura-pura terus jadi pacarnya dia, apalagi sampe ketemu mamanya, pasti nanti bakal ada yang lebih serius lagi."
"Andreas ngga gitu, kamu tenang aja. Dia ngga sesuka itu ke aku."
"Kamu yakin? Dia bela-belain ke UK loh."
"Itu minusnya dia, agak random dikit."
"Janji ya?", seru Tommy dengan nada ragu.
Cup... Satu kecupan kecil mendarat di pipi kanan Tommy.
"Tahu ngga gimana syok nya aku liat postingan kamu."
"Aku yang buat aja syok, semua harus bener-bener meyakinkan untuk menenangkan si ayah obses itu."
"Hush... Itu papa kamu."
"Iya memang, tapi ngeselin tau ngga."
Cup... Tommy menempelkan bibirnya di bibir Kiara, cara yang menurutnya cukup sexy untuk mendiamkan mulut cerewet pacarnya, dan itu cukup berhasil.
"Baik-baik ya sayang, kalau ngga bisa sendiri, tolong jangan dipaksain, kamu ada aku. Aku bisa lindungi diri aku sendiri, jangan terlalu kuatir. Ingat janji kita di awal, kita harus bertahan, selama mungkin. Kalau bukan kamu maka berarti tidak. Ingat kalimat aku yang itu."
Kiara mengangguk dan membenamkan dirinya di pelukan Tommy yang hangat.
"I love you Tommy orang biasa." seru Kiara lirih.
Prianya tidak menjawab, ia hanya tersenyum sambil mengeratkan pelukannya, agar wanita kesayangannya itu tidak bisa kabur.
Se cinta itu
Se sayang itu
Tommy menyadari ternyata semua tidak seburuk dugaannya, tidak se sakit seperti yang ia perkirakan. Mungkin kedepannya akan lebih banyak tantangan dan ujian yang datang pada mereka, tapi ia yakin, ia memercayai wanitanya, dan ia yakin bisa bertahan jika bersama.
"I love you more ... Kiara."
.
.
.
Tbc ... 💜