Serra Valentino. Gadis itu tidak pernah menduga jika hidupnya akan berubah 180° setelah dijebak oleh kakaknya. Serra melewati satu malam bersama pria asing dan kehilangan mahkotanya yang paling berharga. Namun Serra berada di kamar yang salah. Dia tidur bukan dengan pria hidung belakang yang telah disiapkan oleh kakaknya, melainkan seorang penguasa.
"Menikahlah denganku, aku akan membantumu untuk balas dendam!!"
Serra kemudian menikah dengan laki-laki asing itu. Dan dia membantunya untuk membalas dendam pada keluarganya. Lelaki itu membantu Serra menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, rahasia besar pun terungkap jika sebenarnya Serra bukanlah putri kandung dari mereka yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya. Melainkan putri dari seorang wanita yang sangat kaya raya dan berpengaruh.
Lalu bagaimana hidup Serra setelah menikah dan menjadi istri seorang penguasa? Kebahagiaan atau penderitaan yang akan dia dapatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelaku Teror
Kepala-kepala itu tertunduk ketika Lucas berjalan melewati mereka. Tak ada yang berani mengangkat kepalanya bahkan ketika jaraknya sudah semakin jauh. Dan mereka baru berani mengangkat kembali kepalanya ketika pria itu pergi ke lantai dua bangunan megah bernuansa Eropa abad pertengahan tersebut.
Dua pria yang berdiri di depan pintu tinggi berpelitur elegan tersebut segera membungkuk saat menyadari kedatangannya. Keduanya lalu membuka pintu yang mereka jaga dan mempersilahkan Lucas untuk masuk ke dalam.
"Tuan Muda!!"
Semua yang ada di dalam ruangan itu langsung kalang kabut saat melihat kedatangannya. Bahkan ada yang sampai terjatuh dari sofa ketika hendak berdiri. 4 orang di dalam ruangan itu pun berdiri berjajar dan membungkuk hormat padanya.
"Maaf, Tuan Muda. Atas sikap kami yang sangat tidak sopan." Keempatnya membungkuk meminta maaf.
Lucas begitu dihormati dan disegani. Semua orang yang ada di sana membungkuk padanya. Entah apa kedudukan Lucas sebenarnya, sampai-sampai semua orang begitu tunduk dan takut padanya.
"Tidak usah berlebihan. Aku datang karena ada hal penting yang harus kusampaikan pada kalian berempat." Kemudian Lucas duduk disebuah kursi bersandaran tinggi dengan ukiran burung Phoenix emas di bagian diatasnya.
"Ada apa, Tuan Muda. Sepertinya sangat penting. Apa sesuatu sudah terjadi?" Tanya salah satu dari keempat pria itu.
Lucas mengangguk. "Aku ingin kalian bergerak secara diam-diam, selidiki siapa yang sudah mengirimkan teror ke kediamanku. Temukan secepatnya dan bawa mereka semua ke-hadapanku. Aku tidak peduli siapa pun itu, pelakunya harus mendapatkan pembalasan yang setimpal!!" Lucas menatap keempatnya bergantian.
"Baik, Tuan Muda," mereka menjawab dengan kompak.
"Lalu apakah luka-luka itu ada hubungannya dengan teror itu?" Tanya salah satu dari mereka melihat perban yang ditubuh Lucas.
"Ya, mata kiriku hampir saja buta karena kejadian itu." Ucapnya sambil menyentuh mata kirinya yang terbebat perban. "Siapapun pelakunya, tangkap mereka hidup-hidup tanpa terkecuali!!"
"Lalu bagaimana jika pelakunya ternyata orang yang selama ini dekat dengan Anda, Tuan Muda. Misalnya keluarga terdekat Anda sendiri, apa kami harus menangkapnya juga?"
"Ya, aku bilang tanpa terkecuali. Jangan sampai gagal, jika kalian tidak bisa menyeret mereka ke hadapanku dan 2X24 jam. Maka kalian semua akan menanggung akibatnya!!"
Mendengar apa yang Lucas membuat mereka panik dan gemetar ketakutan. Jangankan merasakan akibatnya, membayangkannya saja sudah membuat mereka takut sendiri. Dan lebih baik cari jalan aman saja, yakni dengan menangkap para peneror itu.
Dan dirasa sudah tidak ada urusan lagi. Lucas pun memutuskan untuk pergi dari sana. Mobil mewah miliknya lalu melaju pergi meninggalkan bangunan megah nan mewah yang terletak jauh dari pusat keramaian kota.
-
-
Serra dan si kembar serta beberapa penjaga mencoba memeriksa CCTV yang terpasang di bagian depan Mansion mewah tersebut. Dua dari mereka menyisir lokasi guna menemukan sesuatu yang mungkin bisa dijadikan petunjuk untuk menemukan pelaku di balik teror itu.
Sejauh ini tak ada benda apapun yang berhasil mereka temukan. Dia CCTV di lokasi juga mati, yang sebenarnya dirusak secara sengaja oleh pelaku.
"Bagaimana, apa kalian sudah menemukan petunjuk yang kita butuhkan?" Tanya Serra pada si kembar dan juga beberapa penjaga yang ikut menyisir bersamanya.
"Belum, Kakak Ipar. Kami belum menemukan petunjuk apapun. Sepertinya pelakunya sangat teliti sehingga tak meninggalkan jejak sama sekali." Ujar Deriel menimpali.
Tiba-tiba Daniel teringat sesuatu. "Tunggu sebentar. Ril, bukankah kau pernah menjatuhkan kameramu disekitar sini saat kita sedang membuat Vlog dan tiba-tiba ada Anjing liar yang datang mengganggu. Kau menjatuhkan kamera itu secara tidak sengaja disekitar sini, kalau tidak salah setengah jam sebelum mereka menemukan kotak misterius tergelatak begitu saja di depan pagar?!" ujar Daniel dan segera mengingatkan Deriel akan kejadian hari itu.
"Benar!! Saat itu aku melemparkan kameraku karena terkejut dan takut. Mungkin saja kita bisa menemukan petunjuk dari kamera itu." Seru Deriel.
"Tunggu apa lagi, kalau begitu cepat cari." Pinta Serra pada mereka berlima. Kelimanya mengangguk.
Serra berharap semoga kamera itu berhasil ditemukan dalam keadaan baik-baik saja supaya mereka bisa segera tau siapa pelaku yang sebenarnya. Dan Serra tidak akan tinggal diam sampai ia bisa menemukan pelaku teror itu.
"Kakak Ipar, aku berhasil menemukannya!!" Seru Deriel sambil mengangkat tinggi-tinggi kamera itu.
Serra dan Daniel menghampiri Deriel untuk melihat apakah kamera itu masih berfungsi atau tidak. Dan Dewi Fortuna benar-benar berpihak pada mereka bertiga. Kamera itu ternyata masih berfungsi dengan baik.
Rekaman di putar. Selama 45 menit pertama tidak ada tanda-tanda aneh yang memperlihatkan kedatangan si peneror. Namun di menit ke 50, tampak sebuah mobil hitam berhenti tak jauh dari Mansion itu, seorang pria yang sangat mereka kenal turun dari mobil tersebut. Ketiganya saling bertukar pandang, dengan refleks mereka semua memekik dengan keras.
"AXEL & KAKEK XIAO?!"
"Kakak Ipar, jangan beritahu Lu-Ge dulu ya. Aku memiliki sebuah rencana bagus untuk mereka berdua. Aku tidak tau apa yang akan Lu-Ge lakukan pada mereka berdua jika dia sampai tau bila mereka berdua adalah dalang utamanya. Lumayan, aku dan Deriel punya mainan baru dan ATM berjalan." Ujar Daniel.
"Betul sekali, sayang bukan jika ada hal sebagus ini tidak dimanfaatkan dengan baik." Sahut Deriel menimpali.
Serra menatap keduanya penuh tanya. Dia benar-benar tidak tau apa maksud si kembar mengatakan hal itu. Tapi sepertinya bukan sesuatu yang baik. Dan Serra mengangguk, menyetujui permintaan mereka berdua.
"Sebaiknya rahasiakan hal ini dari, Tuan Lucas. Aku ingin tau apa rencana bocah-bocah ini." Ucap Serra yang kemudian dibalas anggukan oleh para pengawal yang membantunya.
"Baik, Nyonya."
-
-
Lucas tiba di mansion mewahnya pada pukul 22.00 malam. Hampir seluruh lampu mansion dimatikan, menandakan jika hampir semua penghuninya sudah tertidur. Kecuali lampu-lampu kamar yang masih menyala terang. Lucas berjalan tenang menuju kamarnya yang ada di lantai dua.
Dan setibanya di kamar. Ia mendapati pintu penghubung balkon yang terbuka lebar, dan terlihat siluet Serra yang berdiri di sana memandang langit malam.
Lucas menyambar sebuah kain lalu membawanya ke balkon dan meletakkannya di bahu Serra, membuat wanita itu sedikit terkejut karena kemunculan pria itu yang tiba-tiba.
"Lucas, kapan kau pulang? Kenapa aku tidak menyadari kedatanganmu?" Serra berbalik badan dan menatap pria itu penasaran.
"Aku baru saja tiba, apa yang kau lakukan disini? Udara sangat dingin dan kenapa tidak memakai pakaian hangat sama sekali, bagaimana jika kau sampai masuk angin?" Serra terkena Omelan oleh Lucas karena keluar tanpa memakai pakaian hangat.
"Aku belum lama berdiri disini dan udara malam ini tidak sedingin itu,"
Lucas menghela napas berat. "Dasar keras kepala. Sebaiknya segera masuk, ini sudah malam, ayo tidur." Pinta Lucas tak ingin dibantah. Melihat tatapan dingin Lucas membuat Serra minder sendiri, wanita itu mengangguk patuh dan melenggang masuk ke dalam.
-
-
Bersambung.