NovelToon NovelToon
Happiness

Happiness

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fajarina

Aruna Gabriella, gadis sederhana yang mampu mengobati rasa sakit Fahri terhadap ibunya yang telah meninggalkan Fahri demi pria lain.

Mereka berdua sudah bersama sejak masih anak-anak, bahkan tanpa Fahri sadari Aruna diam-diam memiliki perasaan terhadapnya.

Akankah Fahri menyadari perasaan Aruna terhadapnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajarina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak sadarkan diri

“ARSYAD BANGUN. Kamu kenapa?” seru Tiara yang melihat cowok itu mengigau dalam tidurnya.

Arsyad terbangun dari tidurnya. Wajahnya tampak berkeringat. Tiara pun pergi ke dapur mengambilkan air putih untuk cowok itu. Setelah minum air putih itu baru Arsyad bisa menghela napas lega.

“Kamu bermimpi apa sampai seperti ini?” heran Tiara, karena tidak biasanya Arsyad seperti itu.

Sebenarnya tadi Arsyad bermimpi Aruna menciumnya dan dia tidak dapat menggerakan tubuhnya. Sementara di dekat jendela ada Tiara yang menonton mereka seraya menangis.

“Aruna dimana?” tanya Arsyad pada Tiara. Dia ingat tadi cewek itu datang ke apartemen.

“Aruna?” bingung Tiara yang tidak melihat keberadaan cewek itu di sana.

Arsyad ingat, tadi sebelum dia tertidur cewek itu ijin ke kamar mandi. Buru-buru dia mengecek kamar mandi diikuti oleh Tiara. Dia mengetok pintu kamar mandi memanggil-manggil cewek itu tapi tidak ada balasan.

Akhirnya Arsyad menyuruh Tiara untuk mengecek ke dalam. Betapa terkejutnya Tiara ketika melihat Aruna yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai kamar mandi. Dia segera memanggil Arsyad untuk membawa cewek itu ke ruang tengah.

“Badan dia dingin banget. Kita harus bawa dia ke rumah sakit Arsyad,” cemas Tiara buru-buru menelpon ambulan. Dia tidak tahu kenapa Aruna ada di apartemennya dan jadi seperti itu.

Tak lama datang beberapa orang petugas rumah sakit ke apartemen Tiara. Mereka segera membawa Aruna ke dalam mobil ambulan dan menuju rumah sakit.

“Kenapa Aruna kayak gini Arsyad?” prihatin Tiara mengusap-usap tangan cewek itu yang sangat dingin sekali. Saat ini mereka sedang di dalam mobil ambulan.

“Aku juga gak tahu. Tapi saat datang tadi keadaan dia seperti kurang baik, matanya merah seperti habis menangis. Dia ijin ke kamar mandi sementara aku membaca buku sampai ketiduran di ruang tengah,” jelas Arsyad menatap prihatin pada Aruna yang sedang tak sadarkan diri.

Setelah sampai sampai di rumah sakit. Aruna langsung dibawa ke ruang perawatan untuk di cek keadaanya oleh dokter. Selama menunggu di luar Arsyad teringat pada Fahri. Sepertinya dia harus memberi kabar tentang keadaan Aruna saat ini.

Tampak hp Fahri yang menyala dan berdering di atas nakas dekat kasur. Sebuah tangan dengan jari-jari lentik mengambil benda itu.

“Iya dengan siapa ini?” jawab suara lembut cewek itu pada penelpon.

“Halo bisa aku bicara dengan Fahri?” pinta Arsyad ketika yang mengangkat telpon itu bukan Fahri melainkan seorang cewek.

“Sepertinya sekarang tidak bisa. Dia sedang ada di kamar mandi. Katakan saja jika ada hal yang ingin kamu beritahu. Nanti akan aku sampaikan padanya,” tutur Wina menengok ke pintu kamar mandi.

“Begini, saat ini Aruna sedang berada di rumah sakit dan dokter sedang memeriksa keadaanya. Aku harap kamu memberitahu Fahri tentang hal ini.”

“Ah iya baiklah, nanti akan kuberitahu padanya,” balas Wina setelah sempat tertegun sesaat mendengar kabar itu.

“Terima kasih sebelumnya.”

“Ehm, sama-sama.”

Setelah menjawab seperti itu orang yang menelpon menutup sambungan telponnya. Beberapa saat setelah itu Fahri keluar dari dalam kamar mandi. Wina tersenyum tipis menyambut tunangannya itu.

“Siapa yang barusan menelpon? Tadi dari dalam aku mendengar kamu mengobrol dengan seseorang,” tanya Fahri seraya sibuk mencari pakaian di dalam lemari.

“Bukan apa-apa. Tadi temanku menelpon untuk mengajak jalan besok tapi aku bilang tidak bisa. Karena kamu tahu sendiri kan kalau besok kita berdua akan pergi ke toko kue yang baru buka itu?” jelas Wina meletakan kembali hp milik Fahri di atas nakas. Kemudian berjalan menuju lemari membantu mencarikan pakaian untuk cowok itu.

“Tentang ke toko kue itu. Apa tidak kapan-kapan saja kesananya? Sepertinya besok aku ingin istirahat di apartemen saja,” tutur Fahri seraya memilih memakai pakaian yang dia pilih sendiri dan bukan yang diberikan oleh Wina barusan.

Setelah memakai pakaian Fahri melangkahkan kakinya menuju kasur dan tiduran di sana. Wina hanya bisa tersenyum masam sembari meletakan kembali pakaian yang tadi dia pilihkan untuk Fahri dan ikut duduk-duduk di atas kasur.

“Baiklah jika besok kamu tidak bisa pergi. Tapi janji ya kapan-kapan kita akan ke sana bersama,” seru Wina bersemangat padahal perasaannya sedih.

Keadaan pun menjadi hening. Terlihat Fahri menarik selimutnya dan perlahan memejamkan mata untuk segera tidur. Sementara Wina masih di sana seraya menatap ke luar jendela memandang hujan salju.

Keadaan di luar sana sepertinya sangat dingin. Tapi tak sedingin dengan apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Tapi bukankah Wina sudah terbiasa dengan hal itu?

Dia beralih menatap pada Fahri yang sepertinya sudah terlelap. Meski bersama cowok itu namun terasa begitu jauh. Wina merasa hal yang dia inginkan sudah ada di depan matanya. Namun tetap saja, dia tidak mampu untuk menggapainya.

“Fahri waktu kecil apa kamu pernah membuat boneka salju saat musim dingin?” tanya Wina kembali menatap hujan salju di luar jendela dengan senyuman.

“Dulu saat musim dingin aku, kakak dan Aruna lebih memilih bermain perang bola salju,” sahut Fahri yang ternyata belum benar-benar sepenuhnya terlelap tidur.

“Pasti sangat menyenangkan ya. Dulu aku tidak punya teman. Jadi aku lebih memilih membuat boneka salju dan menggapnya sebagai temanku. Aku mengobrol dengan boneka salju itu seolah dia bisa mendengar dan berbicara denganku,” terang Wina tertawa geli malu sendiri menceritakan kisah masa kecilnya yang konyol.

“Fahri kamu itu mirip seperti boneka salju. Dingin, jarang bicara namun menggemaskan. Mungkin saja kamu hanya belum mencair padaku,” lirih Wina menatap pada Fahri penasaran respon dari cowok itu tapi sepertinya dia sudah tertidur.

Wina bangkit dari duduknya untuk menutup gordeng jendela. Karena Fahri bilang ingin istirahat besok jadi sepertinya cowok itu akan bangun agak siangan. Kalau tidak di tutup takutnya nanti malah membuatnya terbangun.

Dia tahu kalau cowok itu tidak bisa tidur kalau ada cahaya yang menggangunya. Setelah menutup gordeng jendela Wina beranjak pergi ke luar kamar itu.

Di sisi lain Aruna sudah di pindahkan ke ruang rawat inap. Keadaannya masih tidak sadarkan diri dengan selang infus melekat di tangannya.

Dokter mengatakan keadaan Aruna baik-baik saja. Tidak ada gejala penyakit serius. Dia jadi seperti itu akibat kedingan parah. Dengan perawatan intens kondisinya akan segera membaik.

“Kamu sudah menghubungi Fahri kan? Kenapa sampai sekarang dia belum datang juga ya?” ujar Tiara tidak hentinya mengusap tangan dingin Aruna agar menjadi lebih hangat.

“Tadi yang mengangkat telponnya bukan Fahri. Akan aku telpon lagi saja dia,” jelas Arsyad kembali menghubungi nomer milik cowok itu.

Di tengah tidurnya Fahri terusik dengan suara dering telponnya. Siapa juga yang malam-malam seperti ini menelponnya. Dia pun meraih hp nya di atas nakas. “

Iya ada apa Arsyad?”

“Dimana kamu sekarang Fahri? Saat ini Aruna sedang berada di rumah sakit tidak sadarkan diri.”

Mendengar itu Fahri langsung bangkit dari tidurnya terkejut. Dia langsung menanyakan alamat rumah sakit tempat Aruna di rawat dan bergegas pergi ke luar kamarnya hendak menuju ke rumah sakit itu.

1
Jihat Purnamasari
Biasa
Jihat Purnamasari
Buruk
Anonymous
.
Yuri Lowell
Bersemangat membaca lagi! 💪
🦩NEYRA 🐚
Thor, kamu membuatku tak sabar untuk membaca seri selanjutnya
Valito.C
Dahsyat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!