"Aku katakan kepadamu jika kamu menyukai seseorang lebih dari 4 bulan itu artinya kamu mencintainya bukan lagi sekedar suka! "
seseorang telah mengatakan hal itu kepadaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miyunli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telat
"Eh kamu tahu nggak pemilik akun sosial media ini? Dia bilang tinggal di pulau ini loh. Lihat cara dia bermain piano, lembut sekali meskipun dia pakai sarung tangan. Jarinya seperti cowo apa cewe menurutmu? "
"Yumi tidak pintar menebak" menggeleng kepalanya.
"Yumi? Kamu kok bisa ada disini? Sejak kapan?" Tanya Ayhel terkejut tidak menyadari yang duduk disebelahnya bukan Marsya teman semeja nya.
Bus pribadi penjemputan murid SMA pagi ini belum datang. Rute penjemputan dimulai dari pusat yaitu Divisi mawar baru ke Divisi Tulip. Selama perjalanan bus juga sering berhenti di tepi jalan untuk menjemput beberapa siswa yang orangtuanya memiliki usaha tanpa bekerja sebagai karyawan perusahaan ini.
"Sejak.....tadi kamu menanyakan akun sosial media punya siapa tadi? Ya... Itulah". Menunjuk ponsel dalam genggaman Ayhel.
" Oh... Terus ngapain kesini?" mengernyitkan keningnya.
"Mau tanya kegiatan shalawatan di divisi ini. Katanya kamu yang mimpin"
Kegiatan shalawatan di divisi anggrek sudah berlangsung kurang lebih 4 bulan. Selain latihan shalawatan kegiatan lain juga dilakukan. Seperti tadarus Al-Qur'an, memberi santunan ke panti asuhan dan kegiatan lainnya yang bermanfaat.
Kegiatan ini bebas di ikuti oleh siapa saja, kebanyakan dari usia remaja yang mempunyai semangat tinggi. Adapun beberapa anak-anak yang ikut serta agar memiliki kegiatan masyarakat. Selain itu ada beberapa orang tua yang ikut mendampingi dalam kegiatan ini. Mereka membantu mengajarkan cara memainkan rebana dan kegiatan lainnya juga.
"Kegiatannya seminggu 2 kali untuk harinya malam minggu dan malam kamis. Remaja di divisi sini kebanyakan ikut sih bahkan anak SD dan SMP ada juga yang ikut. Tapi kegiatan ini nggak wajib kok kamu boleh nggak ikut kalo emang kamu nggak minat"
"Oh... Nanti aku hubungi kamu lagi deh. Aku sudah save nomor kamu kok"
"OK" Membulat kan jarinya membentuk huruf O.
***
Suasana gaduh di pagi hari terjadi di halaman depan rumah. Bian sedang membaca buku sementara Mita sedang duduk menemani suaminya dengan memainkan ponselnya. Datanglah anak semata wayang mereka dengan tampilan yang belum rapi padahal dia hendak pergi sekolah.
"Jam berapa sekarang Pah? " Tanya Rezza sembari memakai dasi.
"Jam 07.25 " Jawab Bian.
"Aduh telat banget ini... "
"Kamu mau pake motor? " Tanya Mita
"Iya, biasanya juga gitu kan mah"
"Hari ini kamu naik mobil biar Kadi yang antar! "
"Mah... Pak Kadi kalo bawa mobil nggak bisa ngebut ini udah telat loh aku."
"Sekarang musim kemarau, Orang-orang sudah pada kerja. Kendaraan banyak yang beroperasi. Debu dimana mana, Mamah nggak mau kamu sakit. Mulai sekarang kalian nggak boleh main PS malem lagi!! " Tegas Mita.
"Kalian? " Ucap Bian.
"Iya termasuk Papah! "
Bian menatap Rezza untuk segera minta maaf kepada mamahnya. Mita beranjak dari duduknya merapikan penampilan anaknya. Menyisir rambut Rezza dengan jari-jari lentiknya.
"Musim kemarau aku nggak boleh bawa motor. Musim hujan aku juga nggak boleh bawa motor. Jadi aku boleh bawa motor di musim apa mah?"
"Musim salju! " Jawab Mita dengan tawa.
"Mamah becanda nih, Untuk hari ini aku naik motor dulu ya mah. Kalo aku capek atau males baru naik mobil. ya??"
"Kalo mau naik motor, pake kacamata, jaketnya jangan lupa, terus hati-hati, pakai helm meskipun jaraknya nggak begitu jauh. Terus bangunnya lebih pagi, Nggak ada tuh habis shalat subuh tidur tidur lagi. Ini yang bikin kamu telat. Kalo nggak kamu naik bus aja deh kayak yang lain" Menakuti.
"Oh bisa bisa. Rezza bisa kok hehe"
Rezza bersiap pergi ke sekolah. Dia merapikan kembali penampilannya. Kemudian menunggangi motor sport miliknya.
"Rezza pamit assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam hati hati "
"Papah sih, harus disiplin ke anak. Baca buku boleh, tapi tidur juga penting. Pantesan mamah sering dengar Rezza tidur di kelas." Kembali duduk di kursi nya.
"Hah? Beneran? Tapi tadi mamah bilang gara gara PS? Kok sekarang nyalahin buku? "
"Iya keduanya"
"Ya nanti papah nasehatin" Menyeruput kopinya yang sudah dingin sejak tadi.
Membaca buku sudah menjadi hobi Bian dari kecil, sehingga di menurunkan kebiasaan ini kepada Rezza. Bian sering membelikan berbagai jenis buku. Bahkan di rumahnya terdapat ruangan penyimpanan buku seperti perpustakaan. Buku dari Rezza kecil yang di belikan ayahnya masih tersusun rapi. Tidak heran jika Rezza sering tertidur di ruangan itu.
***
Pelajaran sudah di mulai namun Rezza belum sampai.
"Tumben Rezza belum datang? Biasa telat tapi tidak setelat ini." Ucap Silvi gelisah.
Rezza mengendarai motornya dengan kencang. Namun dia tiba-tiba berhenti karena merasakan ada yang tidak beres dengan motornya.
"Ck.. Bocor lagi! Mana masih jauh, ini mah belum ada setengah perjalanan"
Rezza melihat jam di ponselnya sembari melihat sekeliling jalan yang terlihat sepi.
"Sudah jam segini aku harus merelakan pelajaran pertamaku. Aku akan mulai dari pelajaran yang kedua setelah istirahat saja. "
"Siapa yang harus ku hubungi? Masa iya Pak kadi, aku kan sudah menolaknya tadi didepannya. Tunggu sebentar deh barangkali ada yang lewat"
Rezza duduk di tepi jalan, dia gregetan memegang ponselnya. Ingin sekali menghubungi seseorang untuk membantunya. Tidak mungkin dia menghubungi Agastya teman sekelasnya yang sedang belajar.
***
"Arghhh... Tidak ada yang lewat satupun!! "
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara motor yang mulai mendekat. Seseorang menggunakan motor matic datang menghampiri Rezza. Dia menepi ke jalan ingin membantu Rezza.
"Ada apa dengan motornya? "
"Bocor Pak"
"Kamu mau pergi ke sekolah? Mari saya antar ini sudah telat loh" Ucap Henri(ayah Yumi).
"Terus motor saya gimana? Saya nggak mau ninggalin disini, nanti kalo diambil orang? "
"Ya sudah nak Rezza bawa motor saya saja ke sekolah, nanti motor nak Rezza biar saya yang urus".
" Bapak kok tahu saya? Bapak bukan begal kan? Atau jangan-jangan bapak mau tuker motornya ya? " mencoba Menebak.
"Saya nggak punya pikiran seperti itu nak Rezza, ini nama saya, disini saya juga sebagai karyawan ayah kamu. Kamu bawa motor saya dulu nanti teman saya datang kesini buat bantuin tambal bannya. Terus kalo sudah beres langsung saya antar ke rumah utama ya! " Menunjukan nametag di bajunya supaya Rezza percaya.
"Jangan Pak, taruh rumah bapak saja. Nanti biar saya ambil. Terus bapak kerjanya pakai apa? " Menjawab dengan cepat, jika tidak yang ada malah orang tuanya tambah tidak ngebolehin Rezza bawa motor.
"Karena nak Rezza penginnya begitu ya boleh saja. Untuk kerja hari ini saya harus membuat laporan jadi kerjanya di rumah, pengecekan kebun sudah saya lakukan kemarin"
"Oh... Ya sudah saya bawa motornya ya Pak, terimakasih. Oh ya Jangan bilang orang-tua saya kejadian ini! " .
"Iya saya mengerti" jawab Henri dengan menganggukkan kepalanya.
terimakasih sudah membaca karyaku ☺