Grace, gadis SMA yang bercita-cita menjadi musisi terkenal bersama bandnya, secara tidak sengaja terikat dalam takdirnya sebagai penjaga kitab penakluk arwah.
Maka dimulailah petualangan Grace yang ingin menjadi musisi ditengah permasalahan demi permasalahan yang harus dia hadapi sebagai penjaga kitab.
Mampukah Grace menggapai impiannya sebagai musisi terkenal sekaligus penjaga kitab penakluk arwah, Atau malah gagal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon icebreak20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20 : Trik terakhir (last)
Pagi harinya, Dwiki ditemani Sekar dan John beserta beberapa anggota kepolisian tengah memeriksa lokasi TKP tempat kematian manager Andi Jagat.
"Kenapa bisa dia yang jadi korban?" gumam John dengan nada bingung, sementara Sekar terlihat memperhatikan dengan seksama sekitar kerangka mobil yang hancur, dan tampak menangkap sesuatu yang aneh di kursi korban.
"Apa ada kemungkinan makhluk itu memang mengincar manager?" tanya Dwiki pada John yang pandangannya teralihkan ke Sekar, tampak wanita itu mendapatkan sebuah kantung kecil yang berada di bawah kursi.
"Kayanya.. Ada yang sengaja menjatuhkan manager Andi Jagat," ucap Sekar sembari menatap John serta Dwiki.
*********
"Apa-apaan ini," gumam Rico yang melihat berita di warung sebelum jalan ke sekolah.
"Masa beneran sih... Kalau sulap Andi Jagat ada hubungannya sama setan?" gumam salah satu pengunjung yang nonton.
"Lah, kan disini sudah ada korbannya kemarin, berarti harusnya bener to," jawab teman pengunjung itu yang didengar oleh Rico.
Dan sambil makan terlihat sesi wawancara antara Andi Jagat yang sedang sedih dan terpukul menerima kabar kematian managernya.
"Memang peristiwa ini cukup menyedihkan, namun ga akan merubah apapun, sulap puncak master Andi Jagat bakal dilakukan malam ini!" ucap Domi, teman Andi Jagat yang kini bertindak sebagai manager pengganti.
"Mantep! Wah wajib ditunggu ini, sulap master Andi bakal sukses atau gagal," ungkap penonton di warung itu.
"Tapi ngeri juga kalau nanti malah makan korban lagi," tambah temannya yang dibalas anggukan setuju penonton lainnya, menyisakan Rico yang membayar nasi pesanannya sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk mengungkap kasus kali ini.
Hingga di kelas Rico terus kepikiran tentang langkah apa yang harus ia lakukan.
"Rico!" panggil Grace tiba-tiba yang membuatnya terkejut karena dipanggil saat pikirannya kosong.
"Grace? Warna mata ini..."
"Tolong!" ucap Grace sambil memegang kedua pundak pemuda itu, namun sebelum ia melanjutkan ucapannya tiba-tiba ekspresi Grace berubah menjadi tersenyum sinis.
"Jangan sok pahlawan deh, siluman itu milikku," ucap Grace tiba-tiba yang membuat pemuda itu menatapnya bingung.
"Maksudnya?" tanya Rico balik pada Grace yang melepaskan tangannya dari pundak Rico lalu mulai berjalan melewati dia.
"Sekuat apapun kamu, level mu cuma para anomali tingkat arwah, kamu ga bakal bisa ngalahin para siluman atau mungkin iblis yang kasih kutukan ke gadis itu," ucap Grace tiba-tiba yang tampak menyinggung Rico, terlihat dari ekspresinya yang berubah kesal.
"Eh, gue ga tau lu dapat info dari mana, tapi lu ga berhak buat..." ucapan Rico terpotong begitu tiba-tiba tubuhnya terhempas begitu Grace memainkan tangannya membuat pemuda itu terlempar ke sudut lorong hingga menabrak dinding.
"Inget... Aku udah memberi peringatan pertama padamu," ucap Grace sebelum tiba-tiba tubuhnya melemas dan kembali tersadar dan kaget melihat Rico terkulai beberapa meter di depannya.
"Astaga Rico?!" teriak Grace yang mulai berlari menghampiri Rico, namun pemuda itu tampak menepis tangan gadis itu dan berjalan cepat menuju kelas.
**********
Di sisi lain, terlihat Andi Jagat tampak menatap lokasi tempat dia akan melakukan sulap.
Dan ga lama datang Dom yang bergegas menghampiri sahabatnya itu.
"Siap buat pertunjukan nanti malam?" tanya Dom dengan senyum sumringah, berbeda dengan Andi yang kini berbalik menatap dia sambil menggeleng dengan wajah sedih.
"Kenapa? Tiba-tiba demam panggung?" canda Dom pada Andi yang menggeleng dengan wajah sedih menatap ke luar.
"Aku ga bisa lagi Dom, engga setelah kepergian yudi," ungkap pria itu pada Dom yang menatapnya heran.
"Dengar Andi... Ada atau tidaknya manager, dia pasti ingin kita melanjutkan ini, ini mimpi kita ingat?!" ucap Dom mencoba menyemangati sahabatnya.
"Oh ya? Mimpi macam apa yang membuatmu sampai membunuh dia!" ungkap Andi dengan tatapan kesalnya.
"Apa maksudmu Andi..." tanya Dom yang kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulut sahabatnya itu, sambil berjalan mendekat Andi mulai menyudutkan pemuda itu.
"Kematian para fans yang sudah kuajak foto, lalu sekarang manager... Bukannya semua sudah jelas, ini ulahmu?!" tuduh Andi pada Dom yang kini di cengkram lehernya oleh sang pesulap, namun bukannya takut Dom malah tersenyum.
"Kalau aku jadi kau... Hal ceroboh kaya gini ga bakal kulakukan," jawab Dom sebelum tiba-tiba dibelakang muncul sang siluman yang menggunakan pakaian sulap dan langsung balas mencekik dan mengangkat Andi.
"Lakukan sulapmu Andi Jagat... Ini demi kebaikanmu... Kebaikan kita," ucap Dom mencoba memperingatkan Andi yang sedang dicekik dan tampak mengangguk takut sebelum dijatuhkan oleh siluman itu ke ranah.
Di tempat lain, terlihat John dan Sekar tengah membobol kamar hotel tempat Andi Jagat dan Dom tinggal selama di sana.
"Sesuai dugaan, bukan Andi jagat pemilik siluman itu," ucap Sekar yang sudah memeriksa seluruh isi lemari dan meja milik Andi Jagat,
"Yah... Kita sudah dapat pelakunya," ucap John yang mendapatkan sebuah kafan kecil yang ada di balik lemari Dom.
*******
Malam harinya, Rico bersama Erlang dan Carissa kembali datang ke tempat akan berlangsungnya pertunjukan.
"Rencananya sederhana, kali ini kita akan melindungi kedua remaja yang sudah diincar, saat sulap akan berlangsung gue bakal berusaha menggagalkan triknya, membuat siluman itu terpancing dan akhirnya bakal gue kalahin," ucap Rico pada Erlang dan Carissa.
"Rencana ceroboh lagi... Rico! Lu mikir ga sih kalau ngomong!" gerutu Erlang yang tidak digubris Rico.
"Tenang aja, rencana ini pasti berhasil," ucap Rico pada Erlang.
"Biarin Lang, sekarang fokus aja lindungi mereka," ucap Carissa mencoba menenangkan temannya, sementara Erlang yang melihat itu hanya bisa berteriak kesal dan mulai berpisah untuk mengawasi kedua remaja yang akan dijadikan tumbal sulap Andi Jagat.
"Hadirin sekalian! Sebentar lagi kita akan menyaksikan aksi sulap dari Andi Jagat!" teriak host acara tersebut, sementara di balik layar Dom sudah berdiri menunggu Andi Jagat agar siap tampil.
"Cepat Andi!" teriak Dom yang memanggil Andi dari balik panggung, sementara di dalam terlihat Andi Jagat masih gemetar karena mengingat peristiwa yang terjadi padanya.
"Ini ga mungkin... Selama ini aku sudah membuat mereka mati," ucap Andi Jagat sebelum tiba-tiba panggilan dan gedoran Dom berhenti.
"Dom?" panggil Andi dan saat membuka pintu ternyata keberadaan temannya sudah tidak ada disana, namun saat ia menoleh sosok siluman pesulap tadi secara mengejutkan muncul dan berubah menjadi asap masuk ke dalam tubuhnya.
"Kalau seperti ini kan gampang," ucap Domi senang, sementara Andi tampak berbalik dan tersenyum menatap pria itu.
Di tempat lain, terlihat Grace yang sedang bersiap tidur di kamarnya tiba-tiba berubah warna matanya dan mulai berjalan turun dari kamarnya.
"Grace... Kamu mau kemana?" tanya Kakek Wijaya yang ga sengaja melihat gadis itu berjalan menuju pintu keluar.
"Jalan-jalan kek," ucap Grace yang senyum sebelum keluar dan menutup pintu, meninggalkan sang kakek yang menatapnya bingung.
************
"Akhirnya mulai juga, Rudi siap-siap! Sekarang harus dapat berita yang bagus buat sekolah kita," ucap Anggika yang sedang duduk di dekat panggung, sementara Rudi yang ada disana sudah mengambil gambar kemunculan Andi Jagat dari balik tirai panggung.
"Selamat malam..." ucap Andi Jagat yang muncul sambil mengangkat kedua tangannya ke atas, dan seketika banyak burung merpati keluar dari balik tangannya, membuat gemuruh tepuk tangan para penonton.
"Kali ini, sulap yang akan ku tampilkan adalah, tarikan jiwa!" ucap Andi dan tiba-tiba seluruh lampu mati, menyisakan lampu sorot yang kini menyinari tubuh Andi.
"Wow!" ucap para penonton diikuti tepuk tangan, namun secara menakutkan bayangan Andi Jagat berubah menjadi sosok makhluk yang makin membesar.
Tepat sebelum tiba-tiba Rico berlari menuju panggung dan akan menangkap tubuh Andi Jagat, soalnya hanya dengan satu gerakan tangan tubuh Rico terdorong jauh ke belakang.
"Jiwa kalian... Milikku!" ucap Andi dan lampu sorot itu mulai membesar dan menampilkan bayangan para penonton yang seolah tertarik menuju bayangan besar tadi.
"Hei!" teriak sebuah suara dari samping panggung yang rupanya adalah Sekar dan John, lalu dengan sigap keduanya melepaskan tembakan ke arah Andi Jagat, membuat seluruh penonton terkejut dan berteriak.
Di sisi lain, Andi Jagat yang tertembak tampak bangkit dengan kondisi normal seolah tembakan tadi tidak berefek apapun padanya.
"Bahaya!" ucap John yang mendorong Sekar sebelum ia terhempas akibat gerakan tangan Andi Jagat.
"Komandan!" teriak Sekar, yang kini berhadapan dengan Andi Jagat ditengah riuh para penonton yang lari meninggalkan tempat itu.
"Jangan bergerak!" ucap Sekar yang menodongkan pistolnya, namun sebelum melakukan sesuatu, Domi tiba-tiba muncul dan langsung menendangnya.
"Cepat ambil jiwa mereka!" teriak Domi pada Andi yang kembali mengangkat kedua tangannya, namun kali ini Rico yang sudah bangkit langsung melompat dan meninju wajah Andi hingga terhempas jatuh, sedangkan Erlang dan Carissa ikut membantu dengan melawan Domi serta membantu Sekar berdiri.
"Kurang ajar!" geram Domi yang kini berhadapan dengan Erlang.
"Gue udah nahan kesel dari lama, untung dapat pelampiasan dari orang kaya lu," ucap Erlang yang mulai memasang kuda-kuda, melihat tingkah Erlang tentu membuat Domi kesal dan mulai berlari ke arahnya.
Beberapa kali Domi melayangkan tinju ke arah Erlang, namun semuanya dengan mudah dihindari olehnya, sebelum dengan sigap pemuda berkulit coklat itu membalas dengan dua tinju telak di wajah hingga dagunya, membuat pria itu ambruk.
"Uargggh! Lu bakal menyesal!" teriak Domi pada Erlang yang langsung meninju Domi hingga tak sadarkan diri.
"Jiwa-jiwa itu... Ga boleh sampai pergi," ucap Andi yang berjalan dengan gestur aneh, sembari Rico mulai bersiap menghadapi sang pesulap.
Dengan sigap Rico mulai berlari dan mencoba melayangkan tinju, namun saat itu sebuah kartu melesat mengiris pipinya hingga berdarah.
"Card trick!" ucap Andi Jagat yang mengeluarkan banyak sekali kartu ke arah pemuda itu, hingga membuatnya segera melompat menjauh sambil berusaha mencari celah.
"Minggir!" teriak suara di belakang Rico, dan ternyata adalah John, dengan senjata tipe shotgun ia terus menghujani Andi Jagat dengan tembakan, namun dengan mudah ia berubah menjadi merpati dan terbang menghindari tiap tembakan John, sebelum akhirnya kembali ke wujud semula dan langsung menendang John hingga terjerembab dan senjatanya ditendang menjauh.
"Sial," gerutu John yang melihat Andi mengeluarkan pisau dan akan menusuknya, namun Rico kembali menghadang dengan menendang punggung sang pesulap, dan langsung melayangkan tinju ke arah musuhnya.
Melihat ada kesempatan, John juga ikut membantu dengan memaksa bangun dan ikut meninju Andi Jagat, sesaat mereka berdua berhasil menyudutkan sang pesulap hingga tidak bisa mengeluarkan trik, sebelum akhirnya pria itu memuntahkan asap yang berubah menjadi sosok siluman.
"Awas!" teriak Sekar yang berusaha menembak, namun ketiganya dengan mudah dihempaskan dengan tangan panjang sang siluman.
Sambil tertawa makhluk itu mulai bergerak menuju Erlang dan Carissa, sebelum akhirnya langkahnya terhenti dan berbalik menatap sosok gadis yang berjalan dengan energi gelap.
"Grace..." gumam Rico yang melihat gadis itu perlahan mengangkat tangannya ke arah siluman itu, dan seketika sosok itu berteriak kesakitan.
Namun makhluk itu masih berupaya menyerang Grace yang malah tersenyum sinis dan memotong tangan makhluk itu dengan sebuah pisau yang tiba-tiba terbentuk di tangannya.
"Rupanya kau cukup punya nyali untuk menantang ku... Putri Cendana!" teriak Grace yang langsung bergerak mengiris tubuh siluman itu.
Terdengar suara pilu teriakan siluman itu yang membuat Rico, John, Sekar, serta Erlang dan Carissa terpaku melihat Grace yang dengan mudah membantai siluman yang menyulitkan mereka sejak tadi.
"Operasi pemusnahan siluman!" ucap Grace beberapa saat kemudian, disusul tumbangnya sang siluman yang perlahan berubah menjadi serpihan abu.
"Gadis itu..." gumam Carissa saat melihat Grace yang berdiri menatapnya tajam, dan membuatnya meringis memegang mata kirinya yang tiba-tiba nyeri, sementara Rico perlahan bangkit dan berjalan mendekati Grace.
"Sudah ku bilang kan... Siluman ini... Milik... Ku," ucap Grace yang tiba-tiba pingsan tepat di depan Rico, beruntung pemuda itu dengan sigap berhasil menangkapnya.
"Putri Cendana... Jadi benar sosok itu yang meredam energi Tiana," gumam Rico sembari menatap wajah Grace yang tidak sadarkan diri.
To Be Continued