NovelToon NovelToon
Tawanan Miliarder Posesif

Tawanan Miliarder Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Menantu Pria/matrilokal / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: ayu andita

follow aku di IG : ayu_andita28

Hutang 10 Milyar yang dimiliki orang tua Serenity Lily membuat gadis itu menjadi korban dari seorang CEO kejam. Dia menjadi tawanan sang CEO yang tampak marah dan dendam pada orang tua Lily.

Akankah Lily mampu terlepas dalam penjara yang dibuat oleh sang CEO atau justru terjerat dalam pesonanya. Sementara pria itu hanya menjadikan Lily sebagai tawanan!

Akankah Lily akan menemukan bahagianya atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 Kehancuran Alina dan Bram

Di sisi lain kota, Alina merasa frustrasi dan kesepian. Ia memutuskan untuk menghabiskan malam di club bar favoritnya untuk mengalihkan pikirannya dari kegelisahan yang menghantuinya. Berpakaian glamor dengan gaun merah yang menarik perhatian, Alina melangkah masuk ke dalam club bar yang gemerlap. Lampu neon berkelap-kelip, dan musik berdentam keras mengiringi setiap langkahnya.

Setelah memesan segelas wine, Alina duduk di bar, memandangi kerumunan yang menari dan tertawa. Ia merasa sedikit lebih baik saat menyesap minumannya, tetapi pikirannya masih saja berkecamuk. Tiba-tiba, ia melihat sosok yang tidak asing berjalan mendekat. Itu Bram, dengan ekspresi yang tampak sama-sama murung.

"Alina? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Bram dengan suara yang terdengar terkejut namun senang bertemu dengan seseorang yang dikenalnya.

Alina tersenyum tipis dan mengangkat gelas winenya. "Hanya mencoba melupakan masalah, Bram. Kamu sendiri?"

Bram duduk di sebelah Alina dan memesan minuman. "Aku juga sama. Banyak hal yang terjadi, dan aku butuh pelarian."

Percakapan mereka berlanjut dengan ringan, ditemani oleh beberapa gelas wine lagi. Alina dan Bram saling berbagi keluh kesah, mencurahkan perasaan yang selama ini terpendam. Tanpa mereka sadari, malam semakin larut dan minuman yang mereka konsumsi semakin membuat mereka kehilangan kendali.

"Kadang-kadang hidup ini memang tidak adil," kata Alina dengan nada mabuk, tertawa kecil meskipun hatinya masih merasa berat.

Bram mengangguk setuju, matanya mulai terlihat berkabut. "Benar. Kadang-kadang kita hanya butuh seseorang yang mengerti apa yang kita rasakan."

Mereka saling menatap, dan tanpa kata-kata, ada sesuatu yang tak terucapkan di antara mereka. Alina merasa tertarik dengan ketulusan dan kehangatan yang jarang ia temukan pada orang lain. Bram, di sisi lain, merasakan dorongan yang sama, mencari penghiburan dalam kehadiran Alina.

"Bagaimana kalau kita lanjutkan pembicaraan ini di tempat yang lebih tenang?" usul Bram dengan suara serak.

Alina hanya mengangguk, setuju tanpa banyak berpikir. Mereka meninggalkan club bar dan menuju ke apartemen Bram yang tidak jauh dari sana. Di sana, suasana menjadi lebih intim dan pribadi. Percakapan mereka berubah menjadi bisikan-bisikan hangat, dan tanpa mereka sadari, kedekatan fisik mereka semakin terasa.

Malam itu berlanjut dengan penuh gairah dan kehangatan yang tidak terduga. Alina dan Bram menemukan penghiburan dalam pelukan satu sama lain, mengisi kekosongan yang selama ini mereka rasakan. Mereka terjerat dalam momen yang terasa seperti pelarian sempurna dari semua masalah mereka.

Pagi harinya, Alina terbangun dengan perasaan campur aduk. Matahari sudah mulai menembus tirai kamar Bram, dan kenyataan mulai menyusup kembali ke dalam pikirannya. Ia menatap Bram yang masih tertidur di sampingnya, dan perasaan bersalah mulai merayap ke dalam hatinya. Apa yang telah ia lakukan?

Dengan hati-hati, Alina bangkit dari tempat tidur, berusaha agar tidak membangunkan Bram. Ia berpakaian cepat dan meninggalkan apartemen Bram dengan perasaan yang kacau. Di luar, ia menghirup udara pagi yang segar, tetapi pikirannya masih penuh dengan kebingungan dan penyesalan.

Alina berjalan pulang dengan langkah pelan, mencoba mencerna apa yang telah terjadi. Ia tahu bahwa ia harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya, tetapi untuk saat ini, ia hanya ingin melarikan diri dari kenyataan yang menyakitkan. Sementara itu, di apartemennya, Bram terbangun dan menyadari bahwa Alina sudah pergi. Perasaan hancur dan bingung meliputi dirinya saat ia memikirkan malam yang baru saja berlalu.

Pagi itu, di apartemennya, Alina tidak bisa berhenti memikirkan malam yang baru saja berlalu. Perasaan bersalah dan kebingungan menghantui pikirannya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong ke arah jendela. Cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar terasa begitu menyilaukan, seolah mengingatkannya pada kenyataan pahit yang harus dihadapinya.

"Bagaimana aku bisa melakukan ini?" gumam Alina pada dirinya sendiri. Ia tahu bahwa apa yang telah terjadi dengan Bram adalah kesalahan besar. Alina menghela napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian untuk menghadapi hari itu.

Di sisi lain kota, Bram juga merasakan kekacauan yang sama. Ia duduk di meja dapurnya, memandangi secangkir kopi yang sudah dingin. Pikirannya melayang-layang, penuh dengan penyesalan dan kebingungan. "Apa yang telah aku lakukan?" tanyanya pada dirinya sendiri, suaranya hampir tidak terdengar.

Bram tahu bahwa perasaannya terhadap Lily tidak pernah pudar, tetapi malam dengan Alina membuatnya semakin bingung. Ia memikirkan betapa rumitnya situasi yang mereka hadapi sekarang. Bagaimana ia bisa menghadapi Lily dan Xander? Bagaimana ia bisa menghadapi Alina lagi setelah ini?

Sementara itu, Alina memutuskan untuk tidak terjebak dalam perasaan bersalahnya. Ia mengenakan jaket dan keluar dari apartemen, berharap berjalan-jalan bisa membantu menenangkan pikirannya. Di tengah jalan, ia terus memikirkan Bram dan segala hal yang terjadi di antara mereka.

"Aku harus berbicara dengan Bram," pikir Alina. Ia tahu bahwa mereka perlu membahas apa yang telah terjadi dan mencari cara untuk melanjutkan hidup mereka masing-masing. Dengan tekad yang baru, ia mengirim pesan singkat kepada Bram, mengajaknya bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari apartemennya.

Bram menerima pesan Alina dan setuju untuk bertemu. Ia tahu bahwa mereka harus menghadapi situasi ini bersama, meskipun berat. Setibanya di kafe, ia melihat Alina sudah duduk di sudut ruangan, terlihat gelisah.

"Alina," sapa Bram dengan suara lembut, mencoba menenangkan kegelisahan yang tampak jelas di wajah Alina.

"Bram," jawab Alina sambil menundukkan kepala.

"Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Apa yang kita lakukan... itu salah."

Bram mengangguk pelan, merasa setuju sepenuhnya. "Iya, Alina. Aku juga merasa bersalah. Tapi kita harus menghadapi ini dengan dewasa."

Alina menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku tidak bisa membiarkan perasaan bersalah ini menghancurkan hidup kita. Kita harus jujur pada diri sendiri dan pada orang-orang yang kita cintai."

Bram menatap Alina dengan tatapan serius. "Aku tahu. Tapi ini tidak akan mudah. Terutama karena aku masih mencintai Lily."

Alina merasakan hatinya semakin berat.

"Aku mengerti, Bram. Dan aku juga harus jujur bahwa aku tidak ingin menjadi pelarian mulai karena cintamu hanya untuk Lily."

"Aku menyesalinya karena kebodohanku hal itu terjadi."

Mereka duduk dalam diam sejenak, membiarkan kata-kata mereka meresap. Akhirnya, Bram mengambil keputusan.

"Kita harus berbicara dengan Lily dan Xander. Mereka berhak tahu kebenarannya. Kita harus siap menghadapi konsekuensinya."

Alina mengangguk, meskipun hatinya terasa hancur. "Iya, Bram. Kita harus melakukannya. Tapi bagaimana kalau mereka tidak bisa memaafkan kita?"

Bram menggenggam tangan Alina dengan lembut. "Kita tidak bisa memprediksi bagaimana mereka akan bereaksi. Tapi kita harus melakukan hal yang benar. Itu satu-satunya cara kita bisa melanjutkan hidup kita tanpa penyesalan."

Dengan tekad yang baru, mereka berdua meninggalkan kafe dan bersiap untuk menghadapi kenyataan yang pahit. Mereka tahu bahwa mengungkapkan kebenaran akan sangat sulit, tetapi itu adalah langkah pertama yang harus mereka ambil untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mencoba menemukan kedamaian dalam diri mereka masing-masing.

Malam itu, Bram memutuskan untuk menelepon Xander dan memintanya bertemu. Suaranya bergetar saat mengatakan, "Xander, aku perlu bicara denganmu. Ini tentang sesuatu yang sangat penting. Bisakah kita bertemu besok?"

Xander yang merasa ada sesuatu yang tidak beres, setuju untuk bertemu.

Saat matahari terbenam, perasaan cemas dan tegang meliputi mereka berdua. Alina dan Bram tahu bahwa hidup mereka tidak akan pernah sama lagi setelah ini, tetapi mereka juga tahu bahwa kejujuran adalah satu-satunya jalan untuk menemukan kedamaian dalam kekacauan yang mereka ciptakan.

1
mbok Darmi
xander oon egois knp ngga mati aja sekalian saat kecelakaan bikin emosi
mbok Darmi
xander udah amnesia bikin kesel aja itu malah bikin masalah baru saat alina ada di mansion, lebih baik lily pergi saja biar kan xander hidup dgn alina yg ada kamu malah stress aku jamin xander akan lebih memperhatikan alina krn yg diingat hanya masa lalunya
Bivendra
lbh baik qm pergi ly jika dy mmg untukmu dy akan kembali dgn caranya sndri sdh ckup bertahan dlm kesulitan
kdg qt hrus pergi agar mengerti rasa kehilangan
Bivendra
aq kasihan bgt sm lily sllu menderita
merry jen
apa xanderr berubhh dingin gr gr Alina mnggllknn xanderr
Miss Apple 🍎
seru lanjut kak
Miss Apple 🍎
lanjut
Yanti Gunawan
gmn si ya sampe detik ini msh ga nyambung ktnya gak boleh jatuh cinta dn ada perjanjian trs knp tetiba ada kata mencintai oy
mbok Darmi
ternyata bram pecundang
Bivendra
enak aja ud sama2 bobo terus malah ninggalin gt aja
otak lu dmn bram
mbok Darmi
semoga alina hamil anak bram biar seru mau tdk mau alana hrs nikah sama bram demi anak yg dikandung nya
Miss Apple 🍎
nikah aja Bram dan Alina
Miss Apple 🍎
lanjut
Miss Apple 🍎
jangan tengok masa lalu
Bivendra
aq rada bingung sm xander n lily sllu
jwbn aq sayang cinta xander
kita akan melewati ini smw
tp lht lah
mading² sndri
Miss Apple 🍎: sama masih terbayang masa lalu keknya
total 1 replies
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
kasihan Lilu
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lamjut
Miss Apple 🍎
lanjutlah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!