Novel ini menceritakan kisah tentang sebuah perjuangan cinta antara Shanum Afnan Al-Farisi dengan Ziyad Adnan Al-Farisi. Keduanya merupakan pasangan beda negara hingga berhasil meresmikan status mereka menjadi suami istri. Diawal hubungan keduanya terlihat bahagia dan berjalan dengan lancar. Namun, kisah yang mereka impikan tak seindah yang mereka bayangkan setelah menikah. Kira-kira apa yang terjadi pada hubungan mereka? Penasaran? Baca kisah perjuangan cinta mereka sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irha Hussnain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Diusir dan Kecelakaan
Diluar kamar, Kayla merasa kecewa namun tetap merasa puas dengan rencananya. Dia berharap Ziyad secepat mungkin menceraikan Shanum.
Ziyad duduk di atas kasur sambil menenggelamkan kepalanya dikedua telapak tangannya sambil berpikir sejenak. Shanum pun ikut duduk disamping Ziyad tanpa berbicara apa pun dan masih shock dengan kejadian tersebut.
“Aku tidak bisa menerima ini. Maaf. Besok kamu harus pergi dari rumah ini dan kembali ke Indonesia. Aku mau menenangkan diri dulu.” kata Ziyad tiba-tiba sontak membuat Shanum tambah kaget dan terisak
“Besok pagi aku akan membelikan tiket untukmu dan paspormu kamu ambil sendiri kamu tahu dimana tempatnya” sambung Ziyad sambil berdiri dan bersiap meninggalkan kamarnya.
“ kamu mau kemana, Hubby?” tanya Shanum sambil memegang tangan Ziyad.
“Malam ini aku akan tidur di hotel” jawab Ziyad datar sambil melepaskan genggaman Shanum
“Hubby jangan tinggalin aku. Ini semua hanya kesalahpahaman dan ada yang hal penting yang ingin aku ungkapkan sekarang” ucap Shanum yang tak sanggup lagi menerima guncangan yang membabi buta.
“Cukup. Aku tidak ingin mendengar sepatah katapun lagi darimu”ucap Ziyad dan melangkah cepat pergi meninggalkan Shanum yang menangis tersedu-sedu dan sejadi-jadinya dan entah kapan dia bisa tertidur.
Dipagi hari, Shanum terbangun dari tidurnya dengan mata yang sangat sembab dan mencari keberadaan Ziyad di sampingnya namun harapannya pun sirna. Dia berharap semuanya hanyalah mimpi.
Saat berdiri dari kasur, matanya tertuju pada selembar kertas yang merupakan tiket pesawat berserta paspor miliknya sendiri dan beberapa lembar uang tunai.
Shanum pun segera mungkin mencari Ziyad di dalam rumah dan tanpa sepengetahuannya, Ziyad telah kembali dari hotel pada dini hari dan dia sendiri yang meletakkan tiket pesawat serta paspor milik Shanum.
Amarah yang membutakan Ziyad sehingga berbuat nekad untuk melepaskan Shanum. Wanita yang sangat dicintainya. Ziyad benar-benar benci pengkhianatan.
“Hubby. Kamu dimana? “ teriak Shanum sambil mencari Ziyad keliling rumah.
“Dia sudah pergi ke kantor” jawab mama mertuanya yang tiba-tiba muncul di depan Shanum
“Ma. Mama percaya sama aku kan? Ini hanya kesalahpahaman” ucap Shanum sambil memegang kedua tangan mama mertuanya
“Jujur mama sangat kecewa sama kamu Shanum. Mama sudah mengganggap kamu sebagai anak perempuan mama sendiri tapi dengan mata kepala mama sendiri melihatmu di kamar yang sama dengan Farhan yang notabennya adik sepupu suamimu sendiri . Ziyad telah mengatakan semua keputusan yang sangat berat di tanggung. Jadi mama mohon, jangan menyakiti anak mama lagi dan segera tinggalkan rumah ini. Ziyad berpesan jangan pernah menemuinya lagi jika kamu berniat ke kantornya” kata mama mertua Shanum sambil berjalan meninggalkan Shanum yang kakinya gemetar.
Selang beberapa waktu, Shanum memutuskan untuk tidak kembali ke negaranya karena tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada keluarganya serta tidak ingin membuat orang tuanya malu atas perbuatan yang dia tidak dia lakukan.
Shanum berjalan kaki entah arah tujuan. Dia tidak kenal siapa-siapa di Malaysia hingga dia memutuskan untuk mencari tempat penginapan yang dekat dan merencanakan rencana selanjutnya. Dia bisa saja menggunakan uang yang diberikan oleh Ziyad untuk memesan taksi namun dia berpikir untuk menabung uang ini untuk digunakan kedepannya.
Setelah beberapa menit berjalan kaki, Shanum mulai merasa kecapean dan kelaparan karena dia tidak makan apa pun dari tadi pagi. Dia pun mencari restoran terdekat dan setelah itu ia berencana melanjutkan pencarian tempat tinggalnya. Karena Shanum sekarang sedang mengandung, dia mudah sekali kecapean.
“Maafkan mommy sayang. Mommy tidak sempat mengatakan pada daddy jika kamu sedang tumbuh di perut mommy. Semoga secepatnya daddymu mendapatkan hadiah kejutan yang mommy sudah siapkan dan kesalahpahaman yang terjadi juga selesai dan mencari kita” ucap Shanum sambil memegang perutnya yang masih rata sambil tersenyum pahit.
Shanum berjalan tertatih sambil menarik kopernya dan menyeberang menuju restoran yang dilihatnya di seberang jalan dan tak lupa menengok ke arah kiri dan kanan. Namun karena saking capeknya dia tiba-tiba pingsan saat di tengah jalan dan pada saat yang sama, ada sebuah mobil sedan warna putih melaju dengan cepat dan menabrak Shanum sehingga dia terjatuh dan mengalami pendarahan di bagian kepala.
Pemilik dari mobil tersebut yang merupakan wanita paruh baya yang berumur sekitar 60 tahun meminta supirnya menolong perempuan yang ditabraknya. Wanita tersebut segera mungkin membawa Shanum menuju rumah sakit.
“Cepat Adam. Gadis ini mengalami pendarahan yang hebat di bagian kepalanya” ucap wanita tersebut sambil menutup kepala Shanum yang berdarah dengan sapu tangannya yang masih bersih.
“Baik Nyonya” jawab Adam yang merupakan supir pribadi dari wanita tersebut.
Setibanya di rumah sakit. Shanum segera dilarikan ke ruang IGD untuk perawatannya. Wanita paruh baya tersebut merasa gelisah dan bersalah terhadap gadis yang ditabraknya.
“Maafkan saya Nyonya. Gara-gara saya perempuan itu celaka” ucap Adam yang berada beberapa langkah dari tempat majikannya duduk.
“Jangan salahkan dirimu sendiri Adam. Ini bukan salahmu. Aku yang menyuruhmu untuk mengemudi dengan cepat” kata wanita paruh baya tersebut dan pada saat yang bersamaan ia mendapat telfon dari seseorang.
Setelah menerima telfon dari seseorang. Sang wanita paruh baya itu tidak rela meninggalkan gadis yang ditabrak supirnya tanpa mengetahui keadaannya tetapi dia memiliki rapat yang sangat penting di kantor pusat dan dia akhirnya meminta rapatnya ditunda dalam sejam.
Sesaat kemudian, dokter yang memeriksa Shanum keluar dari ruang IGD dan menyampaikan tentang keadaan Shanum.
“Apakah Anda keluarganya pasien?” tanya dokter kepada si nenek
“Iya dokter. Dia adalah cucuku” jawab wanita paruh baya itu tanpa basa-basi
“Cucu Anda mengalami pendarahan hebat dikepalanya dan bisa saja mengalami amnesia serta dia sedang hamil sekitar 3 minggu dan beruntung janin yang ada dalam kandungannya kuat sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.” ucap dokter dengan ekspresi yang serius
“Oh gadis ini sedang hamil muda. Kasihan sekali dia” ucap wanita paruh baya itu dalam hati
“Baik dokter. Tolong berikan perawatan yang baik untuk cucuku. Berapa pun biayanya saya akan membayarnya” sambung sang nenek dengan ekspresi iba.
Setelah melihat keadaan Shanum, wanita paruh baya itu pun segera menuju kantornya untuk urusan penting yang sempat ia tunda. Sebelum pergi, ia berpesan kepada perawat untuk menjaga Shanum setiap saat.
Tiga hari kemudian, Shanum sadar dari tidur panjangnya. Wanita paruh baya itu sudah berada di sampingnya sambil memegang tangan Shanum.
“Alhamdulillah kamu sudah sadar nak” ucap wanita paruh baya dengan senang dan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Shanum.
“Anda siapa? dan dimana saya sekarang?” tanya Shanum perlahan dan kebingungan
