NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24 : Pamit

Arina tidak menyangka Rafif tidak mencegahnya untuk tidak pergi. Rafif benar-benar membiarkan dirinya pergi. Bahkan membiarkan Abyan yang semakin menangis histeris di gendongannya. Sebelum pulang, Arina sempatkan berpamitan dengan mertuanya lebih dulu. Dengan abah dan ummiknya Rafif. Dia tidak mau pergi begitu saja tanpa pamit.

Arina duduk di ruang tamu, di hadapan Ummik dan Abahnya Rafif. Ia menyampaikan tujuannya kenapa datang ke rumahnya. Dan mertuanya dibuat terkejut saat mendengar tujuan Arina sore hari datang ke rumahnya.

“Rin, kenapa? Ummik gak salah dengar kamu mau pulang? Dan mau apa tadi? Pisah sama Rafif?” tanya Ummik.

“Iya, Mik. Arina sudah tidak bisa lagi di sini. Tugas Arina sudah selesai. Titip Byan ya, Mik, Bah?” ucap Rin.

“Tugas kamu belum selesai, kamu ini masih menjadi istri Rafif. Rafif belum menceraikanmu,” ucap Abah.

“Abah, Mas Rafif tidak membutuhkan Arina lagi. Sudah, biar saja Arina urus sendiri perceraian Arina dengan Mas Rafif. Arina tidak bisa seperti ini, Bah. Arina harap ummik dan abah tahu bagaimana keadaan Arina saat ini.”

“Apa Rafif sudah menyentuhmu, Nduk?” tanya Ummik.

“Belum, Mik. Sama sekali. Arina paham untuk hal itu. Mas Rafif tidak bisa sembarangan mennyentuh perempuan yang tidak dicintainya, meskipun aku ini istri sahnya. Jangankan menyentuhku, menyentuh makanan yang Arina sediakan, menyentuh baju yang sudah Arian siapkan saja tidak mau, Mas Rafif malah mengambil lagi baju lainnya, dan tidak mau memakai baju kerja yang sudah Arina siapkan, karena itu bukan tugas Arina, semua yang berhak melakukan itu Felisa, Mik. Bukan Arina. Jadi untuk apa Arina masih di sini dan mempertahankan pernikahan Arina dengan Mas Rafif. Arina pengin tenang, Mik,” jelas Arina.

“Astagfirullah, Rafif ... lima bulan dia lupakan kewajibannya sebagai suami?” desah Umik Salwa lirih.

“Arina paham keadaan, Mik. Sudah ya Mik, Bah, Arina pamit?”

“Jangan pergi, Rin. Abyan butuh kamu, butuh sosok ibu yang menyayanginya, seperti kamu. Ummik yakin Rafif akan perlahan membuka hatinya. Sabar, Nduk,” tutur Ummik.

“Nanti Arina pikirkan lagi, tapi Arina ingin pulang ke ibu, Mik.”

“Ummik izinkan, tapi nanti pulang ya? Beberapa hari saja di rumah ibu, jangan pisah sama Rafif,” pinta ummik.

“Arina tidak janji, Mik,” jawab Arina.

“Kalau kamu mau pulang, pulanglah, tenangkan dulu hatimu, abah tahu perasaan kamu. Tapi kamu harus ingat, kamu ini masih menjadi istri Rafif, Rafif belum menceraikanmu, tidak baik lama-lama keluar rumah tanpa suami. Kalau mau pisah, bicarakan baik-baik di sini, urus di sini, kalau sudah selesai semua, kamu boleh pulang, jangan begini, Nduk,” tutur abah.

“Iya, Bah. Nanti Arina pikirkan. Arina pulang dulu ya, Bah? Yang penting Arina sudah mendapat izin abah dan ummik untuk pulang ke ibu,” jawab Arina.

Ummik Salwa tidak terima dengan perlakuan putranya pada Arina. Benar-benar keterlaluan. Ummik Salwa kira Rafif sudah bisa menerima Arina, apalagi Arina adalah masa lalunya dan dulu pernah mencintai Arina, bahkan melupakan Arina hampir tidak bisa.

“Kamu masih mencintai Rafif?” tanya Ummik Salwa pada Arina.

Arina hanya diam, rasa itu masih ada di hatinya, akan tetapi untuk apa kalau Rafif sudah tidak mencintai dirinya. Jangankan mencintainya, melihatnya saja tidak mau. Arina menggelengkan kepalanya, hanya itu jawaban Arina dari pertanyaan Ummik Salwa.

“Kamu jangan bohong Arina, Ummik tahu kamu masih menyimpan cinta untuk putraku. Maafkan kami, yang dulu pernah memisahkan kalian. Ummik masih belum siap kehilangan kamu, Rin. Setelah Ummik kehilangan Felisa. Tolong pikirkan lagi, Ummik gak mau kamu berpisah dengan Rafif. Perceraian sangat dibenci Allah, Rin,” tutur Ummik Salwa.

“Untuk apa bertahan kalau tidak dianggap, dan selalu dianggap menjadi pengusa di rumah, Mik? Keputusan Arina sudah bulat, Mik. Arina akan mengurus perceraian Arina, terima kasih untuk semuanya, Mik, Bah. Arina pamit,” ucap Arina.

Ummik Salwa memeluk Arina. Beliau tidak mau menantu keduanya juga pergi. Apalagi Arina begitu menyayangi cucunya. Mau siapa yang mengurus Abyan kalau bukan Arina. Arina begitu mengerti soal bayi, meski baru pertama kali mengurus bayi. Dia begitu pandai menjadi seorang ibu, kesehatan dan kebersihan Abyan begitu terjaga olehnya, semua peralatan milik Abyan, dari dot susu, mainan, benar-benar disterilkan oleh Arina supaya tidak ada kuman yang menempel pada tubuh Abyan.

Salwa dan Furqon menatap kepergian menantunya itu. Mereka tidak bisa mencegahnya, Arina sekarang sedang membutyuhkan ketenangan, jadi mereka biarkan Arina pergi untuk menenangkan pikirannya. Nanti kalau sudah tenang, mereka akan membujuk Arina kembali.

“Rafif keterlaluan sekali, dia benar-benar tidak tahu terima kasih pada Arina. Setidaknya kalau tidak cinta, dia gak usah cuek, dingin, bahkan sampai mengatakan Arina ingin menguasai semuanya!” geram Abah Furqon.

“Ummik tidak habis pikir pada Rafif. Bagaimana Abyan nantinya, Bah? Ummik mau ke rumah Rafif!” Ummik Salwa langsung berjalan ke rumah Rafif yang tidak jauh dari rumahnya, hanya berjarak masjid milik pondok dan Perpustakaan.

“Abah ikut, Mik!”

Rafif masih berusaha menenangkan Abyan yang menangis dari tadi selepas Arina pergi. Abyan masih belum berhenti menangis. Padahal sudah ditenangkan oleh susternya, juga beberapa Asisten di rumahnya, tapi tetap saja Abyan masih menangis.

“Kamu ini ayah dan suami macam apa, Raf? Membiarkan istrimu pergi, sedang anakmu membutuhkan bundanya!” Abah langsung masuk dan berkata seperti itu saat mendengar Abyan menangis.

“Sini sama eyang uti ya, Nak?” Ummik Salwa menggendong Abyan, lalu membawa ke kamar Arina, meminta susternya membuatkan susu untuk Abyan.

“Kamu tidak sadar, kamu sudah memisahkan Abyan dengan bundanya? Meskipun Arina bukan ibu kandungnya, Abyan sudah memiliki ikatan batin yang kuat dengan Arina!” cetus Abah.

“Rafif harus gimana, Bah? Rafif gak cinta sama Arina, Bah! Rafif juga tidak mau menyiksa Arina, biar dia pergi, biar dia cari kebahagiaannya sendiri,” ucap Rafif.

“Kalau kebahagiaan Arina adalah Byan bagaimana? Begitu pula sebaliknya? Kalau kebahagiaan Abyan adalah Arina, apa kamu tega memisahkan mereka?” tanya Abah.

Rafif hanya terdiam mendengar penuturan abahnya. Benar kata abahnya, buktinya sekali Arina pergi Abyan nangis histeris seperti itu, dan sampai sekarang belum juga reda tangisannya, seperti tahu Arina tidak akan kembali lagi.

“Kamu dengar tidak dari tadi anakmu nangis? Dia seperti merasa kalau bundanya akan pergi dan tidak mau kembali ke sini lagi,” ujar abah.

Rafif beranjak dari tempat duduknya. Tidak berkata apa-apa pada abahnya, lalu ia mengambil kunci mobilnya dan keluar dari rumahnya.

“Mau ke mana?” tanya Abah Furqon.

“Susul Arina, aku gak mau Abyan ada apa-apa,” jawabnya tanpa menoleh abahnya.

“Susul dia, bawa pulang ke sini, jangan pisahkan Byan dengannya. Arina ibu sambung yang Felisa pilihkan untuk Byan, mau siapa lagi kalau bukan Arina? Mau cari wanita lain untuk jadi ibu sambung Byan? Kalau gak sayang sama Byan bagaimana?” tutur Abah.

Rafif tidak berkomentar apa-apa, dia langsung pergi untuk mengejar Arina, menyusul Arina supaya Arina kembali pulang demi Byan.

“Haruskah aku kembali mencintai Arina, Fe? Fe, aku tidak bisa! Hanya kamu yang aku cintai, Fe. Meski sudah tidak bisa lagi aku memiliki ragamu. Cinta ini abadi untukmu, Fe,” batin Rafif dengan mengemudikan mobilnya.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!