NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:84.9k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 18

Selamat datang 💚

Selamat membaca ♥️

...----------------...

Setelah perdebatan alot serta timpukan sepatu. Disinilah mereka duduk lesehan dengan pemandangan kolam ikan. Hidangan beraneka warna sudah tersaji di atas meja, ada terancam, pecel, ketoprak dan gado-gado. Semua menu hidangan mengandung sayur-mayur. Muntaz kalah dalam berdebat, keinginannya makan seafood berakhir dengan makan sayur yang menurutnya bak makanan kambing. Bahkan tenggorokannya tersumbat saat menelan daun singkong yang sudah dilumuri bumbu kacang.

Maysarah sangat puas melihat ekspresi enggan Muntaz dalam mengunyah. "Kenapa dengan raut wajahmu? seperti ular habis makan karet!" Ejeknya dengan bibir menyunggingkan senyum puas.

"Aku seperti seekor kambing yang sedang melahap dedaunan." Sungutnya, matanya menatap kesal May yang terlihat bahagia melihat dirinya menderita.

"Bukankah tadi kamu bilang, ingin memberikan anakmu makanan sehat? sayur ini termasuk dalam makanan empat sehat lima sempurna." Sahutnya acuh, sembari mengangkat bahu.

May tidak perduli akan iparnya itu, dirinya tetap lahap menghabiskan satu porsi ketoprak. Maysarah tahu betul seorang Muntaz Abraham sangat tidak menyukai makan sayur. Setiap ada acara makan bersama keluarga, laki-laki itu selalu menghindari olahan menu yang ada sayurnya.

"Apa Dia menyusahkan dirimu?" celetuknya mengalihkan pembicaraan.

"Tidak, Dia sangat baik Budi."

Muntaz menyudahi makannya, sudah tidak sanggup dirinya berjuang menelan beraneka jenis sayur itu, diletakkannya sendok dan garpu. "Apa kamu tidak merasakan mengidam selama mengandung? aku banyak membaca buku kehamilan. Rata-rata ibu hamil seringkali menggebu-gebu menginginkan sesuatu." Ungkapnya, rasa penasaran menggelitik keingintahuannya.

"Aku selalu meminta kerja sama Nya agar tidak rewel dan tidak meminta macam-macam. Aku memberinya pemahaman, jika menginginkan sesuatu ataupun ingin dimanja kedua orang tua kandungnya, harap dia bersabar sampai waktunya melihat dunia."

"Memangnya, bayi dalam perut bisa diajak kompromi?"

"Mana aku tahu! tapi buktinya, Dia sama sekali tidak ingin berdekatan dengan ayah dan ibunya."

Jawaban telak Maysarah menggugurkan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang belum di ajukan oleh Muntaz. Maysarah tidak memberikan cela untuk mereka terlihat akrab.

'Selalu saja aku kehabisan kata-kata jika berhadapan dengan wanita misterius ini.' batinnya menggerutu.

"Aku harap ini terakhir kalinya dirimu berupaya melakukan hal konyol. Pendam rasa penasaranmu itu, jangan melibatkan aku dalam pertemuan tidak berguna seperti ini, Muntaz. Ingat! batasan yang Ayah berikan dan sudah aku tanda tangani. Tolong kerjasamanya." Tegas Maysarah, dirinya juga menyudahi makannya, lalu meminum satu gelas air putih hingga tandas.

Tidak ada lagi obrolan yang terjadi. Dengan perut membuncit Maysarah masih dapat berdiri anggun. Kemudian dirinya memakai flatshoes-nya, lalu berjalan keluar kearah mobil yang terparkir. Muntaz masih terpaku, setelah sadar, cepat-cepat ia mengambil dompet, lau menarik beberapa lembar uang merah, memberikannya pada seorang pramusaji.

"Pak, ini kebanyakan." Beritahu seorang waiters sembari menyodorkan uang kembalian.

"Ambil saja sisanya." Ucap Muntaz, dirinya tengah sibuk mengikat tali sepatunya. Setelahnya Muntaz bergegas menyusul Maysarah, masih terdengar olehnya saat pelayan tadi mengucapkan terimakasih.

*

*

Dalam perjalanan yang tak seberapa lama itu, kedua orang yang baru saja makan siang bersama. Memilih bungkam, tidak ada obrolan sama sekali. Masih banyak pertanyaan yang ingin Muntaz ajukan, tetapi melihat raut tak bersahabat Maysarah ia menjadi urung.

Begitu memasuki gerbang megah kawasan rumah danau buatan, Muntaz memelankan laju roda empatnya. Menikmati pepohonan rindang di sepanjang jalan. May memandang sendu danau yang terhampar luas, airnya yang berwarna jernih seperti bercahaya tertimpa sinar matahari. Burung-burung flamingo berenang sambil sesekali menyelam. Dulu saat mereka masih kecil, dirinya dan Mahira menjadikan burung cantik itu sebagai mainan mereka, membuat pusing Mbah Kung Agam dan sang Ayah.

Mengingat masa lalu yang begitu cerah serta berwarna, tanpa diminta setetes air mata jatuh pada telapak tangannya. Andai waktu bisa dihentikan, Maysarah tidak ingin bertumbuh dewasa. Tidak mengapa tetap menjadi seorang anak kecil, tanpa merasakan masa indahnya remaja dan dewasa, sebab hanya saat menjadi seorang anak saja, dirinya merasakan benar-benar bahagia tanpa harus bersaing dan berjuang demi sebuah perhatian serta kasih sayang.

Wanita berwajah ayu itu masih hanyut dalam kenangan indahnya, tidak menyadari jika laki-laki yang duduk di depannya tengah memperhatikan lekat setiap ekspresi yang dirinya perlihatkan tanpa sadar. Senyum yang manis, tatapan mata sendu, buliran air mata yang jatuh. Muntaz melihat semuanya dari center mirror yang sengaja dia arahkan ke wajah May.

'Sesakit apa hidupmu, May? sampai tanpa kamu sadari air mata mengambil alih kesadaranmu.' batinnya bertanya mencari sebuah jawaban yang sampai kini belum juga dia dapatkan.

Selama ini Muntaz tidak buta dan tidak menutup mata. Dirinya mengetahui hubungan yang renggang bahkan terbilang buruk antara istrinya dan kakak iparnya itu. Sebagai seorang suami dirinya sudah berkali-kali mengingatkan dan menegur Mahira atas sikap semena-menanya terhadap Maysarah.

Namun, sang istri yang memang tipikal keras kepala serta mau menang sendiri, menganggap semua petuah dari sang suami hanya angin lalu. Sedangkan terhadap Maysarah, Muntaz tak bisa berbuat lebih dikarenakan status mereka hanya ipar, ditambah lagi sifat sang wanita yang kini mengandung benihnya itu begitu tertutup serta selalu berusaha menjauhi keluarganya sendiri. Sampai sekarang Muntaz masih mencari tahu, akar permasalahan kembar bersaudara itu, bagaimana bisa mereka yang kecilnya selalu bersama, kini seperti orang asing.

Maysarah terkesiap saat merasakan tangannya terdapat tetesan air, lalu cepat-cepat dirinya meraba pipi yang ternyata sudah basah oleh lelehan air matanya. May menatap ke depan memastikan jika Muntaz tidak melihatnya menangis tanpa sadar, dirinya bersyukur Muntaz masih fokus pada setir kemudi.

\*\*\*

"Ya Allah... kemana buku itu? perasaan waktu itu aku letakkan dalam laci nakas, tetapi kenapa gak ada?" Gumamnya panik sendiri, dirinya sudah mondar-mandir mencari buku diary berwarna coklat.

May membuka brankas di dalam lemari, mengeluarkan delapan buku diary berwarna hitam yang berisi tulisan tentang perjalanan hidupnya selama ini. Dulu dokter Dania menyarankan dirinya untuk menulis semua hal dari yang remeh sampai terpenting, bertujuan mengurangi tindakan menyakiti dirinya sendiri. Alhamdulillah, cara itu lumayan ampuh, selama menulis Maysarah bisa menuangkan serta meluapkan semua rasa yang dia pendam sendiri.

Maysarah dilanda kepanikan yang luar biasa, apalagi saat Esti memberi tahu hasil rekaman cctv yang terdapat di depan pintu kamarnya. Tidak ada kejanggalan yang terjadi, dan tidak ada anggota keluarga yang masuk kedalam kamarnya. Lantas kemana bukunya pergi, gak mungkin hilang begitu saja. Tanpa mereka tahu, cctv itu sudah di otak-atik dan dimanipulasi terlebih dahulu oleh Mahira guna menghilangkan jejak.

\*\*\*

Wanita yang telah mengambil, lebih tepatnya mencuri buku diary milik Maysarah, terlihat tengah tergugu dalam tangisan tak berkesudahan, matanya sembab, bahunya terguncang hebat. Hatinya dipenuhi rasa bersalah serta penyesalan yang dalam. Setiap lembar kertas yang ia baca menorehkan luka dalam.

"Maaf May, maafkan aku. Aku benar-benar berdosa dan bersalah kepadamu...,"

~ Bersambung ~

Tolong bacanya sambil disimak ya, jangan hanya digeser-geser atau di scroll saja. Terimakasih ♥️.

Jangan lupa klik Permintaan Update-nya dan Like💚

1
Tanz>⁠.⁠<
gak kerasa Udah end aja. gak ada niatan mau lanjut kehidupan may sama Muntaz apa Thor 😭😭
Tanz>⁠.⁠<
semoga kalian bahagia ya dengan tempat tinggal yang baru. ingat Muntaz jaga baik baik istri berhati malaikat mu itu
Tanz>⁠.⁠<
seperti rumah ku dulu. nyaman banget walau terlihat sederhana 🤗
Tanz>⁠.⁠<
kok aku mewek ya baca nya 😭
Tanz>⁠.⁠<
siappppp /Scream/
Tanz>⁠.⁠<
demi kesembuhan may, senja. tolong mengerti lah
Tanz>⁠.⁠<
ayo taz semangat /Determined//Determined/
Tanz>⁠.⁠<
apa alasan mu untuk bohong, Dania?.
Tanz>⁠.⁠<
pabrik mu may
Tanz>⁠.⁠<
semoga aja sifat nya juga kembar 😆
Tanz>⁠.⁠<
kasian juga liat Hira 🥺

semoga may cepat sadar 🤲🏻
Tanz>⁠.⁠<
turut berduka dan bersuka cita Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
Dania bisa aja nih 🤭
Tanz>⁠.⁠<
suka kesel kalo lagi ada kecelakaan, malah sibuk nge videoin nge foto foto. bukan nya ngebantu, malah mencari kesempatan dalam kesempitan 😤
Tanz>⁠.⁠<
plz aku ngakak bagian ini, sakit perut ku ngetawain ini aja 🤣🤣🤣🤣
Tanz>⁠.⁠<
heisss kenapa gak sekali kubur suami mu senja. biar sekalian, gak repot repot lagi nanti /Facepalm/
Jumli
mawar-mawar untuk maysarah. kenapa harus secepat ini berakhir.
Jumli
lah.... kok tamat😭
secepat ini kak😭😭😭
Jumli
di bagian ini aku tidak bisa menahan tangis🥺
walau kesal sama saga, tapi setidaknya dia menyesal🥲
Tanz>⁠.⁠<
terus kan Dania buat keluarga satu ini kena mental 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!